Hamka dan Kisah ”Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”

Hamka dan Kisah ”Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”

Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku ”Menulislah, Engkau Akan Dikenang” dan 12 judul lainnya

Hamka dan Kisah ”Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”

inpasonline.com – Di dunia ini, sangat banyak pasangan. Misalnya pasangan hidup-mati, siang-malam, untung-rugi, menang-kalah, kaya-miskin, suka-duka, dan sulit-mudah. Tentu, atas berbagai pasangan itu ada hikmahnya masing-masing.

Tulisan ini, fokus ke pasangan sulit-mudah. Bahwa, di sekitar kita pasti ada kesulitan dan kemudahan. Bahwa, pada masing-masing orang pernah merasakan saat-saat berada dalam kesulitan dan pernah pula merasakan waktu-waktu berada dalam kemudahan.

Kesulitan dan kemudahan, keduanya merupakan ujian dari Allah. Cermatilah, apakah saat merasakan kesulitan kita bersabar? Apakah ketika mendapatkan kemudahan kita bersyukur?

Kita harus bisa menghadapi kesulitan dan kemudahan secara tepat. Perhatikan hadits ini: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan (kemudahan), maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan (kesulitan), maka ia bersabar. Itu pun baik baginya” (HR Muslim).

Tafsir Bersejarah        

          Perhatikan dua ayat ini: ”Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan” (QS Al-Insyiraah [94]: 5-6). Dua ayat di Surat Al-Insyiraah (atau nama lainnya, Surat Alam Nasyrah) tersebut, sangat perlu kita hayati. Termasuk lewat pengalaman Hamka, pribadi yang tergolong sebagai Ulama Besar.

          Kisah Hamka (1908-1981), yang dia tulis di Tafsir Al-Azhar karyanya, insya Allah dapat membuat kita lebih bisa meresapi makna dua ayat di atas. Hamka menyampaikan pengalamannya ketika dulu ditahan secara sewenang-wenang, 1964-1966, dengan total selama 2 tahun 4 bulan. Saat itu, Hamka amat merasakan kesulitan ditahan oleh penguasa Orde Lama.

Dengan pahit Hamka bertutur tentang akibat perampasan kemerdekaan dirinya. Bahwa, itu sangat menyakitkannya. Dia sangat tertekan. Rasanya, situasi saat itu bisa membuatnya gila. Bukankah, dirinya sama sekali tak punya salah?

Hanya saja, akal Hamka tetap berjalan. Lalu, ilham Allah datang. Cepat-cepat dia baca Al-Qur’an, sehingga pada lima hari penahanannya yang pertama bisa tiga kali Al-Qur’an khatam dibaca. Tak berhenti di situ, Hamka lalu atur jam-jam buat membaca dan jam-jam buat menulis Tafsir Al-Qur’an.

Demikianlah, bagi Hamka, hari berjalan terus dengan tidak mengetahui dan tidak banyak lagi memikirkan kapan dirinya akan keluar dari tahanan. Akhirnya, setelah terjadi kekacauan politik akibat pemberontakan komunis pada 30 September 1965 dan perkembangan selanjutnya, Hamka dibebaskan pada Mei 1966.

Selama di tahanan, Hamka mendapat nikmat besar berikut ini. Dia telah membaca Al-Qur’an lebih dari 150 kali khatam. Tak hanya itu, bahkan Hamka bisa menyelesaikan Tafsir Al-Qur’an 28 juz. Adapun dua juz yaitu 18 dan 19, telah Hamka selesaikan tafsirnya sebelum ditahan. Jadi, dengan ditahan, Hamka telah lengkap punya karya Tafsir Al-Qur’an 30 juz.

Masih ada nikmat besar yang lain. Pada 1968, Hamka dapat menunaikan ibadah haji bersama istri dan salah seorang anaknya. Biayanya, dari mana? Separuh dari biaya hajinya berasal dari honorarium Tafsir Al-Azhar Juz 1 (Hamka, Tafsir Al-Azhar, 2003: 8042).

Kisah Nabi Saw dan Sahabat

QS Al-Insyiraah, lengkapnya ada 8 ayat. Menurut As-Suyuthi, Surat tersebut turun ketika kaum musyrikin memperolok-olok kaum Muslimin. Itu terjadi, karena kekafiran kaum musyrikin itu.

Khusus ayat 6, di kitab Asbabun Nuzul (Qamaruddin Shaleh dkk, 1995: 595), ada riwayat berikut ini. Bahwa, Rasulullah Saw bersabda: “Bergembiralah kalian karena akan datang kemudahan bagi kalian. Kesusahan / kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan” (HR Ibnu Jarir).

Rupanya, hal yang sama dicontoh oleh Umar bin Khaththab Ra. Tentang hal ini, Hamka mengutip kitab Al-Muawaththa’ karya Imam Malik. Di bahasan jihad, ada satu riwayat sebagai berikut.

Dari Zaid bin Aslam, berkata dia: ”Abu Ubaidah bin Jarrah menulis surat kepada Umar bin Khaththab Ra yang isinya menerangkan bahwa tentara Romawi yang amat besar telah siap akan menyerang mereka. Kekuatan tentara itu amat mencemaskan”.

Surat itu dibalas oleh Umar bin Khaththab Ra, yang di antara isinya sebagai berikut: “Amma ba’du. Bagaimanapun kesulitan yang dihadapi oleh orang beriman, namun Allah akan melepaskannya dari kesulitan itu karena satu ’usrin (kesulitan) tidak akan dapat mengalahkan dua Yusran (kemudahan)”.

Di halaman yang sama di Tafsir Al-Azhar (2003: 8044), Hamka menuturkan kisah yang terhubung langsung dengan dirinya. Bahwa di waktu Hamka masih kanak-kanak, ipar sekaligus gurunya yaitu Buya AR Sutan Mansur sering membaca sambil menyanyikan sebuah syair. Tersebab dari kerapnya Hamka mendengar syair itu, dia pun dapat menghafalnya dan menyanyikannya dengan baik. Berikut ini, syair tersebut:

Apabila bala bencana telah bersangatan menimpamu//

Pikirkan segera Surat Alam Nasyrah//

’Usrun terjepit di antara dua Yusran//

Kalau itu telah engkau pikirkan, niscaya engkau akan gembira//.

 

Penjelasan Ahli

Adakah penjelasan yang lebih mudah kita pahami tentang QS Al-Insiraah [94]: 5-6? Penjelasan berikut ini, insya Allah bisa membantu kita. Mari simak.

Para ahli tafsir menerangkan bahwa kesulitan yang disebutkan dalam ayat tersebut hanyalah satu karena ia menggunakan isim ma’rifah (sesuatu yang sudah tertentu). Maksudnya, kesulitan pertama sama dengan kesulitan kedua. Sedangkan kemudahan dalam ayat tersebut adalah dua karena ia menggunakan isim nakiroh (sesuatu yang penunjukannya belum tertentu). Maksudnya, kemudahan pertama dan kedua itu berbeda. Jadinya, kesulitan yang ada itu hanya satu, sedangkan kemudahan yang ada itu dua. Inilah, keterangan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (https://rumaysho.com/1151-1-kesulitan-mustahil-mengalahkan-2-kemudahan.html, akses 29 Maret 2025).

Yakin dan Yakin

          Demikianlah! Lewat ayat dan hadits serta kisah, sudah kita peroleh keyakinan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan, itu benar adanya. Oleh karena itu, hadapilah berbagai kesulitan dengan sabar. Sadarilah, tak ada kesulitan yang tak bisa kita selesaikan dengan pertolongan Allah.

Nabi Muhammad Saw dan Umar bin Khahthab Ra telah memberi teladan. Hamka, telah turut pula menambahkan ilmu dan pengalamannya. Bahwa, sekali lagi, benar adanya ”Bersama kesulitan ada kemudahan”. Allahhu Akbar, alhamdulillah! []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *