Amerika-lah yang Teroris?
Secara bahasa, terorisme berasal dari kata teror yang berarti tindakan menciptakan ketakutan. Tetapi makna ini kemudian dialihkan ke dalam makna terminologis oleh dinas intelejen AS dan Inggris. Mereka menyepakati bahwa makna terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk melawan kepentingan-kepentingan sipil guna mewujudkan target-target politis.
Kasus peledakan gedung WTC dan Pentagon dikategorikan sebagai aksi terorisme dengan menempatkan Osama bin Laden sebagai terdakwa. Tetapi hingga kini mereka belum mampu membuktikan dugaan tersebut. Osama pun telah membantah melakukan peledakan itu dengan mengatakan bahwa dia tidak memiliki kehebatan seperti itu. Saya jadi teringat dengan kasus pengeboman gedung Kantor Penyelidikan Federal di Oklahoma tahun 1997. AS menyebutnya sebagai aksi teroris yang dilakukan oleh seorang yang beragama Islam. Namun setelah diketahui bahwa pelakunya adalah orang AS sendiri yakni Timothy Mc Veigh, maka seketika itu AS meralat tuduhannya dengan mengatakan kasus itu sebagai bentuk kriminal biasa bukan aksi terorisme.
Sebagai contoh yang lain, perlawanan Hamas yang mempertahankan negaranya dikatakan aksi terorisme, sementara kebrutalan tentara Israel yang membunuh warga sipil dan anak-anak palestina dianggap untuk membela hak. Pembantaian yang dialami kaum muslim di Patani, Bosnia, Libia, Somalia, Kambodja, Filipina, Lebanon, Sudan dan negeri musliml lainnya juga tidak dianggap sebagai bentuk terorisme.
Kalau Amrozi cs dianggap sebagai teroris karena dianggap telah mengebom Bali dengan menewaskan ratusan orang, lalu mengapa AS tidak disebut sebagai negara terorisme. Padahal AS telah menghancurleburkan seluruh wilayah Afganistan beserta 7,5 juta penduduknya. AS juga telah membombardir Irak dengan menewaskan lebih dari 1 juta warga sipil yang kebanyakan anak-anak dan wanita tua. Serangan itu juga menghancurkan sarana umum, kesehatan, dan sekolah-sekolah. Bahkan pascaperang dunia II, AS telah mengintervensi lebih dari 20 negara di seluruh dunia. Bukankah tindakan membabibuta yang dilakukannya mencerminkan AS sebagai negara terorisme?
Konspirasi AS Lewat Isu Terorisme
Jika dilihat lebih mendalam maka jelaslah bahwa sebenarnya isu terorisme hanyalah merupakan alat politik AS untuk melanggengkannya sebagai negara adikuasa. AS sangat berambisi untuk mengatur seluruh dunia berdasarkan kepentingannya. Sebagaimana terlampir dalam dokumen rencana strategis AS dalam hubungan internasional disebutkan bahwa tujuan kepemimpinan AS adalah untuk menciptakan tata dunia yang demokratis demi keunggulan bangsa AS (sumber: United States Strategic Plan for International Affairs, dirilis oleh Department of State, Washington DC 1999).
Isu terorisme sengaja AS hembuskan untuk membenarkan tindakan mereka. Tetapi pada dasarnya, sasaran sentral mereka adalah umat Islam. Sebagaimana yang dikatakan oleh George W Bush pada hari pertama peristiwa 11 September 2001. Bush mengatakan bahwa langkah balasan yang akan ditempuh terhadap aksi terorisme ini disebutnya sebagai ‘crusade’ yang meningatkannya pada perang salib di masa yang lalu. Meskipun tanpa bukti yang jelas, AS dengan serta merta menjudge Osama sebagai pelaku. Setelah itu, dilancarkanlah serangan untuk menghancurkan Afganistan yang katanya melindungi Osama bin Laden. Mereka menghancurkan seluruh wilayah Afganistan dan merusak fasilitas umum serta menewaskan umat Islam yang tak berdosa dengan dalil memburu terorisme.
Agresi militer dilancarkan AS semakin nyata membuktikan bahwa mereka tidak hanya mengejar terorisme apalagi hanya untuk menangkap seorang Osama bin Laden yang hingga kini belum terbukti bersalah. Tindakan agresif yang dilakukan AS sebenarnya adalah untuk menghancurkan ideologi Islam yang telah banyak disinyalir oleh para pakar Barat sendiri sebagai ancaman berikutnya bagi ideologi kapitalisme pasca runtuhnya Komunisme. Maka tidak heran jika daftar orang dan organisasi yang dikatakan terorisme oleh AS adalah semuanya berbau Arab dan Islam. Hal itu pula yang menyebabkan negeri-negeri islam menjadi wilayah terpenting yang menjadi sasaran AS untuk menerapkan undang-undang terorisme. Tujuannya tentu semata-mata hanya untuk mengokohkan dan melestarikan hegemoni mereka serta menyelamatkan kehancuran ide kapitalisme yang mereka usung. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika AS senantiasa mencap teroris seluruh gerakan dan partai Islam yang ingin menerapkan syariat Islam.
Sikap Sebagai Seorang Muslim
Berdasarkan pemaparan di atas maka jelaslah bahwa isu terorisme yang dihembuskan oleh AS hanyalah merupakan konspirasi politik. Konspirasi ini dimaksudkan untuk menyembunyikan niat yang sebenarnya yakni untuk mewujudkan berbagai kepentingan ideologi, politik, maupun ekonominya. Kepentingan ideologi AS tercermin dari hasrat mereka untuk memberangus ideologi Islam pasca tumbangnya lawan ideologi mereka yakni Komunis sejak tahun 1991. Adapun kepentingan politik AS nampak dari upaya mereka untuk terus memimpin dan mengatur perpolitikan internasional, dalam rangka semakin mengeratkan cengkraman hegemoninya atas dunia. Sementara kepentingan ekonomi AS terlihat jelas dari nafsu mereka untuk mengeruk dan menguasai kekayaan alam di berbagai negera yang berada dalam pengaruhnya terutama di negeri-negeri Islam termasuk Indonesia.
Olehnya itu, sudah saatnya kaum muslimin mewaspadai setiap konspirasi dan manuver politik AS yang sarat dengan berbagai kepentingan. Disinilah pentingnya setiap komponen umat Islam dalam menumbuhkan kesadaran politik Islam. Dengan demikian, umat Islam dapat menyadari bahwa konspirasi politik apapun yang diusung AS hanyalah untuk melanggengkan kepentingan ideologi Kapitalisme dan justru merugikan kaum muslim
Apalagi besok, bertepatan dengan peringatan runtuntuhnya WTC dan Pentagon, Dove World Outreach Center akan melakukan pembakaran mushaf al-Quran yang dimotori oleh Pendeta Terry Jones. Pembakaran al-Quran dianggap sebagai bentuk peringatan atas aksi terorisme yang menurut mereka dilakukan oleh umat Islam. Meskipun AS berkali-kali telah membantah bahwa perang melawan terorisme adalah bukan perang terhadap Islam, namun pada kenyataannya ummat Islam justru selalu dijadikan sasaran dan dicap sebagai terorisme.