Sebuah ‘Surat’ tentang Akhirat

Oleh: Anwar Djaelani

Sunset_Wallpaper_52Inpasonline.com-“Habib Rizieq Sesalkan Pidato Megawati di HUT PDIP”(http://nasional.republika.co.id 11/01/2017). “Politisi Gerindra Minta Megawati Soekarnoputri Pertanggungjawabkan Pidato Hina Islam” (http://politik.rmol.co 12/01/2017). Demikianlah, sekadar menunjukkan bahwa pidato Megawati pada 10/01/2017 menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat.

Wilayah Keimanan
Pada 10/01/2017 sebagai Ketua Umum Megawati berpidato di acara HUT ke-44 PDI Perjuangan. Sejumlah materi pidato itu lalu memicu kontroversi. Salah satu yang paling menonjol adalah ketika Megawati menyinggung soal keberadaan akhirat. Mari cermati pidato dia:

“Syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Mereka menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak, dengan memaksakan kehendaknya. Oleh karenanya, pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan, bahkan dimusnahkan. Selain itu, demokrasi dan keberagaman  dalam ideologi tertutup tidak ditolelir karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan. Tidak hanya itu, mereka benar-benar anti kebhinekaaan. Itulah yang muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini. Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa ‘self fulfilling prophecy’, para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya”.

Mendengar itu, terutama di dua kalimat terakhir kutipan pidato di atas, kontroversi pecah. Menurut Habib Rizieq, yang menyedihkan karena ada pernyataan yang berkaitan dengan iman kepada Hari Akhir dalam ajaran Islam. Dalam pernyataannya, Megawati menganggap akhirat sebagai ramalan masa depan.  ”Kalau diucapkan orang di luar agama Islam, kami tidak ingin menanggapi. Tapi kalau Islam, ini jadi persoalan serius. Ini termasuk Rukun Iman. Sesuatu yang harus diimani kepastiannya karena itu informasi Al-Qur’an yang datang dari Allah SWT,” jelas Habib Rizieq.

Atas pernyataan Megawati itu, Habib Rizieq khawatir. ”Karena sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, tidak ada satupun tokoh yang menjadikan Pancasila untuk menggugurkan Rukun Iman,” tegas Imam Besar FPI itu.

Sementara, “Pidato itu terutama yang dia (Megawati) katakan bahwa firman Allah itu adalah ramalan, adalah penistaan yang sangat menusuk akidah umat Islam dan harus dipertanggungjawabkan,” tegas anggota Komisi III DPR Raden Muhammad Syafi’i.

Tidak itu saja, Syafi’i juga mengatakan kalau Megawati telah menghina iman Islam karena salah satu bunyi Rukum Iman adalah percaya pada Hari Akhir, dan kalau tidak percaya Hari Akhir maka dia bukan Islam. Maka, Syafi’i pun memberi nasihat: “Karena itu, kalau berbicara hendaknya disesuaikan dengan kapasitas”.

HAMKA Bicara
Seorang pemimpin partai politik lumrah melontarkan kritik. Tetapi, ketika materi yang dikritiknya memasuki wilayah keimanan, banyak yang lalu terkejut.  Ketika materi yang dikritiknya masuk ke ruang keyakinan, tak sedikit yang lantas tercengang.

Terkait ini, menarik jika kita membaca ulasan HAMKA –ulama yang memang punya kapasitas- untuk bicara di soal akhirat ini. Berikut ini petikan dari Tafsir Al-Azhar (Singapura – Pustaka Nasional, tt: h.116-120).

Berawal dari ini:“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat” (QS Al-Baqarah [2]: 2-4).

Bahwa mereka yang percaya kepada yang ghaib, mereka yang shalat, dan mereka yang mendermakan rizki yang dianugerahkan kepada mereka, maka itulah tiga yang pertama  dari tanda-tanda orang yang bertaqwa.

Percaya kepada yang ghaib, yaitu percaya kepada sesuatu yang tak dapat disaksikan oleh panca-indera, tidak tampak oleh mata dan tak terdengar oleh telinga (dua indera yang utama dari kelima pancaindera). Tetapi, dia dapat dirasa adanya oleh akal. Maka, yang pertama sekali ialah percaya kepada Allah, Dzat yang menciptakan alam, kemudian percaya akan adanya Hari Kemudian, yaitu kehidupan kekal sesudah dibangkitkan dari kematian.

Iman yang berarti percaya, yaitu pengakuan hati yang dibuktikan dengan perbuatan lewat ucapan, lalu menjadi keyakinan hidup. Maka, iman akan yang ghaib itulah tanda pertama atau syarat pertama dari taqwa .

Kita sudah sama tahu bahwa manusia itu ada dua coraknya. Pertama, orang yang hanya percaya kepada benda yang nyata dan tak mengakui bahwa ada pula di balik kenyataan ini sesuatu yang lain. Kata HAMKA, mereka tidak percaya ada Tuhan, atau malaikat, dan dengan sendirinya mereka tidak percaya akan adanya kehidupan akhirat.Malah terhadap adanya nyawa, atau ruh, mereka tidak percaya. Orang yang seperti ini niscaya tidak akan dapat mengambil petunjuk dari Al-Qur’an. Bagi mereka, kata HAMKA, koran pembungkus gula sama saja dengan Al-Qur’an.

Kedua, adalah orang-orang yang percaya bahwa di balik benda yang tampak ada hal-hal yang ghaib. Bertambah banyak pengalaman dalam arena penghidupan, bertambah mendalam pula kepercayaan kepada yang ghaib itu.

Di ujung ayat ke-4 QS Al-Baqarah Allah mengunci: Bahwa mereka yang bertaqwa itu adalah mereka yang  “Yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. Inilah –kata HAMKA- kunci penyempurna iman yaitu keyakinan bahwa hidup tidaklah selesai hari ini, tapi masih ada sambungannya. Oleh sebab itu, hidup seorang Mukmin terus dipenuhi oleh harapan dan bukan kemuraman, terus optimis dan tak ada rasa pesimis. Seorang Mukmin yakin bahwa “Ada Hari Esok. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *