Peringatan Maulid Nabi SAW Pascapembakaran “Pesantren Syiah” Sampang

 

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dan ulama pascapembakaran rumah pemuka ajaran sesat di Sampang pada 29 Desember 2011 silam, adalah pendekatan persuatif. Pengajian-pengajian digelar di sekitar lokasi. Perayaan Maulid Nabi SAW yang pada tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan dengan cara-cara tertentu, kini dilakukan mengikuti cara-cara sebagaimana biasanya yang dianut masyarakat pada umumnya. Hasilnya, di setiap pengajian para pengikut ajaran Tajul Muluk sudah berangsur-angsur kembali kepada ajaran sebelumnya.

“Pesantren Syiah” -frase yang belakangan kerap disebut media massa terkait dengan peristiwa pembakaran rumah Tajul Muluk dan saudara-saudaranya di Karang Gayam dan Blu’uran itu- dibantah oleh Bupati Sampang, H. Noer Cahya, pada acara Maulid Nabi SAW pada 12/02/2012. Menurutnya, tidak ada pesantren di lokasi. Di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sampang, di Bakesbangpol tidak terdaftar satu pesantrenpun yang didirikan oleh Tajul Muluk. Ia juga keras menolak kalau di Kabupaten yang dia urus ada Syiah. Menurutnya itu bukan Syiah, tapi ajaran sesat.

Menurutnya, orang-orang di Jakarta terlalu banyak omong. Padahal mereka tidak pernah menginjakkan kaki di Desa Karang Gayam dan Blu’uran. Ia mengharap agar jangan melihat kasus Sampang ini menurut kaca mata media yang hanya permukaan saja. Dengan kata lain, perlu penelusuran yang lebih mendalam lagi, kasus per kasus, dari awal hingga kejadian meletus.

Memang, di media-media nasional seakan-akan dengan peristiwa Sampang ini kelompok Tajul Muluk seperti teraniaya. Lalu, Komnas HAM turun tangan dan menyorot. Namun demikian, Bupati Sampang menolak jika dikatakan ada pelanggaran HAM. Justru yang membawa ajaran sesat itulah yang melanggar HAM.

Ketua MUI Sampang yang mengisi ceramah pada acara maulid Nabi SAW kali ini juga menuturkan kalau dia pernah didatangi Komnas Perempuan, bahwa yang perlu ditangani pada kasus Sampang ini adalah pelanggaran yang mengajarkan mut’ah di mana perkawinan ini melabrak metode perkawinan yang sudah sah.

Pada acara ini diberikan santunan kepada mereka yang kembali lagi ke ajaran semula. Tak kurang dari 30-an masyarakat yang kembali dan diberikan santunan bingkisan dari Bupati Sampang, H Noer Cahya. [dim]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *