Gaga dan ‘Siapa Mencintai Siapa’

Siapa Ikut?

Banyak di antara kita yang punya idola. Di dunia sepak bola, Lionel Messi, David Beckham, Cristiano Ronaldo, atau Wayne Rooney adalah sekadar beberapa contoh yang banyak diidolakan penggemarnya. Jika para penggemar itu ditanya, maka dengan lancar mereka akan menyebut tanggal kelahiran, warna kesukaan, merk kacamata, dan –tentu saja- berapa gaji yang diterima sang idola.

Di jagat musik, tanyalah kepada para fans fanatik siapa Justin Bieber, Super Junior, Katy Perry, dan Lady Gaga. Mereka bisa menyebut dengan detil apa dan siapa sang idola: berapa album yang dihasilkannya dan apa judul hits-hits mereka. Lebih dari itu, mereka bangga dengan julukan khas: Beliebers sebutan untuk penggemar Justin Bieber. ELF istilah untuk penyuka Super Junior. Kitty Cats panggilan untuk pecandu Katy Perry. Dan –luar biasa- pecinta Lady Gaga tak keberatan digelari Little Monster.   

Setidaknya untuk contoh-contoh di atas, para penggemar itu sangat bersemangat mendukung dan ‘membela’ sang idola. Saat David Beckham bertanding, misalnya, siaran langsungnya lewat televisi di dini hari -sekitar pukul 01.00-03.00- tetap ditonton dengan penuh semangat.

Hal yang sama juga terjadi di dunia musik. Mereka tampak siap ‘berjihad’ demi untuk bisa menatap wajah sang idola dan lalu mendengarkan suara serta melihat aksi panggungnya. Mereka tak peduli jika untuk itu harus mengeluarkan uang penebus tiket seharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah, bahkan sekalipun untuk itu harus antri berjam-jam mulai dini hari.

Lalu, siapakah mayoritas penggemar itu? Di negeri ini umat Islam mayoritas. Maka, ketika Justin Bieber, Super Junior dan Katy Perry pertunjukan musiknya di Jakarta sukses, siapa kira-kira mayoritas penontonnya? Ketika tiket konser musik Lady Gaga laris manis (sekalipun panitia belum mengantongi izin pertunjukan), siapa kira-kira mayoritas pembelinya?

Cintakah mereka dengan sang idola? Di antara tanda cinta adalah kesediaan untuk mengikuti apa yang disukai atau diinginkan oleh yang dicintainya. Cinta adalah kesiapan untuk berkorban agar yang dicintainya senang.

Cermatilah fenomena ini: Bieber suka warna ungu maka Beliebers suka berungu-ria. Lalu, para ELF suka memakai warna mutiara biru safir agar dianggap bagian dari komunitas fans Super Junior. Lantas, lihatlah baju dan rambut para fans yang nonton Katy Perry. Dengan modal melihat berbagai video pertunjukan Katy Perry, mereka meniru habis dandanan sang idola saat hadir di konsernya. Tak hanya baju dan rambut, bahkan sampai cat kuku pun disesuai-sesuaikan.

 Tingkah laku para penggemar itu sangat mengindikasikan bahwa mereka cinta. Bukankah di antara tanda cinta adalah keinginan untuk selalu menyesesuaikan dengan yang dicintainya?

Lihatlah kasus Gaga! Ternyata, penyuka dan atau pembela Gaga banyak. Itu terlihat dari berbagai pernyataan dukungan -langsung atau tak langsung- dari berbagai kalangan, mulai awam sampai aktivis LSM. Mulai politisi sampai birokrat. Mulai musisi sampai agamawan. “Bagi yang suka silakan nonton, dan yang tak senang tak usah nonton,” kata seorang pejabat tinggi. “Sejuta Gaga tak masalah,” kata seorang agamawan.  Itu “Pengekangan kebebasan berekspresi,” teriak aktivis LSM setelah tahu rencana konser (yang memang belum berizin) itu dibatalkan.

Padahal, siapa Gaga? Pertama, aksi panggung Gaga tak senonoh. Kedua, busananya nyentrik, sering hanya mengenakan pakaian dalam dengan desain berbagai rupa. Ketiga, dikenal pro-gay/lesbian. Keempat, sering menampilkan diri sebagai pemuja setan.

 Kita sangat prihatin, sebab banyak umat Islam yang mengidolakan seseorang secara tidak tepat. Banyak pilihan mereka yang sebenarnya tidak pantas untuk diidolakan, baik karena aqidahnya yang tak sama dan atau akhlaqnya yang rusak.

Kita prihatin atas kondisi seperti ini, sebab salah memilih idola akan membawa kepada kerugian yang teramat besar. Rugi di dunia dan menyesal di akhirat. Di dunia kita akan rugi karena akan jauh dari berkah kehidupan yang Islami, sementara di akhirat kita merugi karena akan berkumpul dengan orang yang kita idolakan itu.

Kita harus berhati-hati memilih idola, yaitu orang yang kita sukai atau yang kita cintai. Sebab, kelak di saat kiamat dan juga di akhirat kita akan bersama-sama dengan idola kita.

Perhatikanlah, Anas bin Malik RA pernah menyampaikan: Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hari kiamat, “Kapan hari kiamat itu?” Nabi SAW balik bertanya, “Apa yang sudah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Dia menjawab, “Tidak ada, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Nabi SAW bersabda, “Engkau akan bersama dengan yang engkau cintai.”

Anas bin Malik RA berkata, “Tidaklah kami gembira dengan sesuatu seperti gembiranya kami mendengar  sabda Nabi SAW, ‘Kamu bersama orang yang kamu cintai’.” Anas berkata, “Aku mencintai Nabi SAW, Abu Bakar, dan Umar, dan aku berharap bersama mereka disebabkan kecintaanku kepada mereka walaupun belum beramal seperti amalan mereka” (HR Thabrani).

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, juz 7, halaman 51 dinyatakan bahwa makna hadits ‘Seseorang bersama yang dicintainya pada hari kiamat’ ini bersifat umum dan mencakup semua bentuk cinta, baik cinta kepada orang shalih maupun orang salah. Pengikut orang shalih akan masuk surga dan pecinta yang salah akan disiksa (A.Satori Ismail: 2012).

 

Nasib Kita

Jadi, masihkah kita berani memilih idola berupa orang yang tak beres, yaitu dari yang ‘sekadar’ suka gonta-ganti pasangan sampai yang berkategori pemuja setan? Sungguh, idola yang kita pilih akan setia mendampingi kita di saat kiamat dan juga di akhirat. Maka, seperti apa nasib kita kelak jika sekarang kita memiliki idola bernama Lady Gaga, sang pemuja setan? []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *