Neo-Orientalis Dalam Sorotan Islamia-Republika

Jika pada abad XIX salah satu ciri dari para orientalis adalah keterikatan mereka dengan politik, yakni mayoritas mereka menjadi penasehat pemerintah untuk menjinakkan tanah jajahannya yang mayoritas beragama Islam. Maka sekarang ciri itu tetap melekat pada neo-orientalis, bahkan mungkin lebih radikal nasehat-nasehatnya. Dalam hal ini, Akmal dan Satriyo melihat peran yang dimainkan oleh Bernard Lewis dan Samuel Huntington sangat tepat menggambarkan keterikatan itu. Kedua neo-orientalis ini, jelas lulusan UIKA Bogor ini, punya banyak andil dalam membentuk citra Islam dalam pandangan masyarakat Barat dan pada akhirnya melegitimasikan berbagai serangan militer kepada dunia Islam. Lewis adalah tokoh pertama yang mengajukan istilah clash of civilization (benturan peradaban) melalui sebuah artikelnya yang berjudul “The Roots of Muslim Rage”, jelas kedua pegiat milis insistnet ini. Lewis sendiri menegaskan bahwa Islam bukanlah musuh Barat, akan tetapi, Muslim, dalam jumlah yang signifikan, fundamentalis atau tidak, pastilah jahat dan berbahaya, karena memang mereka seperti itu adanya. Sedangkan Huntington berpendapat bahwa Islam adalah musuh Barat yang sebenarnya, jelas keduanya. Dalam bukunya, The Clash of Civilization, Huntington memberikan ‘wejangan’ agar pemerintah AS menjalankan fungsinya secara efektif sebagai negara superpower untuk memegang kendali negara-negara lainnya di dunia, meskipun dengan cara yang tidak kasat mata. Baik Lewis maupun Huntington memang sangat dekat dengan para pembuat kebijakan Amerika Serikat. Karena pandangan-pandangannya yang sangat radikal dan tendensius ini, Lewis dan Huntington dianggap sebagai propagandis –bukan cendekiawan-oleh sementara ahli seperti Edward W Said dan Noam Chomsky. Hampir semua kebijakan luar negeri Pemerintah AS bersumber dari nasehat-nasehat kedua tokoh neo-orientalis ini. Setelah era Perang Dingin, Pemerintah AS secara efektif menjadikan Islam sebagai musuh bersama, dengan dalih memerangi teroris. Dalih inilah yang kemudian melahirkan berbagai kebijakan liberalisasi di dunia Islam. Berjuta-juta dana telah digelontorkan AS untuk mengubah wajah Islam sesungguhnya, tulis peneliti INSISTS, Dr. Anis Malik Thoha, yang menulis artikel dengan judul Pendidikan Islam Pasca 9/11. Sementara, Adnin Armas menulis dengan judul artikel yang sangat mengusik, Orientalis Bisa Dipercaya? Dalam artikelnya ini, Adnin memaparkan fakta meskipun di kalangan orientalis ada yang simpati dan empati, umat Islam tetap perlu menganalisis pemikirannya. Hal itu diperlukan karena beberapa kajian mereka kadang masih mengandung keragu-raguan terhadap Islam, tegas Pemred Majalah Gontor ini. Ia mencontohkan Montgomery Watt, seorang orientalis yang sangat simpati terhadap Islam, yang menolak ucapan “Allah berfirman”. Watt justru mengusulkan agar diganti dengan ucapan,” Al-Qur’an menyatakan atau menyebutkan” agar terhindar dari persoalan apakah Al-Qur’an adalah Kalam Ilahi atau tidak. Padahal, bagi umat Islam Al-Qur’an adalah Kalamullah secara mutlak. Dan bagi siapapun yang meragukannya maka ia telah kafir. Orientalis lain yang juga dikatakan sangat bersimpati dengan Islam seperti Waardenburg juga tidak luput dari kesalahan-kesalahan fatal, jelas penulis buku Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an ini. Ia mencontohkan bagaimana metode empati Waardenburg ini terperangkap dalam dominasi metodologi Barat dalam studi agama-agama. Ternyata Waardenburg, jelas lulusan ISTAC ini, menuduh sarjana Muslim klasik gagal melihat agama selain Islam secara obyektif, karena berprinsip bahwa Islam agama yang final dan benar. Inilah letak kesalahan mendasar dan keluguan Waardenburg yang tidak mengenal Aqidah umat Islam.     Dari kajian ini, patutlah umat Islam menyadari bahwa orientalis, baik klasik maupun modern, empati maupun antipati terhadap Islam, tetap harus dikritisi. Persiapkan bekal keilmuan kita untuk bisa bersikap kritis terhadap mereka. Jika perlu kajian terhadap orientalis ini kita kenalkan dalam kurikulum sekolah-sekolah Islam agar sedini mungkin bisa mengantisipasi dampak kerusakan yang ditimbulkan. Semoga Allah SWT senantiasa menolong kita, Amiin.         

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *