Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku ”Berdekat-dekat kepada Yang Maha Dekat” dan 12 judul lainnya

inpasonline.com – Manusia itu lemah. Cermatilah ayat ini: ”… dan manusia dijadikan bersifat lemah” (QS An-Nisaa’ [4]: 28). Terkait, perhatikanlah hadits ini: “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertobat” (HR Tirmidzi).

Mari menunduk. Nabi Muhammad Saw, yang terlindung dari berbuat salah, ber-istighfar (memohon ampun kepada Allah) 70 sampai 100 kali dalam sehari. Simaklah dua hadits ini: “Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertobat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali” (HR Bukhari). ”Sesungguhnya, aku selalu ber-istighfar kepada Allah setiap hari sebanyak 100 kali dan aku juga bertobat kepada-Nya“ (HR Ahmad).

Waktu Utama

Kapan bisa beristighfar? Kapan saja, bisa. Hanya saja, ada waktu yang tergolong spesial. Pertama, bakda shalat wajib saat memulai sunnah untuk berdzikir. Awalilah dengan istighfar tiga kali. Permohonan ampun untuk apa? Secara khusus, istighfar untuk kualitas shalat kita yang dalam pelaksanaannya boleh jadi masih jauh dari sempurna. Secara umum, istighfar untuk semua jenis kesalahan yang kita lakukan.

Kedua, di waktu sahur atau sebelum fajar. Perhatikan ayat yang menggambarkan orang takwa, yang kelak mereka akan menikmati kebahagiaan lebih dari yang dirasa di dunia (baca  Ali ’Imraan [3]: 14). Pihak yang akan mendapat kebahagiaan surga hanya orang bertakwa, yang di antara sifatnya ada pada ayat ini: ”dan yang memohon ampun di waktu sahur” (QS Ali ’Imraan [3]: 17).

Di waktu sahur? Dalam Tafsir Al-Azhar, Hamka memberi dua makna ”memohon ampun di waktu sahur” itu. Pertama, ”memohon ampun di ujung malam ” setelah kita shalat tahajjud. Kedua, memohon ampun sehabis sahur untuk berpuasa di esoknya (Hamka, 2003: 728).

Di ayat lain juga digambarkan bahwa kelak orang-orang yang bertakwa berada dalam surga (baca QS Adz-Dzaariyaat [51]: 15). Adapun sebagian sifat orang bertakwa itu seperti dalam ayat ini: ”Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar” (QS Adz-Dzaariyaat [51]: 18).

 

Belajar ke Sejarah       

Di antara nama Nabi yang kita mudah mengingatnya adalah Nabi Adam As dan Nabi Yunus As. Hal ini, antara lain karena doa keduanya sering diamalkan secara istiqomah oleh banyak umat Islam. Doa yang dimaksud diucapkan kedua Nabi itu sebagai pernyataan bersalah sekaligus permohonan ampun kepada Allah.

Pertama, saat Adam As dan istrinya melakukan kesalahan di surga karena melanggar larangan Allah dengan menuruti bujuk-rayu setan. Atas kesalahan itu, keduanya harus rela turun ke bumi. Keduanya, Adam As dan istrinya lalu berdoa: “Keduanya berkata: ‘Yaa Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi’.” (QS Al-A’raaf [7]: 23).

Kedua, terkait Nabi Yunus As. Bahwa, merasa dakwahnya yang telah lama dilakukan tak berhasil, maka Nabi Yunus As tanpa petunjuk Allah lalu pergi meninggalkan kaumnya. Di perjalanan, saat menyeberangi laut, dia dimangsa ikan yang sangat besar. Di kegelapan yang sangat pekat (di malam hari, di kedalaman laut, dan di dalam perut ikan), Nabi Yunus As berdoa yang diabadikan di ayat ini: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim’.” (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 87).

 Di Lailatul Qadr

          Di Ramadhan, ada doa yang sunnah diamalkan yaitu di malam ketika diperkirakan Lailatul Qadr akan turun. Oleh karena dari berbagai hadits waktu yang paling mungkin Lailatul Qadr itu turun di sepuluh hari terakhir Ramadhan, maka di waktu itulah doa tersebut sebaiknya dipanjatkan.

Doa itu adalah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Wahai Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka memberikan maaf, maka maafkanlah aku).

Doa tersebut bagian dari usaha memohon ampun kepada Allah. Jika di bulan-bulan sebelumnya kita sudah istiqomah beristighfar, maka di Ramadhan yang sudah istiqomah itu dipertahankan dan ditambah doa khusus di sepuluh akhir Ramadhan itu.

Yaa Allah, astaghfirullah, hamba bertobat! Yaa Allah, maafkan hamba! Yaa Allah, ampuni kami. []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *