Serangan Terhadap Al-Qur’an Dibahas Islamia-Republika

Inpasonline, 10/10/10

Islamia Republika hari kamis (23/09/10) menampilkan beberapa artikel terkait serangan terhadap Al-Qur’an. Sebuah artikel yang ditulis oleh Akmal, M.Pd.I, alumnus program ulama DDII-Baznas, mengaitkan seruan Burn a Koran Day oleh Pastor Terry Jones dan pembakaran Al-Qur’an oleh Bob Old dan Danny Allen sebagai hal yang biasa dilakukan oleh para pembenci Al-Qur’an.

Menurut Akmal, mereka bukanlah orang pertama dalam sejarah Barat yang terang-terangan menyatakan kebenciannya terhadap Al-Qur’an. Ekspresi kebencian kaum Kristen terhadap Al-Qur’an telah muncul sejak awal mula Al-Qur’an diwahyukan. Hal itu bisa dimaklumi karena Al-Qur’an satu-satunya Kitab Suci yang membongkar total dasar-dasar kepercayaan kaum Kristen, khususnya terhadap konsep ketuhanan Yesus.

Dengan merujuk kepada pakar Studi Al-Qur’an INSISTS, Akmal menjelaskan sejarah panjang penyerangan terhadap Al-Qur’an oleh kaum Yahudi dan Kristen. Berbagai tuduhan telah disematkan pada Al-Qur’an, mulai tuduhan tidak otentik, cerita bohong, hingga tuduhan al-Qur’an karangan setan. Meskipun sangat santer cacian dan hinaan terhadap Al-Qur’an, umat Islam tidak sedikitpun tergoyahkan keyakinannya terhadap kebenaran dan keotentikan Al-Qur’an. Hal inilah yang menyebabkan perubahan bentuk baru dalam penyerangan terhadap Al-Qur’an, yaitu melalui cara yang lebih halus dan berbungkus ilmiah, tulis Akmal.

Serangan dengan berbungkus ilmiah yang dilancarkan oleh para orientalis dan murid-muridnya inilah yang sekarang jarang disadari oleh banyak umat Islam, jelas Hamid Fahmy Zarkasyi. Padahal serangan ini yang justru paling berpotensi merusak aqidah, manafikan syari’ah dan merendahkan status Al-Qur’an dari wahyu menjadi sekedar “karangan” Nabi Muhammad SAW, jelas Pembantu Rektor III Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor ini.

Kita memang perlu marah jika Al-Qur’an dibakar, supaya tahu arti kitab suci bagi Muslim, tulis Direktur Center of Islamic and Occidental Studies ini. Jangankan Al-Qur’an, bendera kita dibakar pun mengundang demo besar-besaran. Bagi yang tidak demo akan dicap rendah jiwa patriotisme dan lemah nasionalismenya. Tapi perlu diingat, jika hanya Al-Qur’an yang dibakar, umat Islam masih bisa mencetak lagi sebanyak-banyaknya, jelasnya.  “ Namun, yang  lebih perlu adalah mendemo tulisan orientalis dan murid-muridnya”, tulisnya lebih lanjut. Karena serangan mereka ditujukan pada ajaran Al-Qur’an yang tentu lebih dahsyat dari sekedar membakar mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah ilmu, dan ilmu itu cahaya, karena itu cahaya harus terus diperjuangkan agar tetap hidup dalam diri kita, jelas lulusan ISTAC Malaysia ini. (mm/republika)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *