Oleh Malki Ahmad Nasir
Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan MUI Kodya Bandung
inpasonline.com – Sebentar lagi bulan puasa di bulan keberkahan Ramadan hampir selesai bersamaan juga momentum suasana meraih ketaqwaan akan sirna, hal ini sebagaimana yang ceritakan dalam sebuah hadis tentang kesedihan para sahabat dengan selesainya bulan Ramadhan. Hal ini lah yang membuat para sahabat sedih, karena banyaknya pelbagai keutamaan dan keberkahan termasuk suasananya yang mendukung dalam meraih pelbagai ketaqwaan kepada Allah swt. karenanya menjadi penting sekali untuk terus melanjutkan kebaikan paska selesai berpuasa pada bulan Ramadhan dengan cara beristiqamah. Maka selaraslah dengan pernyataan diatas, seperti dalam al-Quran pada surat Hud ayat 112 yang berbunyi “Maka istiqamahlah kamu sebagaimana diperintahkan kepadamu.” Pertanyaannya kemudian kenapa ayat tersebut begitu penting dan bagaimana makna dari kata tersebut dalam konteks diatas?
kata istiqamah berasal dari bahasa Arab yang bermakna “tekun”, “teguh hati” atau moderasi. Arti tersebut merujuk pada keteguhan hati seseorang dalam mentaati perintah Allah dan petunjuk yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, walaupun ia harus menghadapi berbagai ujian atau cobaan. (Lisanul Arab, 224). Demikian dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata tersebut memiliki arti yaitu sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen dalam setiap tindakan (https://www.kbbi.web.id/istikamah). Dalam penjelasan lain, yaitu memiliki sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman, termasuk dalam menghadapi pelbagai jenis tantangan dan godaan.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, kata istiqamah memberi makna tentang kekonsistenan seseorang dalam berbuat baik dan tidak tergoyahkan oleh pelbagai halangan atau godaan yang datang, termasuk kesungguhan dalam menjaga kebenaran, kebaikan, dan ketaatan kepada Allah SWT, mencakup sikap tetap teguh berada di jalan yang lurus (shiratal mustaqim) dan tidak menyimpang dari ajaran Islam, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun keyakinan. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, selalu berusaha untuk terus berbuat baik, dengan menjaga ibadah, jujur, menjaga amanah, berakhlakul karimah. Bukan itu saja, turunan istiqamah wujud dalam suasana selalu rajin dan tekun menjalankan shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya tanpa merasa bosan atau lelah, berbuat kebaikan dan tidak putus asa dalam memperbaiki diri serta adanya keinginan untuk membantu orang lain, dan berusaha menghindari segala bentuk kemaksiatan dan dosa, serta keinginan tetap berada di jalan yang diridhai Allah begitu mudah pada bulan Ramadhan.
Sehingga perintah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang berbunyi “Maka istiqamahlah (berteguh hatilah) kamu sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS. Hud: 112), seolah-olah menampakkan dalam potret perjalanan aktifitasnya selama berada di bulan Ramadhan tersebut. Akibat beristiqamah tersebut melahirkan amalan yang konsisten dalam menyampaikan pesan kebenaran meskipun mendapatkan tantangan, justru ia akan tetap berbuat kebaikan kepada orang lain meskipun mendapatkan balasan yang kurang baik. Sikap diatas tersebut digambarkan dalam al-Quran pada Surat Al-Ahqaf ayat 13 yang berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah (berteguh hati) maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” Juga pada Surat Fussilat ayat 30 yang berbunyi, ”Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqamah (berteguh hati), malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata): janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan meperoleh Surga telah dijanjikan kepadamu.” Kedua ayat ini menjelaskan tentang sikap orang-orang yang konsisten dalam beramal baik, dan menyakini akan mendapatkan balasan pahala besar yang telah Allah SWT janjikan, kemudian mereka akan merasakan ketenangan hati karena dekat dengan Allah SWT.
Masalahnya adalah ketika nilai-nilai keistiqamahan tersebut yang dipetik selama di bulan Ramadhan berakhir, maka bagaimana merawat dan melanjutkannya di bulan-bulan seterusnya? Pertanyaan ini penting diajukan untuk menghindari dari kelalaian dan kelengahan sikap yang muncul bahwa momen berbuat kebaikan tersebut seolah-olah hanya berlangsung di bulan Ramadhan. Hal ini jangan sampai terjadi kelalaian seperti yang disebut dalam al-Quran Surah An-Nahl ayat 92 berbunyi: “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.”
Penjelasan ayat tersebut memperumpamakan tentang seorang perempuan yang telah memintal benang dengan kuat, tetapi kemudian ia menguraikannya kembali sehingga benang tersebut menjadi cerai-berai alias tidak jadi. Perumpamaan tersebut menggambarkan bahwa ia tidak memiliki tujuan dengan tindakan merusak tersebut, sehingga tenunan yang sudah cantik dan indah menjadi sia-sia, karena dirusak kembali. Padahal memintal benang-benang dan merapikannya tersebut memerlukan waktu yang tidak sedikit malah justru banyak waktu yang berharga tersia-siakan. Artinya jika seseorang yang telah berbuat baik, mengamalkan kejujuran, Amanah dan lain-lainnya, jika tidak dirawat dan dijaganya, maka amalan tersebut akan sia-sia alias berguguran.
Kemudian penjelasan dari ayat tersebut adalah mengingatkan supaya umat Islam tidak merusak atau menghancurkan sesuatu amalan atau aktifitas kebaikan yang sudah dimulai dengan susah payah di bulan Ramadhan dalam konteks ini, kemudian meruksak juga perjanjian yang sudah terjalin dengan baik dengan Allah swt melalui amalan yang disukaiNya, karena hal tersebut dapat dianggap sebagai sebuah tindakan yang tidak bijaksana dan merugikan. Apalagi Rasulullah SAW bersabda berbunyi “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah,’ kemudian beristiqamahlah.” (HR. Muslim). Artinya jika sudah berkomitmen dengan perjanjian Allah konsekuensinya harus beristiqamah.
Karena itu, dalam menghadap berakhirnya bulan Ramadhan dan masuknya bulan syawal dan bulan-bulan lainnya, ada beberapa yang harus dipersiapkan, sebagaimana yang telah disebut dalam hadis tersebut adalah pertama selalu konsisten dalam kebaikan dan tidak merusak apa yang telah di bangun dengan susah payah, penuh kesabaran dan kerja keras, kedua selalu menjaga janji dan perjajian dengan Allah swt dengan cara bersikap jujur dan menjaga amanah, sebab hadis tersebut mengajarkan untuk untuk selalu beristiqamah melalui menjaga amanah, baik dalam hubungan dengan manusia maupun dengan Allah. Maka merusaknya sesuatu yang sudah baik adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Dengan demikian, beristiqamah setelah lebaran adalah komitmen untuk terus konsisten dalam menjalankan ibadah dan kebiasaan baik yang telah diperoleh selama di bulan Ramadan. Karena Bulan Ramadan sering kali menjadi momentum bagi banyak orang untuk memperbaiki diri dan lebih dekat dengan Allah. Karenanya paska lebaran, tantangannya tetap menjaga semangat dan keteguhan hati tetap berlanjut. Sehingga ada beberapa langkah untuk menjaga istiqamah setelah lebaran antara lain, pertama meneruskan kebiasaan ibadah seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan dzikir. Kedua, meneruskan puasa sunnah seperti puasa setelah lebaran (puasa di Bulan Syawal), puasa Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh (puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah), atau puasa selang sehari (puasa Nabi Dawud) yang dapat membantu menjaga momentum ketaatan dan kedekatan dengan Allah SWT. Ketiga, adalah terus menjaga sifat sabar, jujur, rendah hati, dan menjaga hubungan baik dan mempererat hubungan antar sesama, baik dengan keluarga, teman, maupun saudara seiman. Keempat, meneruskan belajar ilmu agama, melalui kajian, buku, atau diskusi dengan orang-orang yang berilmu. Semua usaha diatas akan membantu dalam beristiqamah memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Kelima, senantiasa berdoa agar diberi kekuatan untuk tetap konsisten dalam menjalani jalan kebaikan. Terakhir, sememangnya berIstiqamah itu tidak mudah, tetapi dengan niat yang tulus dan usaha yang konsisten di bulan Ramadhan, akan menjadi bekal untuk dapat terus menjaga kualitas ibadah dan kebaikan dalam memasuki bulan-bulan paska Ramadhan. Moga Allah SWT memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah. Aamiin.