Rawat Silaturrahim, Raih Kebahagiaan

Oleh: Anwar Djaelani

2Inpasonline.com-“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan isterinya; Dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS An-Nisaa’ [4]: 1).

Bisa Dicemburui
Kita berasal dari satu yang sama. Maka, bisa kita mengerti jika dalam diri manusia terdapat hal-hal dan sifat-sifat yang universal. Misal, manusia itu berakal. Atau, manusia itu selalu ingin yang baik, dan seterusnya. Kecuali hal dan sifat yang sama, ada juga yang tampaknya individual berupa “kelebihan” dan “kekurangan” pada masing-masing orang.
Dua hal yang disebut terakhir itu membuahkan hikmah, yaitu antar-manusia menjadi saling membutuhkan. Tak bisa seseorang hidup sendirian. Di titik inilah, posisi silaturrahim menjadi sangat penting.
Dengan silaturrahim –hubungan kasih-sayang dalam pengertian luas-, ada jaminan bahwa hubungan antar-manusia menjadi mesra, harmonis, dan jauh dari konflik. Untuk itu, mari rawat dan terus tingkatkan kualitas silaturrahim kita. Bagaimana caranya?
Pertama, kita harus saling mengenal. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS Al-Hujuraat [49]: 13).
Mari, kita telaah asbabun-nuzul (hal yang melatar-belakangi turun)-nya QS Al-Hujuraat [ 49]: 13 itu. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa pada saat Fathu Mekkah, Bilal naik ke Ka’bah dan mengumandangkan adzan. Lalu, berkatalah beberapa orang: ”Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka’bah?” Mendengar itu, berkatalah sebagian yang lain: “Sekiranya Allah membenci orang itu, pasti Allah akan menggantinya.” Sementara, riwayat lain menyebutkan bahwa Abi Hindin akan dinikahkan oleh Rasulullah Saw dengan seorang wanita Bani Buyadlah. Pihak Bani Buyadlah yang merasa kelas sosialnya lebih tinggi, berkata: “Wahai Rasulullah, pantaskah kami menikahkan putri-putri kami dengan budak-budak kami?”
Tampak, dari kedua riwayat penyebab turunnya ayat di atas, bahwa tak ada diskriminasi di dalam Islam. Semua berkedudukan sama meskipun –misalnya- warna kulit dan status sosial-ekonominya berbeda. Satu-satunya yang bisa membedakan hanyalah dalam hal ketaqwaan saja.
Lihatlah contoh indahnya silaturrahim di masyarakat Islam, sekalipun antar-mereka memiliki sejumlah perbedaan. Misal, tercatat bahwa di antara sahabat dekat Nabi Muhammad Saw ada Bilal yang berasal dari Habsyi dan berkulit hitam. Ada juga Salman Al-Farisi, orang Persia dan berkulit kuning. Ada pula Shuhaib Ar-Rumi yang tumbuh-kembang di Roma.
Kedua, kita harus saling mencintai. “Tidaklah (sempurna) iman seseorang di antara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika kita sudah pada posisi seperti yang diamanatkan oleh Hadits di atas, maka bersiaplah untuk dicemburui oleh para Nabi dan Syuhada. “Sesungguhnya dari hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia. Mereka itu bukan para Nabi dan bukan para Syuhada. Para Nabi dan Syuhada merasa cemburu kepada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah di Hari Kiamat. Para Sahabat bertanya: ‘Siapakah mereka wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab: ‘Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah padahal tidak ada hubungan persaudaraan (saudara sedarah) antara mereka dan tidak ada hubungan harta (waris), Maka, demi Allah, sesungguhnya wajah-wajah mereka bagaikan cahaya dan sesungguhnya mereka di atas cahaya. Mereka tidak takut ketika manusia merasa takut dan mereka tidak pula sedih ketika manusia sedih. Kemudian Nabi membaca ayat (QS Yunus [10]: 62) ini: ‘Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih-hati’.” (HR Abu Dawud).
Setelah kita memahami nilai penting silaturrahim, maka berikut ini adalah (sebagian) tuntunan agar kualitas silaturrahim kita menjadi lebih bermakna. Pertama, berjabat tangan saat bertemu. “Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Kedua, saling mengunjungi. “Suatu hari, seseorang melakukan perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di suatu kampung. Maka Allah mengutus seorang Malaikat untuk mencegat di suatu tempat di tengah-tengah perjalanannya. Ketika orang tersebut sampai di tempat tersebut, Malaikat bertanya: ‘Hendak kemana engkau?’ Ia menjawab: ‘Aku hendak mengunjungi saudaraku yang berada di kampung ini.’ Malaikat kembali bertanya: ‘Apakah engkau punya kepentingan duniawi yang diharapkan darinya?’ Ia menjawab: ‘Tidak, kecuali karena aku mencintainya karena Allah.’ Lantas, Malaikat itu berkata: ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang dikirim kepada engkau untuk menyampaikan bahwa Allah telah mencintai engkau seperti engkau mencintai saudara engkau” (HR Muslim).
Nilai mengunjungi semakin bertambah ketika yang kita kerjakan itu berupa menjenguk saudara/sahabat/kenalan yang sakit. “Barang-siapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka Malaikat berseru, ‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga’.” (HR Tirmidzi).

Pesan Penting
Rawat silaturrahim dan jangan ambil resiko dengan –misalnya- memutus silaturrahim. Sebab, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim” (HR Bukhari dan Muslim). Sebaliknya, raihlah kebahagiaan lewat silaturrahim. ”Barang-siapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia melakukan silaturahim” (HR Bukhari dan Muslim). []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *