Semua orang tentu mengutuk aksi keduanya yang sama-sama meresahkan banyak orang ini. Termasuk dari sudut pandang manapun aksi keduanya tetap tidak bisa dibenarkan. Benar ketika ada orang mengatakan aksi mereka harus dihukum seberat-beratnya, termasuk jika perlu dihukum mati sebagaimana para teroris sebelumnya. Namun, apakah itu sudah cukup efektif untuk memutus jaringan teroris? Jawabannya tentu tidak, karena potensi-potensi itu masih subur di bumi Indonesia ini.
Pemuda seperti Syarif, masih banyak kita jumpai di mana-mana. Adian Husaini pernah menuturkan di datangi seorang pemuda yang menyatakan bahwa NKRI adalah Negara Kafir Republik Indonesia. Pemuda tersebut juga menegaskan hanya hukum Islam yang boleh diterapkan, sedangkan hukum selain Islam tidak boleh. Menghadapi pemuda seperti itu, Adian kemudian mengajaknya dialog sehingga pemuda tersebut tidak bisa menjawab penyataannya sendiri. Ini artinya, ada segelintir orang, khususnya pemuda, yang mempunyai semangat yang tinggi tetapi minim pemahaman yang utuh. “Mereka hanya butuh bimbingan bukan cacian dan kutukan! Tidak baik rasanya jika dia dijadikan objek eksploitasi, apalagi sebagai umpan,” jelas Adian di Republika, Sabtu, 30 April 2011. Seharusnya, pemikiran dijawab dengan pemikiran, jelas Mendiknas Mohammad Nuh. Bukannya justru dijawab dengan hinaan dan tudingan yang menyakitkan kalangan tertentu.
Sementara teror yang dilakukan oleh Pepi cs tidak bisa dikaitkan dengan fanatisme agama tertentu, justru ia telah memfitnah agama untuk kepentingan ekonomi pribadi. Bagaimana tidak, dia dan teman-temannya akan menjual hasil dokumentasinya dalam pengeboman Gereja Christ Cathedral, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, ke pihak asing. Dalam hal ini, tentunya analisis ekonomi yang bisa menjelaskan lebih jauh permasalahan Pepi ini. Sebagaimana diberitakan, keadaan ekonomi Pepi ini tergolong pas-pasan, meskipun pernah bergabung dalam kru tayangan infotainment ‘Otista’ di salah satu TV swasta. Pekerjaannya pun tidak menentu, sebagaimana diberitakan bahwa mertua Pepi tidak pernah tahu persis apa pekerjaan menantunya tersebut. Rumahnya pun juga masih kontrakan. Kondisi seperti ini sangat mudah untuk berlaku nekat dan bisa juga mudah diperalat yang penting dapat uang. Oleh karena itu, Zaim Uchrowi menyarankan jika sungguh mau menghentikan terorisme, mari ubah keadaan yang ada. Mari sungguh-sungguh berusaha membuat semua orang tersenyum juga antusias menatap masa depan. Mungkin mereka masih miskin. Tapi bila punya harapan, semua akan mampu menjalani hidup dengan gembira dan bermartabat. Jangan lupa,teroris dan calon teroris juga manusia.(mm)