KH. Muhammad Kholil, Ulama Madura yang Berpengaruh

 Oleh: Anwar Djaelani

mba kholil bangkalanInpasonline.com-Bagi umat Islam yang sadar sejarah, tak mudah untuk melupakan KH Muhammad Kholil. Sosok ulama terkemuka dari Bangkalan – Madura ini layak untuk terus dikenang dan diteladani karena jasanya dalam mendidik banyak orang. Bahkan, sebagian hasil didikannya menjelma menjadi ulama atau kyai yang berpengaruh juga.

Guru Ulama

Berikut ini semacam ringkasan dari tulisan berjudul “KH Kholil Bangkalan, Gurunya Para Kyai” di www.rmi-nu.or.id. Tulisan tersebut diakses pada 08/01/2015 pukul 13.50.

KH Muhammad Kholil lahir pada 11 Jumadil Akhir 1235 Hijrah atau 27/01/1820 di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Bangkalan – Madura. Beliau berasal dari keluarga ulama dan digembleng langsung oleh ayahnya sendiri.

Menginjak dewasa Kholil belajar di berbagai pesantren. Sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, beliau belajar kepada Kyai Muhammad Nur di Pesantren Langitan, Tuban. Dari Langitan beliau pindah ke Pesantren Cangaan, Bangil – Pasuruan. Kemudian pindah ke Pesantren Keboncandi. Selama belajar di pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Adapun Kyai Nur Hasan sesungguhnya masih mempunyai pertalian keluarga dengan Kholil.

Sewaktu menjadi santri, Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). Di samping itu, beliau juga seorang hafidz Al-Qur’an. Beliau mampu membaca Al-Qur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca Al-Qur’an).

Pada 1276 Hijrah / 1859, Kholil belajar di Mekkah. Di Mekkah Kholil belajar dengan Syeikh Nawawi al-Bantani (Guru Para Ulama Indonesia dari Banten). Kecuali itu, Kholil juga berguru kepada Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, dan Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani. Beberapa sanad Hadits yang musalsalditerima dari Syeikh Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi (dari Bima, Sumbawa).

Sewaktu belajar di Mekkah, Kholil seangkatan dengan Hasyim Asy’ari, Wahab Hasbullah dan Muhammad Dahlan. Di antara mereka, Kholil yang dituakan dan dimuliakan.

Sepulang dari Mekkah, Kholil terkenal sebagai –antara lain ahli nahwu dan fiqih. Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah diperolehnya, Kholil lalu mendirikan pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya. Beliau sadar benar bahwa pada zaman itu bangsanya sedang terjajah oleh bangsa asing yang tidak seagama.

Oleh karena sewaktu pulang dari Mekkah telah berumur lanjut, Kholil tidak melibatkan diri dalam medan perang. Untuk itu beliau mengkader pemuda di pesantrennya. Namun demikian, Kholil pernah ditahan oleh penjajah Belanda karana dituduh melindungi beberapa orang -yang terlibat dalam aksi melawan Belanda- di pondok pesantrennya.

Beberapa ulama maupun tokoh-tokoh kebangsaan yang terlibat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang pernah mendapat pendidikan dari Kholil.
Di antara sekian banyak murid Kholil yang cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa Indonesia ialah Hasyim Asy’ari (pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang dan pendiri NU), Abdul Wahhab Chasbullah (pendiri Pesantren Tambakberas, Jombang), Bisri Syansuri (pendiri Pesantren Denanyar, Jombang), Ma’shum (pendiri Pesantren Lasem, Rembang), Bisri Mustofa (pendiri Pesantren Rembang), dan As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pesantren Asembagus, Situbondo).

Profil Kholil juga bisa dibaca lewat buku berjudul “KH M. Kholil Bangkalan, Biografi Singkat 1835-1925”. Buku karya Muhammad Rifa’i itu terbit pada 2010. Berikut ini adalah petikan isi buku berdasarkan resensi yang ditulis Moh. Riwan Rifa’i (Staf Pengajar Nasy’Atul Mutallimin Candi Dungkek Sumenep) di
www.nu.or.id dan diakses pada 08/01/2015 pukul 14.00.

Zamakhsyari Dhofier dalam penelitiannya tentang jaringan intelektual Islam Indonesia, menempatkan Kholil sebagai salah satu tokoh yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

Dalam bahasa Rifa’i, Kholil termasuk salah satu guru dari para Kyai se  Jawa dan Madura bahkan seluruh Indonesia. Adapan di antara murid-muridnya –selain yang telah disebut di atas- adalah Kyai Nawawi (Sidogiri), Kyai Ahmad Shiddiq (Jember), Kyai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan), Kyai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kyai Abi Sujak (Astatinggi Kebun Agung, Sumenep), Kyai Usymuni (Pandian Sumenep), Kyai Muhammad Hasan (Genggong Probolinggo), Kyai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), dan Kyai Khozin (Buduran Sidoarjo).

Di saat mendidik, Kholil luar biasa dalam mengemban amanah sebagai seorang guru. Dari beberapa santri di atas, semua menjadi tokoh publik dan bisa dipertanggungjawabkan intergritas keilmuannya. Demikian juga mayoritas santri Kyai Kholil yang lain.

Dalam mendidik santrinya, Kholil terkenal dalam menekankan sikap zuhud dan ikhlas dalam menuntut ilmu. Beliau juga memiliki metode tersendiri dalam menggembleng para santrinya. Sebagai seorang pendidik, beliau tidak mau hanya mengajar secara biasa saja, yaitu membacakan ‘kitab kuning’, meminta santri mendengarkan dan menulis pelajaran, kemudian mempelajarinya, ataupun menghafalnya.

Sebagai Kyai dan seorang pemimpin yang dihormati di Bangkalan, di Madura, dan bahkan di Jawa, Kholil menampilkan diri sebagai sosok pemimpin yang memikirkan rakyatnya. Oleh karena itu, beliau tidak menjadi seorang pemimpin dan intelektual yang hanya berada dalam pesantrennya saja. Beliau terjun langsung untuk mengetahui seperti apa keberadaan masyarakatnya. Misalnya, kesulitan seperti apa yang sedang menghadang mereka? Singkat kata, Kholil mampu menampilkan diri sebagai pemimpin yang merakyat dan mengayomi semua kalangan.

Lanjutkan, Mari!

KH Muhammad Kholil wafat dalam usia 106 tahun, yaitu pada 29 Ramadhan 1341 Hijrah atau 14/05/1923. Maka, menjadi tugas kita untuk melanjutkan berbagai teladannya, yaitu rajin menuntut ilmu, mengajar murid dengan serius, dan memimpin umat dengan sepenuh pengayoman. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *