Teroris pelaku pengeboman dan penembakan di Norwegia Anders Behring Breivik adalah pria waras. Dia sama sekali tidak gila karena merencanakan aksi brutalnya dengan matang. Bekas ibu tiri Breivik, Tove Overmo, mengaku, tidak pernah melihat penyimpangan kejiwaan dalam kepribadian lelaki 32 tahun itu. Anak tirinya itu kerap membicarakan buku yang ditulisnya, walau tak pernah memberitahukan isi manifesto setebal 1.500 halaman itu. Breivik rela meninggalkan pekerjaannya hanya untuk penyusunan buku yang bernada penuh kebencian kepada kaum sosialis dan Muslim itu.
Breivik memang sering membicarakan politik. Namun, Overmo menganggap tidak ada yang aneh dalam isi pembicaraannya, sama saja dengan obrolan orang-orang normal. Breivik memang memiliki kelebihan, yaitu sangat komunikatif dan kaya akan informasi serta mampu menuturkan pemikirannya dengan baik.
Menurut Overmo, orang-orang yang menilai Breivik mengalami tekanan jiwa karena mampu melakukan perbuatan keji sebenarnya tidak mengetahui apa pun soal penyakit jiwa. “Dia pria biasa, seperti pria normal pada umumnya,” ungkap Overmo, Rabu (27/7).
Pada Maret hingga April lalu adalah saat-saat terakhir baginya untuk bercengkerama dengan Breivik. Ketika dikunjungi Breivik, Overmo melihat pria berambut pirang itu normal-normal saja. Bahkan, ketika berpisah, Breivik sempat mengucapkan, “Selamat tinggal, nanti akan bertemu lagi”. “Ini adalah hal biasa dan normal,” paparnya.
Pengacara Breivik, Geir Lippestad, sempat membuat kesimpulan bahwa kliennya kemungkinan gila dan dalam pengaruh obat ketika melancarkan serangan yang membunuh 76 orang di Oslo dan Pulau Utoya itu. Namun, dia juga mengakui, terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa Breivik akan mengajukan permohonan status tidak waras ke pengadilan. “Dia meminta maaf harus melakukan ini, tapi menurutnya, aksinya itu memang diperlukan. Seluruh kejadian ini menunjukkan dia adalah orang gila,” kata Lippestad.
Breivik mengganggap dirinya sebagai kesatria penyelamat Eropa dari arus imigran Muslim dan bangga akan perbuatannya itu. Menurut Lippestad, Breivik berharap aksinya itu bakal memancing perang selama 60 tahun di Eropa. Dia sempat bertanya kepada Lippestad mengenai berapa banyak jumlah korban aksinya itu, walau pengacaranya itu menolak memberi tahu.
Kepala Intelijen Domestik Norwegia Janne Kristiansen juga meragukan kegilaan Breivik. Dia menggambarkan bahwa Breivik adalah orang yang penuh perhitungan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Dua psikiater akan diterjunkan untuk memastikan kewarasan Breivik.
Lippestad tidak mengetahui apakah kliennya berpura-pura gila agar terbebas dari kasus yang menjeratnya. Namun, dia memprediksi, Breivik tetap tidak akan dibiarkan bebas bagaimanapun kondisi kejiwaannya.
Psikolog forensik asal Norwegia, Yngve Ystad, menyatakan, sangat tidak diharapkan Breivik gila atau menderita psikosis, karena itu berarti dia tidak bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Yngve mengingatkan bahwa Breivik telah merencanakan tindakan brutal itu sejak sembilan tahun lalu. Ini mengindikasikan tidak ada pengaruh psikosis atau halusinasi karena berlangsung dalam waktu yang lama.
Koran Inggris, the Sun, pada Sabtu (23/7) lalu, sempat membuat blunder dengan menulis di headline bahwa sang teroris Norwegia, pria kulit putih yang direkrut al-Qaidah, Breivik, sangat-sangat waras. Editor the Sun Bill Leckie dalam kolomnya menyatakan, Breivik sangat tenang dan menyerah tanpa perlawanan kepada polisi. Dia mengaku bertanggung jawab, meminta maaf atas perbuatannya, tapi tak menyesal. “Bagi saya, yang paling menakutkan dari pria penebar teror ini adalah betapa sangat warasnya dia ini.” (Kartika/republika)