Remaja, Jauhi ‘Api’ Tahun-baruan!

 

Ancaman dan Kerusakan

Banyak kerugian sebagai akibat dari hura-hura bertahunbaruan itu. Berikut, catatan berupa ancaman yang secara khusus mengarah kepada remaja. Pertama, menjadi korban perkosaan. Di Surabaya, seorang pemuda ditahan karena memerkosa siswi SLTP. Malapetaka berawal saat keduanya yang sudah saling mengenal itu bertahunbaruan pada 31/12/2011 di sebuah kawasan rekreasi (www.inilah.com 02/01/2012).

Kedua, terlibat seks bebas. Naiknya pembelian kondom oleh remaja menjelang tahun baru bisa menjadi petunjuk awal tentang makin meningkatnya seks bebas yang memanfaatkan momen ‘spesial’ itu.

Dari ‘seberang’, situs www.batam.tribunnews.com 31/12/2011 menurunkan judul “Sambut Tahun Baru Remaja Beli Kondom”. Bahwa, remaja yang membeli kondom menjelang tahun baru bukan hal baru lagi. Itu terulang setiap tahun.

Lihatlah di Jombang setahun sebelumnya. Sama, menjelang pergantian tahun 2010-2011, penjualan kondom meningkat drastis. Pembelinya sebagian besar remaja (forum.kompas.com 31/12/2011).

Ketiga, terpicu berbuat kriminal. Bertahunbaruan itu bersenang-senang dan itu tak gratis. Jika kantong kosong, mata bisa gelap. Bacalah ini: Berdalih untuk bertahunbaruan, di Situbondo dua pemuda menjambret dan tertangkap (www.jogja.tribunnews.com 24/12/2012).

Keempat, terperangkap mabuk-mabukan yang bahkan bisa berujung kepada kematian. Di Bekasi, sejumlah remaja kumpul-kumpul bertahunbaruan sambil minum miras oplosan. Akibatnya? Dua orang tewas dan tiga lainnya sekarat (www.poskota.co.id 02/01/2012).

Kecuali itu, ada juga kerugian yang bersifat umum. Pertama, pemborosan uang. Lihatlah! Mulai selepas maghrib di hampir semua SPBU akan dijumpai antrean panjang. Mereka –hampir dapat dipastikan- mengisi penuh tangki kendaraannya dengan BBM untuk persiapan konvoi semalaman bertahunbaruan. Pemborosan juga dari sisi uang untuk membeli: makanan/minuman, tiket tempat rekreasi, terompet, dan kembang api/petasan.

Kedua, mengganggu lingkungan. Gangguan itu bisa dari suara bising knalpot motor/mobil, terompet, dan petasan. Banyak knalpot motor yang diubah ‘performa’-nya sehingga bersuara keras memekakkan telinga. Begitu juga terompet yang ditiup di sepanjang malam. Dan, petasan yang disulut pasti merusak kenyamanan hidup orang lain. Gangguan petasan tak hanya ditemui di jalanan dan tempat-tempat rekreasi, tapi juga terjadi di banyak perumahan. Warga –baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama- banyak yang menyulut petasan terutama tepat di pergantian tahun. Hal ini sangat mengganggu nyenyak tidur mereka yang tak bertahunbaruan.

Masih soal mengganggu lingkungan. Perayaan tahun baru menyumbang sampah yang tak sedikit. Di DKI Jakarta –misalnya- volume sampah setelah malam tahun baru 2012 mencapai 6.745 ton, naik sekitar 11 persen dari volume sampah rata-rata per hari (www.tempo.co 02/01/2012).

Ketiga, berkemungkinan mengundang celaka. Situs www.bisnis.com 01/01/2012 mencatat bahwa di Denpasar puluhan orang mengalami luka-luka akibat petasan dan kecelakaan selama bertahunbaruan 2012. Di antara mereka yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar –antara lain- ada yang terkena ledakan petasan di tangan, jari, mata, dan bahkan kemaluan. Sementara, korban kecelakaan rata-rata karena mereka mabuk akibat mengkonsumsi minuman beralkohol.

Peduli, Peduli!

Mengingat sejumlah kerugian seperti yang telah dipaparkan di atas, maka catatan berikut ini kiranya perlu menjadi kajian kita bersama. Bahwa, penyelesaian masalah ini memang harus melibatkan banyak pihak.

Pemerintah adalah pihak utama yang harus berperan aktif. Pertama, pemerintah jangan memberi contoh merayakan sesuatu yang tak penting. Artinya, jangan seperti pejabat Pemprov Jatim. Lihatlah berita di www.m.beritajatim.com edisi 26/12/2012: Menandai pergantian tahun 2012-2013, direncanakan tepat pukul 00.00 WIB Gubernur Jatim Soekarwo, Wagub Saifullah Yusuf dan pejabat Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) akan meniup terompet bersama dan pesta kembang api. Acara itu dipusatkan di gedung negara Grahadi Surabaya. Juga, jangan seperti pejabat Pemprov DKI Jakarta yang menyediakan ‘fasilitas’. Bacalah www.okezone.com edisi 26/12/2012. Bahwa Pemprov DKI Jakarta akan menyuguhkan sejumlah acara memeriahkan malam pergantian tahun di kawasan sentral Jakarta, Bundaran HI. Di sana akan digelar acara dangdut, wayang, dan gambang kromong.

Kedua, pemerintah perlu menetapkan aturan yang seragam terkait petasan. Berdasarkan pemberitaan media, dalam hal petasan, aturan di berbagai daerah tampak tak sama. Di daerah yang melarang petasan-pun tampak tak serius menegakkan aturan tersebut.

Ketiga, pemerintah perlu membatasi jam buka tempat rekreasi. Jangan seperti yang selama ini terjadi, tempat rekreasi buka sampai esok harinya. Pemerintah harus bisa melindungi warganya (terutama kalangan pelajar dan apalagi wanita) dari berbagai kemungkinan buruk akibat tempat rekreasi yang buka nonstop 24 jam.

Pihak berikutnya yang harus ekstraketat mencermati bahaya bertahunbaruan adalah para orang tua. Rasanya, lebih baik orang tua dianggap kolot karena melarang anaknya pergi bertahunbaruan ketimbang menerima kemungkinan anaknya celaka (dalam arti luas).

Pihak terakhir, masyarakat umum harus peduli. Di satu sisi, masyarakat jangan terjebak untuk ikut-ikutan bertahunbaruan yang sungguh-sungguh tak mendatangkan manfaat itu. Di sisi lain, masyarakat harus peduli dengan sekitar. Misalnya, jika dijumpai sepasang remaja atau sekelompok remaja sedang berkegiatan yang melanggar norma masyarakat dan apalagi norma agama, maka jangan segan untuk menegurnya.

Semoga, esok kita lebih baik! []

Surabaya, 31/12/2012

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *