Oleh M. Anwar Djaelani
Di negeri ini, bulan Syawal kerap dimanfaatkan untuk meningkatkat silaturrahim. Saat itu, salah satu yang kuat terasa adalah adanya rasa kebersamaan. Sementara, kebersamaan jika dikelola secara positif akan melahirkan berbagai prestasi.
Pelajaran Itu
Contoh paling mudah untuk menunjuk sebuah kebersamaan yang bisa melahirkan gol (baca: prestasi) adalah di permainan sepakbola. Sehebat apapun seorang pemain dia tak akan pernah bisa mencetak gol jika ‘meninggalkan’ sepulah rekan satu timnya.
Tentang kebersamaan, Allah mengajari kita dengan cara sederhana. Kita diminta merenungi diri sendiri. “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS Adz-Dzaariyaat [51]: 21). Cermatilah –sekadar contoh- betapa indahnya kerjasama tangan kanan dan kiri. Lihatlah saat bertepuk-tangan. Aktivitas itu akan menghasilkan bunyi seperti yang diharapkan jika keduanya –telapak tangan kanan dan kiri- ‘dipertemukan’. Atau, lihatlah bagaimana keduanya berbagi tugas. Di saat makan tangan kanan menyuapkan nasi ke mulut, sementara di saat kita buang hajat kecil atau besar maka tangan kiri yang bertugas ‘bersih-bersih’.
Kebersamaan antar-mu’min itu bahkan derajatnya ‘bersaudara’. “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”(QS Al-Hujuraat [49]: 10).
Kebersamaan itu nikmat yang sangat besar. Ingatlah saat dua suku berselisih di Madinah. “Dan (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan)yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka,akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka” (QS Al-Anfaal [8]: 63).
Maka, rawatlah kebersamaan itu. Jauhilah virus-virus yang bisa merusaknya, seperti sombong, serakah, serta iri-dengki. Begitu juga, jauhilah sikap egois, buruk sangka, dendam, dan kikir.
Khusus tiga sifat yang disebut pertama, maka itulah “Tiga Hal Tercela Pangkal Segala Kerusakan”. Pertama, jauhilah sifat sombong. Iblis terbawa sifat sombong sehingga menolak perintah Allah untuk bersujud menghormati Adam a.s.. Kedua, jauhilah sifat serakah. Adam a.s. terbawa sifat serakah sehingga dia memakan sesuatu yang dilarang Allah. Ketiga, jauhilah sifat iri-dengki. Seorang putra Adam a.s. membunuh salah seorang saudaranya sendiri karena iri-dengki.
Ketiga sifat tercela itulah asal segala kesalahan (baca HR Ibnu ‘Asaakir). Maka, 1).Jauhi sombong. “Sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain” (HR Muslim).
2).Jauhi serakah. “Seandainya seorang anak Adam telah memiliki dua lembah harta, maka dia akan mencari lembah ketiganya. Dan tak akan merasa puas perutnya, melainkan dengan dimasukkan ke dalam tanah” (HR Bukhari-Muslim).
3).Jauhi iri-dengki. Ketahuilah, iri-dengki penghambat kesuksesan sebab kesempatan bekerja–sama hilang dan kesempatan belajar musnah. Akibatnya, energi tersia-siakan. “Sesungguhnya dengki itumemakan habis kebaikan, seperti api melalap habis kayu bakar”(HR At-Tirmidzi). “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamukepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan duniauntuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhan-mu adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS Thaha [20]: 131).
Kita bisa merawat kebersamaan dengan selalu mengembangkan cinta-kasih, menebar senyum-salam-sapa, suka memaafkan, terbiasa peduli kepada sesama, suka menolong, rela berkorban, rajin silaturrahim, saling menasihati, dan saling mendoakan.
Sungguh, dunia ini ada karena Kasih-Sayang Allah. “Ketika menciptakan makhluq, Allah telah menulis dalam buku yang tersimpan di‘Arasy, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku lebih besar daripada murka-Ku’.”(HR Muslim). Dengan demikian, sebarkanlah kasih-sayang. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”(QSAli ‘Imraan [3]: 159).
Saling mencintailah karena Allah. “Cinta-Ku hanya bagi yang saling mencintai karena Aku. Cinta-Ku hanya bagi yang saling bersilaturahim karena Aku. Cinta-Ku hanya bagi yang saling menasihati karena Aku. Cinta-Ku hanya bagi yang saling mengunjungi karena Aku. Cinta-Ku hanya bagi yang saling memberi karena Aku”(HQR Ahmad).
Saling memaafkanlah. “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS An-Nuur [24]: 22). Manusia tempat salah dan dosa, mengapa kita sulit meminta maaf? Allah Maha Pemaaf, mengapa kita susah memberi maaf?
Saling menolonglah dan pedulilah kepada sesama. “Siapa melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskannya dari penderitaan pada hari kiamat. Siapa yang memberikan kemudahan kepada orangyang sedang mendapatkan kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat kelak. Siapa yang menutup aib Muslim, maka Allah akan menutup aibnyadi dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya jika ia mau menolong saudaranya” (HR Muslim).
Sebarkanlah salam. “Kamu tidak akan masuk surga, kecuali jika kamu beriman. Dan, kamu tidak akan berimansampai kamu saling mencintai.Senangkah kamu jika aku tunjukkan suatu pekerjaan yang jika kamu mengerjakannya maka kamuakan saling mencintai? Sebarkan salam di antaramu”(HR Muslim).
Terakhir, perumpamaan berikut ini indah. “Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; Jika matanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit” (HR Muslim).
Sukses Bersama
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka, masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku” (QS Al-Fajr [89]: 27-30). Tampak, ayat itu memerlihatkan indahnya kebersamaan di antara orang-orang yang bertaqwa. Lalu, dengan itu prestasi dapat diraih: masuk surga bersama-sama. Subhanallah! []