Surabaya, 12 Januari 2025
inpasonline.com – Siapa yang viral maka akan menjadi rujukan. Bahkan menjadi kebenaran. Inilah post truth. Era kebebasan yang mana kebenaran tidak ada otoritasnya.
Faham mengelirukan ini telah merebak dan menjangkiti sebagian besar manusia modern. Kebingungan menentukan otoritas untuk dirujuk dalam suatu hal menyebabkan kekacauan martabat pengetahuan. Seorang kyai yang mengajar di pesantren puluhan tahun, fatwanya dianggap setara dengan perkataan seorang anak yang viral di media sosial.
Melihat problematika ini, Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (Inpas) menghadirkan sebuah kuliah ilmiah berkenaan problem otoritas bertema, Special Lecture “Otoritas-Otoritas dalam Islam dan Kedudukannya” bersama Prof. Madya. Dr. Ugi Suharto di restoran DK 26, di Surabaya pada Ahad, 12 Januari 2025 lalu.
Prof Ugi membuka pembahasan kuliah dengan konsep otoritas ilmu. “Bahwa setiap bidang ilmu terdapat manusia-manusia yang berotoritas. Dalam sains terdapat Einstein dan Newton. Begitupun dalam filsafat, ada Socrates dan Aristoteles. Maka dari itu, tak heran dalam agama pun terdapat otoritas di dalamnya. Puncak otoritas dari agama adalah Nabi Muhammad,” buka Prof Ugi.
Menurutnya dalam agama Islam, setidaknya terdapat 6 pokok ilmu pengetahuan yang perlu diikat otoritas-otoritasnya. “Enam pokok-pokok otoritas ini harus betul-betul dipegang. Tidak bisa tidak, yakni otoritas di bidang umum, qiroah, fiqih, hadits, kalam atau aqidah, dan tasawuf,” jelas Prof Ugi.
Lebih lanjut Prof Ugi mencontohkan, otoritas dalam bidang fiqih. Umat Islam tidak boleh melepas ikatannya dari otoritas 4 imam. “Dalam bidang fiqih, kita harus mengikatkan diri pada salah satu diantara 4 imam yang utama. Sebab dari merekalah kaidah fiqih yang kita amalkan sekarang dirumuskan. Pertama, Imam Abu Hanifah, lalu Imam Malik, kemudian Imam Syafi’i, ditutup Imam Ahmad,” terang Prof Ugi yang juga tengah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Prof Ugi pun mengajak para audiens tentang bagaimana cara kita menghormati para pemimpin otoritas di masing-masing bidang keilmuan tersebut.
“Terhadap otoritas-otoritas dalam Islam kita harus memuliakan, tidak menyamaratakan, apalagi mengecilkan. Lalu mengikuti, menyambungkan, dan memperjuangkan jalan keilmuannya juga agar senantiasa bersambung dan tidak dikelirukan,” jelas Ugi.
Selain mengadakan kuliah, acara ini juga menjadi ajang peluncuran jurnal iWorldview yang diinisiasi Inpas sendiri. Tak ayal, agenda ini dihadiri beragam peserta lintas usia hingga ormas. Tidak hanya dari kota Surabaya, namun juga dari Sidoarjo, Pasuruan, Malang, hingga Lumajang (.raf).