Irshad Manji, Kemunkaran, dan Sikap Kita

Siapa Bela Apa?

Irshad Manji adalah pelaku dan penggerak lesbianisme asal Kanada. Dia juga suka melecehkan Islam. Di halaman 96-97 bukunya (edisi Indonesia) –Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini-, bisa ditemukan indikasi pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW dan Al-Quran. Dia menulis: ”Sebagai seorang pedagang buta huruf, Muhammad  bergantung pada para pencatat untuk mencatat kata-kata yang didengarnya dari Allah. Kadang-kadang Nabi sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa untuk menguraikan apa yang ia dengar. Itulah bagaimana ”ayat-ayat setan” – ayat-ayat yang memuja berhala – dilaporkan pernah diterima oleh Muhammad dan dicatat sebagai ayat otentik untuk al-Quran. Nabi kemudian  mencoret ayat-ayat tersebut, menyalahkan tipu daya setan sebagai penyebab kesalahan catat tersebut. Namun, kenyataan bahwa para filosof muslim selama berabad-abad telah mengisahkan cerita ini sungguh telah memperlihatkan keraguan yang sudah lama ada terhadap kesempurnaan al-Quran” (baca: Irshad Manji Sepatutnya Diobati! di www.hidayatullah.com 01/05/2012).

Aksi Manji –baik sebagai pelaku lesbian maupun sebagai ‘juru kampanye’ pro-lesbian/homoseksual- sungguh sangat berbahaya. Sebab, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan menimpa umatku adalah perbuatan kaum Luth” (HR Tirmidzi, Hakim, Ibn Majah). “… dan apabila telah banyak kejadian laki-laki ’mendatangi’ laki-laki, maka Allah akan mencabut tangan-Nya dari makhluk, sehingga Allah tidak memedulikan di lembah mana mereka akan binasa”  (HR Tirmidzi, Hakim, dan Tabrani).

Aksi Manji jelas munkar. Sementara, Islam sangat keras menghadapi kemunkaran. Lihatlah! Pertama, umat Islam harus aktif bernahi munkar! “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS Ali-‘Imraan [3]: 110). Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa di antara kalian yang melihat suatu kemunkaran maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu maka dengan lisannya; jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang ini selemah-lemah iman” (HR Muslim). Lakukanlah nahi munkar, agar kita terhindar dari ‘resiko’. ”Sesungguhnya manusia jika melihat kemunkaran tapi tidak mengingkarinya, maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan azab-Nya, yang juga akan menimpa mereka“   (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibn Majah).

Kedua, jangan bersekutu dengan penyeru kebathilan! “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS Al-Maaidah [5]: 2).

Kita mestinya tidak menjadi penolong kebathilan dengan bersedia -langsung atau tak langsung- memfasilitasi acara Manji. Tapi, lihatlah ketika awal Mei 2012 Manji datang ke Indonesia untuk peluncuran buku terbarunya, “Allah, Liberty, and Love.” Dia dijadwalkan berbicara di sejumlah tempat termasuk di beberapa perguruan tinggi.

Acaranya di sejumlah tempat dibatalkan atau dibubarkan karena ditentang warga di sekitar lokasi penyelenggaraan plus elemen masyarakat lainnya. Misal, www.kompas.com 03/05/2012 melaporkan: Rencana acara Manji pada 08/05/2012 di Balai Soedjatmoko, Gramedia, Solo, gagal digelar setelah diprotes Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS). 

Lalu, www.kompas.com 04/05/2012 memberitakan: “Irshad Manji, telah meninggalkan teater Salihara, Jakarta Selatan, dengan dikawal satu mobil polisi dari Kepolisian Sektor Pasar Minggu, setelah sebelumnya warga dan organisasi masyarakat menolak kehadiran wanita tersebut ke Indonesia”.

Di Jogjakarta, sejumlah elemen masyarakat menolak. Misal, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Jamaah Shalahuddin UGM menolak Manji di kampus mereka. Maka, acara Manji di UGM yang dijadwalkan pada 09/05/2012 batal.

Tapi, jika di Komunitas Salihara Jakarta acara Manji dibubarkan, ternyata acara yang sama berlangsung aman saat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelarnya. Mengapa? “Banser Ikut Jaga, Acara Irshad Manji di AJI Berjalan Lancar”. Disebutkan bahwa acara itu lancar karena dijaga sekitar 50 personel Barisan Serbaguna (Banser) NU berpakaian seragam (www.hidayatullah.com 05/05/2012).

Sikap Banser NU di atas sangat berbeda dengan mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, yang mengatakan: “Umat Islam dan seluruh umat beragama di Indonesia harus mewaspadai diskusi ‘Allah, Liberty, and Love’.” Lebih jauh, tegas Hasyim Muzadi, “HAM tidak boleh dipakai merusak tatanan Ketuhanan Yang Maha Esa” (www.hidayatullah.com 08/05/2012).

            Sikap Hasyim Muzadi berbeda dengan Banser NU. Sikap Hasyim Muzadi juga berlainan dengan Syafii Maarif. Mantan Ketua PP Muhammadiyah itu mengatakan bahwa penolakan terhadap pemikiran Manji tidak hanya terjadi di Indonesia. “Di dunia Islam juga. Biar sajalah, kenapa juga kita harus melarang-larang dia?” kata Maarif (www.metrotvnews.com 09/05/2012).

Doa Kita

Penolakan atas Manji juga muncul di Pondok Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albab Bogor. Pada 08/05/2012 malam, pesantren ini menggelar doa Qunut Nazilah atas kehadiran Manji. Acara dipimpin KH Dr. Ahmad Alim, MA.

Ahmad Alim mengutip Ibn Taimiyah yang mengatakan: “Dianjurkan seseorang yang melakukan Qunut Nazilah berdoa sesuai dengan musibah yang terjadi saat itu. Dan jika dalam doanya ia menyebutkan kaum mu’minin yang diperangi atau mendoakan kehancuran bagi orang-orang kafir yang memerangi mereka, maka itu adalah sebuah kebaikan” (Majmu’ Fatawa, 271/22).

Maka, inilah petikan doa mereka yang juga sangat patut jika kita ikut mengamininya: “Yaa Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin. Hinakanlah musuh-Mu dan musuh agama-Mu dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta penolong-penolong mereka dari kalangan sekuler dan liberal. Yaa Allah, perbaikilah keadaan pemuda kaum Muslimin, lindungi mereka dari pemikiran merusak yang disebarkan kaum liberal dan sekuler sesat”. Aamiin. []

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *