Problem Teologis Pendidikan Multikultural
Oleh Prihanto[1]
A. Pendahuluan
Akhir-akhir ini, terdapat banyak wacana tentang pendidikan yang cukup menarik. Salah satunya adalah pendidikan multikultural. Hal ini dikarenakan pendidikan model ini merupakan wacana baru yang ditawarkan untuk mengenalkan keanekaragaman budaya. Tawaran ini dalam batas-batas tertentu mendapat respon yang positif dari pihak pemerintahan[2], cendikiawan, dan para akademisi. Tawaran tersebut adalah sebuah paradigma multikultural yang inklusif dan pluralis.[3] Tawaran tersebut hadir dikarenakan, pendidikan agama selama ini dianggap sebagai pendidikan yang eksklusif dan dogmatis, sehingga perlu pendidikan yang humanis. Pendidikan ini dikenal dengan pendidikan berwawasan multikultural.
Remaja, Jauhi ‘Api’ Tahun-baruan!
Berbagai kerugian –dan bahkan korban- yang diakibatkan pesta perayaan tahun baru tak menyurutkan minat banyak orang –terutama remaja- untuk terus melakukannya. Diperlukan kebersamaan banyak pihak agar kebiasaan yang merugikan ini berkurang atau bahkan berhenti.
Teladan Jihad Imam Nawawi
Oleh M. Anwar Djaelani
Imam Nawawi adalah ulama yang patut disebut pewaris Nabi. Dia tak gentar bernahi munkar, bahkan sekalipun itu ditujukan kepada Sang Raja. Hal itu –antara lain- karena dia tahu persis bahwa sang raja tak adil terhadap rakyatnya.
Syaikh al-Shobuni: “Melaknat Sahabat Nabi Bukan Ciri Akidah Islam”
Syaikh Muhammad Ali al-Shobuni melakukan rihlah dakwah di Jawa Timur. Jum’at 28/12/2012 beliau hadir di Jawa Timur. Dalam kesempatan itu Syaikh al-Shobuni berkesempatan memberikan tausiyah di Masjid al-Akbar Surabaya.
Beliau menjelaskan, bahwa di antara ciri khas akidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala, mencintai Rasulullah SAW dan mencintai para Sahabat Rasul SAW. Sedangkan orang yang melaknat Sahabat, seperti melaknat Abu Bakar, Umar dan Aisyah radhiallahu anhum bukanlah termasuk Muslim. Keterangan tersebut disampaikan oleh Syaikh Muhammad Ali al-Shobuni dalam dialog bertema “Memahami Akidah Ahlussunnah wal Jama’ah” usai shalat Jum’at di Masjid al-Akbar Surabaya pada 28/12/2012.
Memformalkan Syari’ah Islam tanpa Gejolak
Oleh Nanang Qosim[1]
Perjuangan keras tokoh-tokoh umat Islam untuk menerapkan syari’ah Islam secara formal menjelang terjadinya proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia melalui BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) akhirnya tercapai dengan dihasilkannya Piagam Jakarta.