Jemaat Ahmadiyah Memang Pembohong

 Zuhairi Misrawi, misalnya, dalam dialog di salah satu TV swasta, mengaku sudah lima tahun mempelajari Ahmadiyah. Ia berkesimpulan bahwa sebenarnya konsep kenabian Mirza Ghulam Ahmad tidak sama dengan yang dipahami oleh umat Islam kebanyakan. Posisi Mirza Ghulam Ahmad di kalangan Ahmadiyah sama seperti posisi ulama dalam pandangan umat Islam. Jika umat Islam mau memahami hal ini dan tidak terpaku dengan kata nabi, maka tentu tidak akan ada perbedaan sama sekali, jelas Zuhairi dengan penuh percaya diri.

Sementara dari pihak Ahmadiyah sendiri juga berargumen sebagaimana Zuhairi Misrawi di hadapan anggota DPR dan dialog di beberapa media. Seakan memang disetting satu suara antara mereka dengan pembelanya dari kawan-kawan Islam Liberal. Padahal, jika mau jujur, pernyataan mereka jelas hanya retorika belaka untuk mencari simpati publik. Mereka bisa saja berkelit dengan dalih yang bermacam-macam, tapi  pernyataan dalam kitab mereka tidak bisa berkata bohong. Sangat jelas, Mirza Ghulam Ahmad dalam menafsirkan beberapa Ayat Al-Qur’an mengaku dirinya sebagai Nabi dan Rasul. Dalam Tadzkirah, yang dikatakan sebagai kumpulan wahyu yang diterima Mirza, disebutkan:

Artinya: “Dialah Tuhan yang mengutus Rasulnya “Mirza Ghulam Ahmad” dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya. (kitab suci Tadzkirah hal. 621)

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menjadikan engkau -wahai Mirza Ghulam ahmad– imam bagi seluruh manusia”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.630 )

Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau –wahai Mirza Ghulam Ahmad- kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.634)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang dibajak Ahmadiyah untuk melegitimasi kenabian Mirza Ghulam Ahmad ini. Menurut penelitian Fahmi Salim, penggunaan Tadzkirah hanya bagi anggota jemaat Ahmadiyah yang sudah lama, sedangkan untuk jemaat yang masih baru, biasanya digunakan Al-Qur’an terjemahan versi Ahmadiyah yang sudah disalahtafsirkan makna-maknanya. Hal ini dilakukan untuk mengecoh jemaat baru agar menyangka ajaran Ahmadiyah juga sama dengan Islam pada umumnya.

Selalu Berbohong

Kepada jemaatnya sendiri saja Ahmadiyah sudah melakukan pembohongan dan tidak terus terang, apalagi kepada orang lain. Tidak heran jika di hadapan publik Ahmadiyah sering berbohong untuk mencari simpati, meskipun bertentangan dengan kitabnya sendiri. Dalam persidangan pun, anggota-anggota Ahmadiyah juga tidak segan-segan berbohong untuk memenangkan perkara. Hal ini terjadi dalam persidangan di Pengadilan Negeri Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/1/2011), sebagaimana diberitakan oleh voa-islam.com. Dalam persidangan tersebut, tiga saksi dari anggota Ahmadiyah memberikan kesaksian palsu dan menjanggalkan antara saksi satu dengan lainnya. Hal ini membuat Hakim dalam persidangan tersebut berkali-kali mengingatkan untuk tidak berbohong dan mengada-ada.

Menurut KH. Ma’ruf Amin, Ketu MUI, kebohongan yang  dilakukan anggota-anggota Ahmadiyah adalah hal biasa yang dilakukan ajaran ini. Hal itu disebabkan oleh dasar dari ajaran ini memang penuh kebohongan. Jangankan anggotanya, pendirinya saja, Mirza Ghulam Ahmad, sudah berbohong mengaku Nabi  sesudah Nabi Muhammad. Jadi, karakter bohong dalam ajaran Ahmadiyah sudah mendarah daging dan tidak perlu heran jika mereka melakukan itu semua. (mm)

  

     

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *