Yang paling menggelitik dari berita yang dilansir oleh kompas.com dari The New York Time sebenarnya bukan masifnya serangan serta banyaknya jumlah korban yang bergelimpangan. Terdapat sebuah kejanggalan dalam berita tersebut saat disebutkan bahwa si pelaku dan aksi yang dia lakukan kemudian dikaitkan dengan kelompok Islam tertentu. Meski “Kepala Kepolisian Norwegia Sveinung Sponheim mengatakan belum tahu jelas apakah Breivik memiliki hubungan dengan ekstremis Islam”, namun pertanyaan yang wartawan The New York Time ajukan kepada kepala kepolisian Norwegia tersebut mengindikasikan bahwa wartawan media besar tersebut berusaha keras mengaitkan serangan teroris Kristen ini dengan kelompok Islam, sebuah upaya yang sia-sia sebab investigasi dari BBC berhasil mengungkap fakta bahwa pelaku adalah anti-Muslim.
Apa kata Amerika Serikat dan Uni Eropa mengenai serangan teroris ini? Jika berita dari The New York Times mencoba melakukan upaya pemaksaan wacana “kelompok Islam yang ada di balik semua ini”, maka Amerika mengutuk serangan tersebut dengan menyebutnya sebagai ”tindak kekerasan tercela,” di Oslo, sementara Presiden Komisi Eropa, Herman Van Rompuy, mengatakan ”tindakan pengecut” yang tidak bisa ditolerir. Lalu, mengapa term “terorisme” tidak dikeluarkan? Dilihat dari motif, cara serta dampak yang digunakan pelaku, jelas sekali jika bentuk serangan itu adalah terorisme. Mari kita tinjau kembali apa definisi terorisme.
Menurut Webster’s New World College Dictionary, definisi “terorisme” adalah “the use of force or threats to demoralize, intimidate, and subjugate”. Disepakati oleh kebanyakan ahli bahwa tindakan yang tergolong ke dalam tindakan terorisme adalah tindakan-tindakan yang memiliki elemen kekerasan, tujuan politik dan teror/intended audience.
Breivik, si pelaku aksi terorisme di Norwegia merupakan ekstrimis sayap kanan yang memiliki pandangan politik berseberangan dengan pemerintah liberal Norwegia. Kelompok ekstrimis sayap kanan menjadi salah satu sumber kekhawatiran aparat keamanan di Barat. Dan fakta paling penting yang harus diketahui adalah, ekstrimi sayap kanan memiliki kefanatikan anti Islam. Mereka mengidap penyakit Xenophobia (ketakutan bertemu orang asing) akut. Banyaknya imigran dari negara Muslim yang datang ke Norwegia bisa dipastikan memicu ekstrimis sayap kanan untuk melakukan aksi terorisme sebagai bentuk protes terhadap pemerintah. Saat ini, kelompok sayap kanan menjadi semakin hebat. Mereka dapat menyalurkan propaganda Xenophobia. Mereka pun kerap aktif dalam situs jejaring sosial. (Kartika/kompas.com/bbc.com/wiki)