Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku ”Berdekat-dekat kepada Yang Maha Dekat” dan 12 judul lainnya
inpasonline.com – Puasa Ramadhan dikerjakan kaum beriman sebagai wujud ketaatannya kepada Allah. Lewat puasa Ramadhan kita dididik dan dilatih secara intensif agar menjadi kaum yang bertakwa. Hasilnya, harus kita pertahankan di sebelas bulan berikutnya.
Tentu saja performa kita di hari pertama dari sebelas bulan yang dimaksud, yaitu saat berhari raya Idul Fitri pada 1 Syawal, sangat strategis. Itu awalan. Oleh karena itu perlu kita persiapkan dengan baik.
Apa saja sunnah Nabi Muhammad Saw di hari itu? Apa saja teladan Sahabat di hari itu? Mari ikuti dengan saksama.
Pedoman Praktis
-
Mandi sebelum berangkat shalat Idul Fitri.
Mandi di Hari Raya, sunnah. Dasarnya, atsar dari sahabat Nabi Saw berikut ini.
Dari Ali bin Abi Thalib Ra, bahwa seseorang pernah bertanya kepadanya mengenai mandi. Ali Ra menjawab, “Mandilah setiap hari jika kamu mau”. Orang tadi berkata, “Bukan itu. Maksud saya, manakah mandi yang dianjurkan?” Ali Ra menjawab, “Mandi pada Hari Jum’at, Hari Arafah, Hari Idul Fitri dan Hari Idul Adha” (HR Al-Baihaqi).
Riwayat lain, dari Nafi’. Ia berkata, bahwa Abdullah bin Umar Ra biasa mandi di Hari Idul Fitri sebelum berangkat pagi-pagi ke tanah lapang (HR Malik dalam Al-Muwaththa’).
Disunnahkan mandi di Hari Id, karena saat itu berkumpul orang banyak. Hal ini, sama halnya dengan saat akan berangkat shalat Jum’at. Jika akan shalat Jum’at disunnahkan mandi, maka saat akan shalat Id pun sama.
-
Berhias diri dan memakai pakaian terbaik.
Perhatikan hadits ini: “Nabi Saw memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fitri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada Hari Jum’at” (HR Ibnu Khuzaimah). Senada, diriwayatkan Al-Baihaqi, bahwa Ibnu Umar Ra biasa memakai pakaian terbaik di Hari Id.
Aturan berpenampilan yang baik di Hari Id berlaku bagi pria. Sedangkan bagi wanita, lebih aman baginya untuk tidak menampakkan kecantikannya di hadapan umum. Wanita, hendaknya menjaga diri saat di luar rumah terutama dalam mengatur penampilan.
-
Makan sebelum shalat Idul Fitri.
Perhatikan Hadits ini: “Rasulullah Saw biasa berangkat shalat Id pada Hari Idul Fitri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada Hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dahulu kecuali setelah pulang dari shalat Id baru beliau menyantap hasil qurbannya” (HR Ahmad).
Pada hari Idul Fitri disunnahkan untuk makan sebelum keluar rumah menuju tempat shalat dikarenakan adanya larangan berpuasa pada hari tersebut. Untuk itu, sebagai penanda bahwa pada hari itu tidak lagi berpuasa perlulah kita makan.
Di Hari Id Fitri, sebelum ke tempat shalat Id, makanlah beberapa kurma. Perhatikan hadits ini: “Rasulullah Saw tidaklah keluar pada Hari Idul Fitri (ke tempat shalat) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil” (HR Bukhari). Jika tidak mendapati kurma, boleh makan makanan halal lainnya.
-
Bertakbir mulai malam Hari Raya dan dari rumah menuju tempat Shalat Id.
Ketika puasa Ramadhan telah sempurna (selesai), kita diperintahkan untuk mensyukurinya dengan memperbanyak takbir. Perhatikan ayat ini: ”Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS Al-Baqarah [2]: 185).
Takbir Idul Fitri dimulai dari malam Idul Fitri hingga imam akan memulai shalat Id, esoknya. Lafadz takbir adalah: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya).
Lafadz takbir “Allahu Akbar” bisa dua kali (dari Sahabat Ibnu Mas’ud Ra, yang kadang melafalkan tiga kali). Bisa juga tiga kali (dari Sahabat Ibnu Abbas Ra). Artinya, dua atau tiga kali takbir sama-sama boleh. Lalu, disyariatkan untuk bertakbir dengan mengeraskan bacaannya.
Perbanyak membaca takbir. Takbir merupakan ekspresi kesadaran terhadap keagungan Allah. Juga, sebagai tanda syukur atas petunjuk yang diberikan Allah. Pun, takbir merupakan bagian dari syiar Islam.
-
Saat ke tempat shalat Id melewati jalan berangkat dan pulang yang berbeda.
Perhatikan hadits ini: ”Nabi Saw ketika berada di hari Id, beliau membedakan jalan antara saat berangkat dan pulang” (HR Bukhari).
Di antara hikmah kenapa Nabi Saw membedakan antara jalan kala berangkat dan pulang, agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi ketika kita beramal. Perhatikan ayat ini: ”Pada hari itu bumi menceritakan beritanya” (QS Al-Zalzalah [99]: 4).
Terkait ayat di atas, ada riwayat: Rasulullah Saw membaca firman-Nya, yaitu QS Al-Zalzalah [94]: 4): ”Pada hari itu bumi menceritakan beritanya”. Lalu Rasulullah Saw bersabda, “Tahukah kamu apakah yang dimaksud dengan beritanya?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Rasulullah Saw bersabda: ”Sesungguhnya berita bumi ialah bila ia mengemukakan persaksian terhadap setiap hamba laki-laki dan perempuan tentang apa yang telah dikerjakannya di atas permukaannya. Bumi mengatakan bahwa Fulan telah mengerjakan anu dan anu di hari anu. Demikianlah yang dimaksud dengan beritanya”.
Riwayat lainnya, Rasulullah Saw pernah bersabda: ”Hati-hatilah kalian terhadap bumi karena sesungguhnya bumi adalah ibu kalian. Dan sesungguhnya tiada seorang manusia pun yang melakukan suatu perbuatan di atasnya, apakah amal baik atau amal jahat, melainkan ia pasti akan menceritakannya” (http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-az-zalzalah-ayat-1-8.html, akses 28 Maret 2025).
-
Saling mengucapkan ”Selamat” (Tahniah).
Termasuk sunnah, saling mengucapkan selamat. Dalam hal ini sebaiknya dalam bentuk doa seperti “taqabbalallahu minna wa minkum” (semoga Allah menerima amalan kami dan kalian).
Ucapan selamat dengan redaksi apa pun, selama maknanya tepat, bisa saja dipakai. Berikut ini contoh ucapan selamat di Hari Raya Idul Fitri:
- Selamat Idul Fitri.
- Id mubarak! Semoga menjadi Id yang penuh berkah.
- Minal ‘aidin wal faizin, semoga kembali dan meraih kemenangan.
- Semoga di sepanjang tahun kita terus berada dalam kebaikan.
Berharap Baik
Demikianlah, semoga kita bisa berhari raya sesuai dengan sunnah. Mudah-mudahan, performa kita di hari pertama setelah menunaikan puasa Ramadhan-yaitu pada 1 Syawal-menjadi awalan yang baik untuk setidaknya di sebelas bulan berikutnya sampai Allah pertemukan lagi kita dengan Ramadhan berikutnya. Alhamdulillah, Allahu Akbar. []