Oleh: Dr. Kholili Hasib*
inpasonline.com – Sejak dunia memasuki zaman modern, maka mulai timbul pertanyaan yang mempertanyakan lagi posisi Islam dan kaum Muslim ketika terjadi secara terus-menerus perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Apakah Islam harus ikut berubah menuruti perubahan dan perkembangan ilmu saintek tersebut atau tidak.
Jika Islam harus mengikuti perubahan tersebut, maka nasibnya akan sama dengan agama-agama di Barat. Khususnya agama Kristen. Aspek-aspek fundamental berubah. Maka, kemajuan dan kemunduran umat pun diukur dari sisi perubahan itu. Ditambah lagi dengan kondisi umat Islam yang kalah dari berbagai segi; ekonomi, politik, sains, teknologi, dll, maka sangat mudah untuk mengubah pola pikir umat Islam.
Adapun akar masalah umat Islam bukanlah dari ekonomi, politik, militer, sains dan teknologi. Tetapi, akarnya adalah masalah ilmu. Kemudian berakibat pada iman. Masalah ilmu yang paling mendasar adalah ilmu tentang konsep Islam itu sendiri.
Sesungguhnya konsep Islam itu tidak berubah. Kapan pun dan di manapun. Adapun yang mengalami perubahan-perubahan itu bukan Islam, tetapi orang Islam (kaum muslimin). Kaum muslimin diibaratkan cermin dari Islam itu. Tentu saja berbeda antara cermin dan benda nyata. Maka, nasib agama Islam di dunia ini tergantung dari cermin itu. Apabila cermin itu buram diselimuti debu, maka orang akan sulit melihat Islam itu sendiri. Maka, cermin itu harus senantiasa jernih dan bersih agar bisa bercahaya.
Orang di luar sangat mudah terpesona oleh kulit luar dan cermin. Orang yang tidak mengenal hakikat Islam (batin), akan menafsirkan Islam dari cermin saja. Merekalah disebut orang jahil. Maka, kita harus sadar bahwa Islam itu tidak layu, tidak buram dan tidak kotor, sebagaimana orang Islam yang memang sedang layu pada zaman ini.
Masalah yang dihadapi, yang menyebabkan kemunduran-kemunduran itu, ada dua; yaitu masalah yang berasal dari luar (eksternal) dan masalah yang berasal dari dalam diri umat Islam sendiri (internal). Masalah eksternal berupa pengaruh kuat hegemoni pemikiran dan peradaban Barat modern.
Masalah eksternal yang dimaksud di sini adalah masalah tentang peradaban Barat. Unsur-unsur dari peradaban Barat itu mengandung pemikiran; Kristen dan Yahudi (dalam bidang teologi), Filsafat Yunani, kebudayaan Romawi dan ditambah tradisi-tradisi beberapa negeri Eropa. Dalam bidang teologi, agama Kristen adalah yang paling besar. Serta yang paling berpengaruh. Semua unsur-unsur tersebut diramu menjadi satu; pemikiran Barat.
Maka, adalah penting untuk mengenali pemikiran Barat – dalam konsteks sebagai masalah eksternal – beserta unsur-unsurnya. Selain itu urgensi mengenali pemikiran Barat adalah karena peradaban Barat ini sebagai peradaban yang mendominasi kehidupan manusia sedunia. Masalah ekonomi, politik, budaya, ilmu pengetahuan, agama, dan system-sistem kehidupan lainnya hampir tidak lepas dari pengaruh peradaban Barat.
Agama Kristen, yang menjadi salah satu unsur peradaban Barat, cukup besar pengaruhnya di Eropa. Penyebarannya telah berabad-abad lamanya. Sejatinya, Kristen tidak memiliki ajaran tabligh atau mendakwahkan agama ke seluruh umat manusia. Nabi Isa alaihissalam diutus oleh Allah Swt tidak lain untuk Bani Israil saja (QS. Ali Imran: 49). Sifat tabligh dan dakwah Kristen tidak ada dalam ajaran Nabi Isa alaihissalam. Nabi Isa alaihissalam diberi pengesahan untuk membetulkan penyimpangan-penyimpangan kaum Yahudi saja. Selain itu juga diberi tugas untuk mengkhabarkan tentang kedatangan Rasulullah Saw untuk memberi petunjuk kepada seluruh bangsa manusia. Kristen bukanlah agama tanzil (wahyu). Tetapi agama yang dibuat oleh manusia dengan menisbatkan kepada nabi Isa alaihissalam yang semulanya sebagai pengikut Injil kemudian menyesatkan dari ajaran Nabi Isa alaihissalam. Nama “Kristen” adalah nama baru yang digelari jauh setelah Nabi Isa. Nama Kristen tidak dikenal oleh Nabi Isa alaihissalam.
Adapun sifat tabligh dan dakwah dari agama Kristen itu adopsi terhadap agama Islam yang sengaja dibuat oleh para penyimpang-penyimpang untuk menghadang ajaran Nabi Muhammad Saw. Mereka mengenal sifat-sifat agama Islam yang akan datang itu melalui penjelasan-penjelasan Nabi Isa alaihissalam. Salah satu sifat yang mereka ketahui dan kemudian dipakai dalam agama Kristen adalah; sifat tabligh dan dakwah. Kepada para pengikutnya, adopsi sifat tabligh dan dakwah juga bertujuan agar pengikut Kristen tidak perlu lagi mengikuti Nabi Muhammad Saw, menafikan Islam karena sifat-sifat Islam itu telah ada dalam Kristen.
Ketika Islam turun di Makkah, agama Kristen telah menjadi agama besar di Eropa; Barat dan Timur, serta di Asia Barat. Sejatinya, sebelum Islam turun, Kristen telah diubah dan mengambil peranan yang semestinya diperankan oleh Islam; yaitu mendakwahkan risalah Allah kepada seluruh umat. Maka, ketika Nabi Muhammad Saw diutus, dengan agama Islam yang memang diturunkan dengan sifat tabligh dan dakwah kepada seluruh bangsa manusia, terjadilah benturan dengan agama Kristen. Apalagi, al-Qur’an turun dengan banyak ayat-ayat yang mengoreksi penyimpangan-penyimpangan Kristen dan Yahudi. Al-Qur’an dengan konsep tauhid menafikan Kristen dan Yahudi. Dengan sifat tablighnya, Islam disebarkan kepada seluruh bangsa. Hanya dalam waktu singkat, 23 tahun, Islam telah tersebar ke seluruh jazirah Arab. Kemudian diteruskan ke Asia, Afrika hingga Indonesia. Memerlukan waktu kurang lebih 300 tahun.
Ketika Islam sampai pada periode umur sekitar dua ratus tahun, pasca wafatnya Nabi Saw, Islam memegang peranan penting. Menaklukkan sebagian orang Barat, menerangi fikiran dengan ilmu pengetahuan, mengenalkan metode berfikir rasional. Para ulama-ulama kalam, falsafah, tasawuf memberi pengaruh terhadap masyarakat Barat. Bagi para pemimpin Kristen Eropa, capaian Islam ini adalah pukulan berat. Maka, tidak heran Kristen dan masyarakat Barat menganggap Islam sebagai seteru, dan lawan tanding untuk mencapai kekuasaan dunia. Mereka menganggap, selama Islam belum lenyap, maka terus ada perseturuan.
Di masa ini, peradaban Barat menghendaki kaum Muslimin untuk mengikut cara gaya mereka, mengikuti cara hidupnya. Tetapi sayangnya, sebagian pemimpin orang Islam tertipu nafsu peradaban Barat. Mereka dibayang-bayangi cara berfikir, cara beragama sama seperti mereka berfikir tentang agamanya (Kristen) dan memiliki cara seperti mereka melihat agama mereka. Barat modern melihat Kekristenan secara secular. Kehidupan masyarakat Barat terpisah dengan tradisi agama Kristen. Tradisi kekristenan bagi masyarakat Barat merupakan produk kebudayaan yang terbentuk dari sejarah umat kristen.
Peradaban Barat adalah hasil warisan dari unsur-unsur budaya Yunani, Romawi, Jerman, Inggris dan Perancis. Budaya Yunani mewarisi dasar filsafat, politik, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan seni. Budaya Romawi mewarisi dasar undang-undang dan sistem tata negara. Sedangkan agama Kristen, meskipun telah berabad-abad tersebar di Eropa, akan tetapi di abad modern (abad kebangkitan ilmu pengetahuan Eropa) Kristen diubah dan diganti mengikuti kebudayaan Barat.
Agama Kristen telah beralih pusatnya dari Palestina (Asia Barat) ke Romawi Itali (Eropa). Beralihnya pusat agama ini mengandung simbol bahwa agama Kristen telah dipengaruhi kebudayaan Eropa. Bercampur dengan kebudayaan kuno Yunani dan Romawi. Jadi, Kristen telah terbaratkan itu kesannya lebih kuat daripada Barat terkristenkan.
Maka sesungguhnya peradaban Barat tidak berdasarkan pada agama tetapi bersandar pada filsafat. Maka ilmu pengetahuan yang berkembang dalam peradaban Barat adalah ilmu yang ditegaskan dari teori nalar manusia, dugaan-dugaan, pengalaman-pengalaman empirik. Ilmu pengetahuan tidak didasarkan pada agama atau wahyu. Ilmu-ilmu pengetahuan dari dunia Islam yang berpengaruh ke dalam Eropa pun dipisahkan dari unsur-unsur teologi Islam. Barat melakukan sekularisasi ilmu pengetahuan.
Perlu diketahui bahwa, sebelum abad Barat modern, Kristen terlibat dalam kekuasaan duniawi yaitu pemimpin-pemimpin Gereja Kristen berebut kekuasaan dunia dengan raja-raja Eropa. Maknanya, baik sebelum dan sesudah abad modern, jiwa-jiwa bangsa Eropa memang memiliki bibit kecintaan pada kebendaan (materialisme). Maka, ketika Barat di abad modern dibanjiri dengan pemikiran sekular dengan menitik beratkan pada materialisme, Kristen dengan mudah takluk kepada filsafat Barat modern.
Filsafat Barat modern menaklukkan agama Kristen dengan faham-faham yang menjadi karakter peradaban Barat; humanisme, sosialisme, kapitalisme, dan dulisme. Humanisme adalah faham mementingkan dan mengistemawakan manusia. Bahwa manusia adalah sumber kebenaran. Sosialisme dan kapitalisme merupakan faham yang berdasarkan pada humanisme. Sedangkan dualisme adalah inti dari karakter peradaban Barat. Dualisme adalah faham yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan dan sebagainya. Hampir semua pemikiran Barat sekular itu bersifat dualisme. Dalam bidang ilmu, kebenaran, manusia dan lain-lain.
Selain itu, peradaban Barat juga berdasarkan pada pandangan hidup tragedi. Yaitu menerima pengalaman kesengsaraan hidup sebagai satu kepercayaan yang mutlak yang mempengaruhi peranan manusia dalam dunia. Pandangan hidup tragedi merupakan warisan kebudayaan Yunani kuno. Barat menerima faham tragedi karena kekosongan hati dari iman, rasa nikmat hidup dan lain-lain. Dalam Islam, paham sa’adah adalah jawaban terhadap faham tragedi ini. Lawan dari faham sa’adah adalah syaqawah.
Takluknya agama Kristen dengan faham-faham tersebut disebabkan karena dalam Kristen tidak memiliki sistem berfikir yang kuat dan kokoh. Tidak seperti dalam tradisi Islam yang memiliki tradisi Kalam dan mantiq. Seterusnya, filsafat Barat sekular akan menggempur agama-agama yang dianuti masyarakat Barat. Perubahan merupakan sesuatu yang akan terus terjadi, baik dalam agama, falsafah dan pandangan hidup. Satu lagi ciri khas peradaban Barat adalah tidak meyakini segala hal itu harus final. Tetapi terus berproses sehingga selalu akan menjadi, tidak akan menjadi. Dari sini maka berkembanglah paham kemajuan.
Dalam peradaban Barat, agama dimaknai dengan dua; pertama, agama merupakan kumpulan kepercayaan-kepercayaan takhayul. Kedua, agama adalah kumpulan pendapat dan undang-undang yang disusun dan direka oleh para filosof untuk keperluan mencari kesejahteraan dan ketentraman manusia. Agama tidak dipahami sebagai kepercayaan yang tanzil dari Tuhan yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul. Pemikiran seperti itu adalah pemikiran sekular. Agama tidak penting. Bukan menjadi sumber utama kebenaran.
Dapat disimpulkan isu-isu yang menjadi perbedaan fundamental antara Islam dan Barat adalah pada isu ketuhanan, konsep agama, konsep ilmu, konsep keadilan, konsep tujuan hidup dan konsep akhlak. Perbedaan paling mendasarnya adalah pada konsep Tuhan dan konsep agama. Meskipun kononnya ada persamaan-persamaan, akan tetapi yang harus dipahami bahwa perbedaan Islam dan Barat itu perbedaan pada pandangan hidup (worldview), yang elemen paling utamanya adalah konsep Tuhan dan konsep agama.
*Direktur InPAS, Dosen UII Darullughah Wadda’wah Bangil