Jangan Sia-siakan Ramadhan Kita
inpasonline.com, 12 Juli 2012
Tema Ramadhan memang diusung oleh banyak stasiun televisi. Tapi, jika melihat isinya, sungguh jauh dari harapan. Cermatilah, bahwa aneka program yang ditayangkan mereka lebih kental bernuansa hiburan dan bahkan kuat tercium ‘komersialisasi’ (puasa) Ramadhan. Misal, salah satu tujuan puasa Ramadhan adalah untuk membangun kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang ada di sekitar kita. Tapi, lihatlah isi siaran televisi yang masih banyak memberi ruang pada acara-acara yang bersifat hura-hura. Pendek kata, tayangan yang tak paralel dengan semangat ibadah puasa Ramadhan banyak bersliweran di televisi kita.
Banyak tayangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Ramadhan, bisa di acara menjelang berbuka atau di sekitar waktu sahur. Terutama di sekitar sahur, seharusnya kita lebih banyak berdoa dan beristighfar sebagaimana yang diperintahkan Allah. Sayang, penonton diberikan tayangan yang banyak canda yang kadang melampaui batas-batas akhlaq Islami. Padahal, ada amaliyah yang sangat disukai Allah di sepertiga malam yang akhir itu. “Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan, selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar” (QS Adz-Dzaariyaat [51]: 17-18).
Bagi yang tidak waspada dengan tipu-daya berbagai tayangan TV itu, waktu-waktu yang sangat berharga di Ramadhan habis untuk hal-hal yang bukan saja sia-sia, tapi bahkan mengandung maksiat dan dosa.
Mari introspeksi! Lewat berbagai tayangan yang ‘menarik’, kita ‘disihir’ untuk tekun memelototi TV sambil (pura-pura?) melupakan ‘aroma kebatilan’ yang ditebarkannya.
Jika tontonan rusak itu kita nikmati tanpa rasa bersalah, Ramadhan akan berlalu tanpa memberi bekas sedikitpun. Jika di Ramadhan, secara sadar kita telah memusnahkan waktu-waktu yang sangat berharga, maka kita akan tergolong sebagai pihak yang suka melakukan hal-hal yang tidak berguna.
Padahal, Ramadhan seharusnya kita isi dengan berbagai amaliyah yang memungkinkan kita untuk lebih dekat kepada Allah. Contoh, mata bisa kita gunakan untuk membaca Al-Qur’an. Jika di luar Ramadhan saja sangat besar pahala membacanya, maka apalagi jika di dalam Ramadhan.
InsyaAllah, kecintaan kita kepada Ramadhan, akan bertambah jika kita ulang lagi berbagai keistimewaannya, antara lain: Pertama, Allah menurunkan (permulaan) Al-Qur’an di Ramadhan (baca QS Al-Baqarah [2]: 185). Kedua, Allah menetapkan Lailatul Qadr (malam yang lebih baik dari seribu bulan) di dalam Ramadhan. Allah mengistimewakan Ramadhan dengan adanya Lailatul Qadar. “Bulan Ramadhan telah tiba menemui kalian, bulan (penuh) barakah, Allah wajibkan kepada kalian berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu (neraka) jahim ditutup, setan-setan durhaka dibelenggu. Padanya Allah memiliki malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang mendapatkan kebaikannya, maka sungguh dia terhalang (mendapatkan kebaikan yang banyak)” (HR Nasa’i). “Barang-siapa berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadr dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni” (HR Bukhari-Muslim). Ketiga, Allah menjadikan puasa dan shalat yang dilakukan dengan keimanan dan mengharapkan (pahala) sebagai sebab diampuninya dosa. “Barang-siapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan (dalam kondisi) keimanan dan mengharapkan (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu” (HR Bukhari-Muslim). ”Barang-siapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR Bukhari-Muslim).
Jika Ramadhan itu hebat memanjakan dahaga ruhani kita, maka patutkah waktu-waktu yang sangat berharga itu kita habiskan di depan TV? Misal, tersihir menonton TV di sepanjang waktu: pagi subuh, pagi dhuha, siang, sore, jelang maghrib, ketika isya’ atau tarawih, dan saat sahur. Atau, terpaku di depan TV menjelang berbuka puasa. Atau, memilih tertawa-tawa lepas di sepertiga malam terakhir terbuai acara TV.
Sungguh, alangkah baiknya jika waktu-waktu yang banyak terbuang di depan televisi kita alihkan kepada kegiatan-kegiatan lain yang positif. Pilihlah berbagai kegiatan yang bisa menaikkan ‘nilai tambah’ atas kualitas puasa kita. Misal, perbanyaklah membaca (Al-Qur’an, buku, majalah, dan lain-lain) sedemikian rupa iman dan ilmu kita bertambah. Datanglah ke berbagai majelis ilmu agar di samping pengetahuan meningkat, silaturahim kita dengan banyak kalangan umat Islam yang lain bisa menjadi lebih luas.
Aktivitas membaca, bersilaturrahim atau hal lain yang serupa dengan itu insyaAllah termasuk dalam kategori ibadah. Selalu diingat-ingatlah bahwa masa ‘berdekat-dekat’ dengan ‘kekasih’ yang bernama Ramadhan itu hanya sekejap, yaitu sebulan atau sekiatar tiga puluh hari saja.
Taqwa, Taqwa!
Berhati-hatilah, siaran TV hanyalah salah satu godaan yang harus kita waspadai. Banyak hal lainnya juga bisa melenakan kita. Sikapilah semua itu dengan ‘kaca mata’ taqwa.
Selamat menunaikan puasa Ramadhan! Usahakan agar Ramadhan kita selamat sampai akhir, sehingga kita berhak ber-Idul Fitri! []