Selamatkan Puasa Ramadhan Kita!

Hasilnya? Selama sepuluh hari pertama Ramadhan 2010, stasiun TV perlu membenahi siarannya selama Ramadhan. Kata wakil ketua Tim Pemantau TV Ramadhan 1431H MUI, Imam Suhardjo, banyak acara hiburan yang candaannya penuh caci maki, dialog dan adegan yang merendahkan, memperolok, dan melecehkan (www.mui.or.id 25/8/2010).

Atas fakta di atas, di saat Ramadhan, urgen jika kita memasang sikap ekstrahati-hati. Nabi Muhammad SAW mengingatkan: “Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi bagian atau balasan dari puasanya adalah lapar dan haus saja, dan betapa banyak orang yang shalat malam (tarawih) tetapi bagian atau balasan dari shalatnya hanyalah capai dan kantuk saja” (HR Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ahmad, Baihaqi). Sebab, “Barang-siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minum” (HR Bukhari).

Waspadalah terhadap hal-hal yang potensial merusak ibadah puasa Ramadhan kita lewat berbagai program TV. Banyak tayangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Ramadhan, bisa di acara menjelang berbuka atau di sekitar waktu sahur. Terutama di sekitar sahur, seharusnya kita lebih banyak berdoa dan beristighfar sebagaimana yang diperintahkan Allah. Sayang, penonton diberikan tayangan yang banyak canda yang kadang melampaui batas-batas akhlaq Islami (baca www.eramuslim.com 25/8/2010). Padahal, ada amaliyah yang sangat disukai Allah di sepertiga malam yang akhir itu. “Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan, selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar (QS Adz-Dzaariyaat [51]: 17-18).

Bagi yang tidak waspada dengan tipu-daya berbagai tayangan TV itu, waktu-waktu yang sangat berharga di Ramadhan habis untuk hal-hal yang bukan saja sia-sia, tapi bahkan mengandung maksiat dan dosa.

Mari introspeksi! Lewat berbagai tayangan yang ‘menarik’, kita ‘disihir’ untuk tekun memelototi TV sambil (pura-pura?) melupakan ‘aroma kebatilan’ yang ditebarkannya.

Jika tontonan rusak itu kita nikmati tanpa rasa bersalah, Ramadhan akan berlalu tanpa memberi bekas sedikitpun. Jika di Ramadhan, secara sadar kita telah memusnahkan waktu-waktu yang sangat berharga, maka kita akan tergolong sebagai pihak yang suka melakukan hal-hal yang tidak berguna.

Padahal, Ramadhan seharusnya kita isi dengan berbagai amaliyah yang memungkinkan kita untuk lebih dekat kepada Allah. Contoh, mata bisa kita gunakan untuk membaca Al-Qur’an. Jika di luar Ramadhan saja sangat besar pahala membacanya, maka apalagi jika di dalam Ramadhan.

InsyaAllah, kecintaan kita kepada Ramadhan, akan bertambah jika kita ulang lagi berbagai keistimewaannya, antara lain: Pertama, Allah menurunkan (permulaan) Al-Qur’an di Ramadhan (baca QS Al-Baqarah [2]: 185). Kedua, Allah menetapkan Lailatul Qadr pada Ramadhan, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan (baca QS Al-Qadar [97]: 1-5). Allah mengistimewakan Ramadhan dengan adanya Lailatul Qadar. “Bulan Ramadhan telah tiba menemui kalian, bulan (penuh) barakah, Allah wajibkan kepada kalian berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu (neraka) jahim ditutup, setan-setan durhaka dibelenggu. Padanya Allah memiliki malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang mendapatkan kebaikannya, maka sungguh dia terhalang (mendapatkan kebaikan yang banyak)” (HR Nasa’i). “Barang-siapa berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadr dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni” (HR Bukhari-Muslim). Ketiga, Allah menjadikan puasa dan shalat yang dilakukan dengan keimanan dan mengharapkan (pahala) sebagai sebab diampuninya dosa. “Barang-siapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan (dalam kondisi) keimanan dan mengharapkan (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu” (HR Bukhari-Muslim). ”Barang-siapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR Bukhari-Muslim). Keempat, Allah di Ramadhan membuka pintu-pintu surga, menutup pintu-pintu neraka dan membelenggu setan-setan. “Ketika datang (bulan) Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu” (HR Bukhari-Muslim).

 Selamatkan, Selamatkan!

Jika Ramadhan itu hebat memanjakan dahaga ruhani kita, maka patutkah waktu-waktu yang sangat berharga itu kita habiskan di depan TV? Misal, tersihir menonton TV di sepanjang waktu: pagi subuh, pagi dhuha, siang, sore, jelang maghrib, ketika isya’ atau tarawih, dan saat sahur. Atau, terpaku di depan TV menjelang berbuka puasa. Atau, memilih tertawa-tawa lepas di sepertiga malam terakhir terbuai acara TV.

Aktivitas yang melalaikan itu bahkan –bukan tak mungkin- terus berlangsung sampai di sepuluh hari terakhir Ramadhan, sebuah momen ketika Lailatul Qadr terjadi. Padahal,“Siapa yang terhalang mendapatkan kebaikan Lailatul Qadr (yang lebih baik dari seribu bulan), maka sungguh dia terhalang (mendapatkan kebaikan yang banyak)” (HR Nasa’i).

Berhati-hatilah, siaran TV hanyalah salah satu godaan yang harus kita waspadai. Banyak hal lainnya –seperti gonjang-ganjing masalah politik, hiruk-pikuk persoalan ekonomi- juga bisa melenakan kita. Sikapilah semua itu dengan ‘kaca mata’ taqwa.

Selamat menunaikan puasa Ramadhan! Usahakan agar Ramadhan kita selamat sampai akhir, sehingga kita berhak ber-Idul Fitri! []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *