Pelajar dan ‘Arisan Aneh’ Itu

 

Lingkungan, Lingkungan!

Ramai dikabarkan bahwa di Situbondo, Jawa Timur, ada arisan seks yang dilakukan enam pelajar SMA. Fenomena itu ditemukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Situbondo.

Situs www.viva.co.id 07/12/2012 mengabarkan bahwa praktik arisan seks itu telah berlangsung setahun dan digelar secara rutin. Setelah terkumpul, uang itu diberikan kepada yang ‘menang’ arisan. Lalu, si ‘pemenang’ bertransaksi dengan pelacur.

Seorang pelacur yang diwawancarai KPA Situbondo mengaku setiap pekan di-booking oleh kelompok arisan pelajar SMA tersebut. Celakanya, pelacur yang menjadi langganan itu sudah positif terkena HIV/AIDS (Jawa Pos, 12/12/2012). Berita itu bisa menjadi salah satu bukti bahwa pengaruh teman atau lingkungan sangat besar. Alasannya, mereka melakukan kegiatan tercela itu secara berkelompok.

Tampak, kehati-hatian dalam memilih teman atau kelompok sangatlah penting. Dalam perspektif Islam, teman atau lingkungan memang memiliki pengaruh besar terhadap seseorang, terutama bagi yang sedang di masa tumbuh-kembang termasuk seorang remaja. Teman turut membentuk akhlak seseorang. Berdasarkan HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ahmad, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa keadaan seseorang tergantung agama temannya, maka hendaklah cermat memilih teman bergaul.

Nabi Muhammad SAW -lewat HR Bukhari dan Muslim- dengan cara memberi perumpamaan yang mudah kita pahami, juga menggambarkan betapa besar pengaruh lingkungan kepada seseorang. “Sesungguhnya, -kata Nabi Muhammad SAW- “Perumpamaan tentang teman yang baik dan teman yang buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun dengan penjual minyak wangi, berkemungkinan dia memberi kita hadiah atau kita membeli darinya atau sekadar mendapatkan aromanya saja; sementara, dengan pandai besi, boleh jadi dia akan membakar pakaian kita atau kita merasakan bau asap”.

Perumpamaan di atas logis. Berdekat-dekat dengan penjual minyak wangi minimal kita akan mendapatkan aroma wangi secara gratis. Itu bermakna, jika kita berdekat-dekat dengan orang(-orang) shalih yang berakhlak mulia, maka akhlak kita akan terwarnai mulia juga. Hal yang berlawanan dengan itu, jika berdekat-dekat dengan pandai besi kita akan mendapatkan bau tak sedap. Itu berarti, jika akrab dengan orang yang ‘tak beres’, maka –cepat atau lambat- kita akan tertular menjadi ‘tak beres’ juga.

Memilih teman atau lingkungan yang baik termasuk ajaran Islam yang penting. Kita sangat dianjurkan untuk suka berkumpul dengan orang-orang yang berakhlak baik. Sebab, antarmereka akan saling mengingatkan dan saling mengajak untuk selalu berada di Jalan-Nya. Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya (QS Al-Kahfi [18]: 28).

Kelak –baik ketika di dunia dan apalagi di akhirat- kesalahan saat memilih teman akan membuat kita menyesal. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku (QS Al-Furqaan [25]: 28-29). Catatan; si Fulan di ayat itu adalah orang yang telah menyesatkannya di dunia.

Kecuali teman, lingkungan adalah hal lain yang perlu kita waspadai. Pertama, rumah kita sendiri. Di rumah –tentu saja- ada orang tua. Para orang tua hendaklah peduli kepada perkembangan anak-anaknya. Jangan biarkan anak-anak itu menjadi ‘yatim-piatu’ (bukan yatim piatu secara biologis, tapi secara psikologis lantaran mereka tak diperhatikan orang-tuanya).

Kedua, sekolah. Pada dasarnya, manfaat sekolah besar. Tapi, sekolah juga bisa berpengaruh negatif jika kurikulumnya tak bagus, guru-gurunya tak berkualifikasi sebagai uswah, dan para siswanya berasal dari kalangan ‘macam-macam’. Sekolah yang baik harus menjadi tempat murid belajar terutama tentang akhlaq dan –oleh karena itu- jangan hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran sekadar untuk bisa menjawab soal-soal ujian saja.

Ketiga, tetangga. Perangai tetangga yang buruk bisa membawa pengaruh negatif karena anak-anak kita kerap melihat kebiasaan mereka. Itulah sebabnya mengapa Nabi Muhammad SAW meminta kita untuk berhati-hati saat akan mendiami sebuah rumah, yaitu kita diminta untuk mencermati terlebih dahulu dengan siapa kita akan bertetangga.

Keempat, jalanan. Di jalanan terdapat banyak manusia dengan beragam perangai. Dengan beragam karakter seperti itu, mereka potensial untuk bisa merusak akhlak seseorang. Jika berada di jalanan, seseorang akan cenderung tergoda untuk meniru perangai orang-orang di jalanan itu. Waspadailah keadaan yang seperti ini, sebab semua orang bisa berkecenderungan untuk meniru apa saja yang dilihatnya. Sementara, di jalanan relatif cukup mudah untuk menemukan perokok, pemabuk, dan macam-macam orang dengan kebiasaan menyimpang lainnnya.

Kelima, media. Berbagai media, seperti koran, majalah, radio, televisi, dan internet  juga harus kita waspadai. Memang, di samping sisi manfaatnya yang besar, sebagian isinya juga bisa menjadi ancaman serius bagi kepribadian seseorang. Sekadar contoh, lihat –misalnya- pengaruh negatif tayangan televisi terhadap perilaku anak-anak pada ”kasus Smack Down dulu. Sejumlah anak menjadi korban agresivitas teman-temannya sendiri yang meniru tayangan kekerasan di Smack Down.

Agar Tak Tergelincir

Renungkanlah! Jika melihat betapa besar pengaruh teman atau lingkungan terhadap seseorang, maka para orang tua hendaklah memilihkan untuk anak-anaknya teman atau lingkungan yang terbaik sebagaimana mereka memilihkan untuk sang Buah Hati makanan dan pakaian yang terbaik. Selalulah perhatikan anak-anak kita, sedemikian rupa mereka tak sampai tergelincir –misalnya- mengikuti ‘arisan aneh’ seperti yang diungkap di bagian awal tulisan ini. []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *