Inpasonline.com-Islam memiliki konsep toleransi yang harus dipahami oleh umat Islam sehingga tidak terjebak pada paham pluralisme. Demikian dikatakan oleh Dr. Syamsuddin Arif saat mengisi kajian di Masjid Manarul Ilmi ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya) menjelang berbuka puasa Ramadhan pada Sabtu 26 Mei 2018.
Dr.Syam (panggilan akrabnya) menambahkan bahwa ada berbagai macam motivasi toleran seorang individu atau sekelompok orang, yaitu: Pertama, toleran karena lemah, tidak berkuasa, takut, atau tidak sanggup untuk melawan.
“Semisal mentolerir preman yang merokok di dalam angkot. Seorang membiarkan si preman merokok karena takut ia akan disakiti oleh preman tersebut. Sehingga ia mentolerir perilaku preman yang merokok disebabkan karena kelemahan atau ketakutannya”, jelas alumni ISTAC Malaysia tersebut.
Kedua, toleran karena kuat atau berkuasa. Dr. Syam menjelaskan, seorang pemimpin bisa mentolerir perilaku yang ada di masyarakat karena ia merupakan seorang yang berkuasa di masyarakat tersebut.
Ketiga, toleran karena tidak mengerti. Motivasi ini kata Dr. Syam misalnya seseorang yang mentolerir kemaksiatan yang terjadi di masyarakat disebabkan ketidaktahuannya bahwa perilaku tersebut adalah perilaku maksiat yang berdampak buruk bagi masyarakat dan bernilai dosa.
Keempat, toleran karena mengerti atau tahu ilmu. Semisal seseorang yang berilmu akan toleran jika terdapat perbedaan pendapat yang bukan prinsip yang terjadi di masyarakat.
Kelima, toleran karena bingung. Semisal seseorang mentolerir adanya aliran sesat yang berkembang di masyarakat karena ia bingung aliran tersebut merupakan aliran yang sesat atau bukan.
Keenam, toleran karena takut dihukum. Semisal seseorang mentolerir kemaksiatan yang terjadi di masyarakat karena ia takut dihukum oleh masyarakat setempat jika ia melakukan perbuatan amar ma’ruf nahi munkar untuk menghalau perilaku maksiat tersebut.
Ketujuh, toleran karena takut konflik. Semisal seseorang mentolerir adanya ketidakadilan yang dilakukan orang lain padanya karena ia takut terjadi konflik jika bertikai dengan orang yang tidak berlaku adil padanya.
“Adapun jenis toleransi, terdapat tiga macam, yaitu toleransi absolut, toleransi palsu atau intoleran, dan toleransi selektif. Toleransi absolut bermakna mentolerir apapun dan siapapun. Artinya toleransi absolut ini mentolerir semua hal, baik mentolerir perilaku positif maupun metolerir perilaku negatif.
“Sementara toleransi palsu atau intoleran bermakna tidak mentolerir apapun dan siapapun. Artinya toleransi palsu atau intoleran ini tidak mentolerir semua hal, baik intoleran pada perilaku positif maupun intoleran pada perilaku negatif”, jelasnya.
Jenis terakhir yaitu toleransi selektif yang bermakna mentolerir bukan segala sesuatu dan bukan siapapun, tapi mentolerir sebagian sebagian sesuatu dan sebagian sesuati dan sebagian apapun.
“Konsep toleransi selektif inilah yang merupakan konsep toleransi dalam Islam. Karena Islam berlaku adil dimana menempatkan sesuatu pada tempatnya, yaitu mentolerir perilaku positif dan tidak mentolerir perilaku negatif. Bukan memaki konsep toleran absolut maupun konsep teloran palsu atau intoleran.”tambah Dr.Syam.
Ia mengingatkan, bahwa konsep toleransi terkadang disalahpahami oleh sebagian masyarakat. Terkait hubungan muslim dan non-Muslim kadang bukan konsep toleransi yang difahami tetapi konsep pluralisme. Terdapat perbedaan yang jelas antara toleransi dan pluralisme.
“Toleransi yaitu mengakui adanya keberdaan agama lain, membiarkan agama lain yang tidak sama dengan Islam, serta menghormati dan menghargai yang berbeda agama. Sedangkan pluralisme yaitu mengakui kebenaran semua agama, membenarkan semua agama, dan mengakui tiada kebenaran mutlak yang tunggal. Sehingga seorang muslim harus memiliki prinsip “toleransi yes, pluralisme no” agar tidak salah memahami konsep toleransi”, pungkasnya./Rep: Ahmad Afifudin