Ancaman Besar
Dua berita di atas cukup mewakili potret buram yang ditimbulkan Valentine’s Day dari tahun ke tahun. Agar kita punya gambaran memadai, berikut ini petikan agak lengkap dari berita di www.detik.com itu:
Polisi melakukan razia di sejumlah hotel di Kabupaten Jombang sehari menjelang malam Valentine 2012. Belasan pasangan yang di antaranya masih ABG terjaring dari kamar hotel, tanggal 13/02/2012 malam.
Petugas dari Polres Jombang ingin menghapus budaya Valentine yang selama ini selalu dikonotasikan negatif dengan bermesraan lain jenis. Saat razia di sejumlah hotel, polisi mendapati sejumlah pasangan berduaan di kamar.
Beberapa anak yang masih bau kencur diduga menggelar seks bebas, langsung digelandang ke Mapolres Jombang untuk mendapatkan pembinaan. Pasangan mesum yang di antaranya juga pasangan selingkuh itu juga diminta menulis surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya.
“Razia ini untuk memberikan kenyamanan masyarakat dan membasmi kemaksiatan. Biasanya di malam Valentine banyak mereka yang menyalahgunakan,” kata Kasubag Humas Polres Jombang AKP Sugeng Widodo”.
Jika di tiap Valentine’s Day kerap berulang kisah seperti itu maka sangat relevan jika kalangan yang mengerti mengajak semua pihak untuk tak latah ber-Valentine’s Day. Bacalah berita bahwa “Ratusan Santri Surabaya Tolak Valentine’s Day”. Memang, jika kita cermati, salah satu berita di sejumlah media (televisi, online, dan koran) yang terbit pada 13 dan 14 Februari 2012 berisi tentang hal itu. Republika 14/2/2012, misalnya, memuat foto-berita bahwa di pusat Kota Surabaya –pada 13/02/2012- ratusan pelajar Sekolah Integral Luqman Al-Hakim berdakwah mengedukasi publik agar tak latah merayakan Valentine’s Day.
Pelajar SMP, SMA, dan STAI Luqman Al-Hakim yang berada di bawah naungan Pesantren Hidayatullah Surabaya itu, di tengah keramaian kota berorasi, berpuisi, dan berteatrikal. Mereka juga membentangkan aneka poster: “Valentine’s Day rawan seks bebas. Tolak!” “Valentine’s Day merusak mental remaja. Jauhi!” “Valentine’s Day mengundang bencana. Boikot!”
Lewat acara itu mereka berpesan kepada publik bahwa hendaknya kita jangan menjadi generasi pembebek yang suka ikut-ikutan dengan kebiasaan asing yang bukan saja tak sesuai budaya bangsa, tapi –terlebih lagi- tak sejalan dengan ajaran agama.
Mereka berpesan bahwa suka berkasih-sayang itu anugerah Allah. Maka, berkasih-sayanglah dengan sesama sesuai aturan Allah. Kita tak perlu Valentine’s Day untuk menunjukkan kasih sayang.
Para santri itu mengeduksi publik lewat sejumlah poster. Kecuali yang telah disebut di atas, poster lain berbunyi: “Valentine’s Day pintu maksiat. Jangan Tertipu!” Atau, “Jangan dekati zina atas nama Valentine’s Day!” Atau, “Valentine’s Day pintu masuk zina. Haram!”
Tak Berdasar
Valentine’s Day itu apa? Sejarahnya bagaimana? Jika dua pertanyaan itu diajukan kepada mereka yang suka ber-Valentine’s Day, banyak yang tak bisa menjawab. Itu berarti, bahwa saat ber-Valentine’s Day mereka tak sadar bahwa yang dikerjakannya itu jauh dari ajaran agamanya.
Sejenak kita baca www.tempo.co 07/02/2012 tentang “Asal Muasal Hari Kasih Sayang”. Ternyata, cukup banyak versinya. Berikut ini, petikan dari salah satu yang popular.
Di Prancis, Inggris, dan Roma -pada abad ke 14- Valentine’s Day dihubungkan dengan Hari Raya Santo Valentinus yang merupakan simbol cinta romantis. Dikisahkan, Santo Valentinus adalah seorang pendeta yang hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin Kaisar Claudius yang kejam. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar dan menginginkan semua pria di kerajaannya bergabung bersamanya.
Namun, keinginan sang kaisar tidak didukung bahkan mendapat perlawanan terutama dari Valentinus yang membantu para pria yang enggan terlibat di peperangan lantaran mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah dan memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila melarang pernikahan. Pikir sang kaisar, apabila para pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer.
Sebagai seorang pendeta, Santo Valentinus secara rahasia, diam-diam dan berhati-hati terus membantu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta dengan melakukan pemberkatan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Pada suatu malam, sang kaisar berhasil menangkap basah Santo Valentinus sedang memberkati salah satu pasangan dan lalu menjebloskannya ke penjara dengan vonis hukuman mati penggal kepala. Peristiwa ini justru menumbuhkan simpati dan dukungan masyarakat kepada Santo Valentinus dengan melempar bunga dan pesan.
Pada 14 Februari -sebelum dieksekusi- Santo Valentinus menulis sebuah pesan pernyataan cinta untuk gadis putri sipir penjara yang dititipkan ke sipir penjara dan tertulis “Dengan cinta, dari Valentinusmu”. Pesan ini lalu mengubah segalanya, yaitu setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai Hari Kasih Sayang untuk mengingat Santo Valentine sebagai pejuang cinta.
Jangan Menyerupai
Tampak, dari sisi asal-muasalnya, jika kita ber-Valentine’s Day bisa dibilang bahwa itu bentuk tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, sebuah perilaku yang dilarang oleh Rasulullah SAW (lihat HR Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani).
Sikap suka mengikuti sesuatu tanpa kita tahu dasar (hukum)-nya, itu tak boleh kita lakukan. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung-jawabannya” (QS Al-Israa’ [17]: 36).
Berhati-hatilah! []