Oleh M. Anwar Djaelani
inpasonline.com – Imam Hanbali atau biasa pula dipanggil Imam Ahmad adalah salah seorang dari empat Imam Mazhab. Jejak perjuangannya sangat panjang dalam menegakkan kebenaran. Dialah ulama yang bahkan Imam Syafi’i-pun kagum kepadanya.
Jejak Mulia
Imam Hanbali bernama lengkap Ahmad bin Hanbal Shaybani Al-Marwazi. Dia lahir di Baghdad pada 164 H. Kecuali dipanggil sebagai Imam Hanbali atau Imam Ahmad, dia biasa pula disapa Abu Abdullah.
Sejak masih bayi, Imam Hanbali sudah menjadi anak yatim. Dia yang keturunan dari suku Shayban dibesarkan oleh sang ibu seorang diri. Sejak belia, Imam Hanbali berbeda dengan anak seusianya. Dia dikenal sebagai anak yang alim, bersih, dan senang menyendiri. Kecintaan dan rasa takut untuk berbuat dosa kepada Allah telah terpateri dalam hati nurani Imam Hanbali sejak dini (www.republika.co.id 25/03/2009).
Saat belajar, Imam Hanbali dikenal sebagai seorang murid yang cerdas dan baik. Dia disayangi oleh semua gurunya. Sebaliknya, dia pun selalu menaruh hormat kepada semua gurunya tanpa membeda-bedakannya.
Imam Hanbali mencari ilmu di Mekkah, Madinah, Syam, Yaman, Kufah, Bashrah dan di banyak tempat lainnya. Gurunya terbilang sangat banyak. Ibnu Al-Jauzi menuturkan, bahwa Imam Hanbali memiliki 414 guru Hadits. Di antara gurunya adalah Imam Syafi’i, Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah, Ibrahim bin Ma’qil, dan Abdur Rozzaq bin Hammam.
Fiqih adalah ilmu agama pertama yang dipelajarinya secara khusus. Dia berguru kepada Abu Yusuf, murid terkemuka sekaligus sahabat Imam Hanafi. Setelah memelajari fiqih, Imam Hanbali menimba ilmu Hadits. Dia melanglang buana dari satu negeri Islam ke negeri lainnya demi mendapatkan ilmu. Perjalanan mencari ilmu itu mulai dilakukannya sejak dia berusia 16 tahun.
Imam Hanbali dikenal sangat ahli dalam urusan bahasa dan sastra. Dia sangat berjasa dalam pengembangan bahasa Arab. Beliau tercatat sebagai ulama yang menekankan pentingnya penggunaan tata-bahasa Arab secara tepat dan pelafalan kata-kata secara benar.
Selain ahli dalam tata-bahasa, Imam Hanbali juga dikenal pandai merangkai kata menjadi syair. Pengetahuannya tentang ilmu Al-Qur’an juga sungguh luar biasa. Sebagai Imam dalam ilmu Al-Qur’an, Imam Hanbali sangat menguasai tafsir Al-Qur’an. Dia juga ahli dalam ilmu Al-Nasikh wal-Mansukh.
Imam Hanbali selalu menjadi contoh dalam masalah ilmu, taqwa, ibadah, keteguhan dalam membela kebenaran, dan zuhud. Abu Dawud berkata, “Majelis Imam Hanbali adalah majelis akhirat, tidak pernah terdengar di dalamnya masalah duniawi. Tidak sekalipun Imam Hanbali menyebut masalah dunia”.
Dalam bidang fiqih, Imam Hanbali dikenal sebagai pendiri Mazhab Hanbali. Seperti yang dialami Imam-Imam lainnya, banyak pula ulama-ulama besar yang datang belajar kepada Imam Hanbali.
Imam Hanbali banyak menulis Kitab yang berharga. Berikut ini –antara lain- karyanya: 1).Kitab Al-Musnad Al-Kabir (memuat lebih dari 27 ribu Hadits). 2).Kitab At-Tafsir. 3).Kitab An-Nasikh wa Al-Mansukh. 4).Kitab At-Tarikh. 5).Kitab Hadits Syu’bah. 6).Kitab Jawabah Al-Qur’an.
Kitab Al-Musnad Al-Kabir -Ensiklopedia Hadits- sangat monumental. Kitab yang –sekali lagi- memuat lebih dari 27 ribu Hadits ini merupakan karya agung dari Imam Hanbali.
Imam Hanbali dikenal teguh berpendirian. Pernah pemahaman Imam Hanbali berbeda dengan penguasa Abbasiyah kala itu, Khalifah Al-Ma’mun. Sang Khalifah yang gandrung pada filsafat, memaksakan pandangannya bahwa Al-Qur’an adalah makhluq.
Waktu itu para ulama –termasuk Imam Hanbali- dipaksa sefaham dengan pendapat Sang Khalifah. Tapi, Imam Hanbali tegas menolak. Alasan dia, karena Al-Qur’an itu Kalamullah dan bukan makhluq. Akibatnya, dia dipenjara.
Imam Hanbali di kesehariannya suka mendoakan orang lain yang sedang dalam posisi “tidak benar” agar kembali menjadi “benar”. Cermatilah, berikut ini salah satu doanya: “Yaa Allah barang-siapa dari umat ini yang tidak benar dan dia menyangka bahwa dia benar, maka kembalikan dia kepada kebenaran agar menjadi ahli haq”.
Imam Hanbali berperangai mulia. Hal itu membuat guru-gurunya kagum dan bangga. “Setelah saya keluar dari Baghdad, tak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shalih, dan lebih berilmu daripada Imam Hanbali,” kata Imam Syafi’i – sang guru.
Bahkan, Imam Syafi’i menjuluki muridnya itu sebagai Imam dalam delapan bidang. “Imam Hanbali adalah Imam dalam Hadits, Imam dalam fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al-Qur’an, Imam dalam kefakiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’, dan Imam dalam Sunnah,” kata Imam Syafi’i.
Kekaguman serupa juga diungkapkan gurunya yang lain, Abdur Rozzaq bin Hammam. “Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-wara’ Imam Hanbali,” ungkap Abdur Rozzaq.
Ibrahim Al-Harbi pun kagum kepada Imam Hanbali. “Saya melihat Imam Hanbali seolah-olah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu,” ungkapnya.
Pada 241 H, di usianya yang ke-77, Imam Hambali wafat di Baghdad. Abdul Wahab Al-Wara’ berkata: “Dari yang kami dengar, pelayat jenazah di masa jahiliyah dan masa Islam tidak pernah sebanyak pelayat jenazah Imam Hanbali.” Sementara, Al-Warkani berkata, “Dua puluh ribu dari orang Yahudi, Nasrani, dan Majusi berduyun-duyun masuk Islam di hari wafatnya Imam Hanbali”.
Teruskan, Teruskan!
Sungguh, jasa Imam Hanbali dalam mengembangkan ilmu agama hingga saat ini masih dapat kita rasakan. Maka, menjadi kewajiban kita untuk meneruskan perjuangannya dalam mencari ilmu sekaligus menyebarkannya, baik dengan lisan maupun tulisan. []