Agar Dakwah Islam Berjalan Efektif

Oleh: Akh. Hasan Saleh

 dakwahTegaknya Islam tertumpu pada sendi-sendi dakwah yang telah dijalankan dibangun oleh Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, tabi’tin, tabi’it tabi’in  dan para Khalifah di masa Abbasiyah. Perjalanan dakwah yang gemilang itu menunjukkan bahwa umat Islam pada masa itu memiliki semangat untuk memberikan perubahan luar biasa pada dunia, sehingga Islam benar-benar menjadi rahmatan lil ‘alamin. Dan itu pun tergantung pada pengemban dakwah Islam, kalau dirinya bergerak akan mampu memberikan pegaruh perubahan, namun jika berdiam diri dalam kebathilan akan merajalela dan hilanglah ghirah Islam dalam diri umat muslim.

Dakwah tidak hanya dimaknai mengajak dengan model ceramah dari mimbar ke mimbar, dari pengajian ke pengajian, karena hal itu merupakan bagian kecil dari dakwah. Secara harfiah (bahasa) dakwah diartikan sebagai do’a (الدعاء),memohon/bertanya(السؤال),menjelaskan/menerangkan (الأذان), mengajak pergi atau mengundang (طلب الذهاب إلى الشيء), menyiarkan Islam (الدعاية).

Secara terminologis para pemikir Muslim membuat banyak variasi penafsiran dengan maksud yang sama, yaitu sebagaimana yang diungkapkan :

  1. Ibnu Taimiyah : “Dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa nabi Muhammad Saw, yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam.
  2. Al-Ustadz Al Bahi-al-Khuli : “Dakwah Islam yaitu menghantarkan umat dari satu tempat/ kondisi ke tempat/ kondisi yang lain.
  3.  Rauf Syalabi : “Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi yang diturunkan Allah kepada Nabi terakhir”
  4. Abu Bakar Dzikri : “Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang agamanya dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama.

Menurut Syekh Abdullah al-Syekh mengatakan bahwa dakwah adalah mengundang atau mengajak orang untuk jalan yang baik, mengajak manusia untuk meniti jalan menuju kepada Allah Swt, mentaati perintah dan menjauhi larangannya, merealisasikan keikhlasan, mengajak lari pada Allah Swt. Dakwah juga dimaknai sesuatu yang nikmat dan yang ditinggalkan adalah sesuatu yang berbahaya.

Hakekat dakwah adalah mengajak orang untuk merealisasikan perintah Allah, membenarkan dan beriman dengan apa yang Allah beritakan. Membenarkan yang dimaksud adalah membenarkan hakekat berita dan konsekuensinya (merespon) suatu berita. Maka setiap orang yang mengajak pada Allah adalah dakwah.

Abdul Fattah Al Bayanuni mengatakan bahwa menyampaikan Islam pada manusia, mengajari Islam kepada mereka untuk merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Objek dakwah adalah manusia tidak melihat posisi, atau jabatan, sehingga setiap manusia dikenakan hak dan kewajiban untuk berdakwah dan didakwahi. Sehingga setiap muslim akan mendapatkan sanksi ketika tidak menjalankan kewajibannya. Sebagaimana orang tidak melaksanakan sholat, puasa, berbhakti pada kedua orang tua dan sebagainya, termasuk dakwah.

Namun permasalahan yang muncul modern ini adalah munculnya “rasa gengsi”, sungkan (ewuh pekewuh) atau malu menggunakan sesuatu atas nama Islam (atribut, slogan, simbol dan sebagainya). Kalau seorang muslim memiliki sikap tersebut, maka perlu dipertanyakan tentang komitmennya terhadap dua Kalimat Syahadat yang telah diikrarkan minimal 34 kali setiap hari. Sedangkan dengan menggunakan identitas Islam adalah menunjukkan bahwa dirinya seorang Muslim dan salah bentuk dari dakwah. kebanyakan orang muslim saat ini tidak bangga dengan ke Islamannya, keberatan dengan mengungkapkan dirinya “I am a Moslem”.

Disisi lain, musuh-musuh Islam dengan keberanian dan semena-menanya merebut keimanan, mengkaburkan akidah umat muslim, bahkan menghancurkan negara-negara Islam sebagaimana Irak, Afganistan dan  Palestina sebagai salah satu pusat/kiblat umat Islam dimasanya (baca: Masjid Al Aqsho), yang kini diambang kehancuran (Semoga Allah memberi pertolongan pada para mujahidin, amin.)

Zaman modern ini dapat dikatakan sebagai zaman edan, dimana setiap muslim tidak lagi atau kurang peka terhadap kemaksiatan, kedzaliman dan kelaliman serta pengrusakan aqidah, akhlak dilingkungannya. Seringkali pula, ketika melihat masalah diatas masih menunggu waktu dan situasi untuk berdakwah (amar ma’ruf), sedangkan kemaksiatan, kemungkaran terus berjalan tanpa mempedulikan waktu dan kondisi dan usia. Maka yang terjadi semakin semarak kemungkaran dilingkungan kita, yang pada akhirnya penyesalan akan terjadi karena telah menyeret generasi dan bahkan keluarga, anak-anak kita.

Kendornya ghiroh dakwah (futur) disebabkan minimal 3 hal, yaitu:

  1. Worlview keislaman yang keliru
  2. Pemahaman terhadap dakwah (amar ma’ruf nahi mungkar) yang kurang benar
  3. Tsaqofah keislaman yang minim

Oleh karena itu, perlu dibangun kembali ghiroh-ghiroh dakwah muslim, terutama para pemuda sebagai penerus perjuangan Islam masa depan. Untuk membangun dakwah muda muslim perlu adanya persatuan pemikiran muslim, khususnya tujuan dan kepentingan dakwah.

Dalam mem-planing gerakan dakwah perlu memperhatikan rukun-rukun dakwah, sehingga optimal dalam melakukan dakwah dimasyarakat. Adapun rukun-rukun dakwah Islam yaitu dai, sasaran dakwah  (mad’u), materi (ma’udu’), manhaj, sarana (wasail), startegi/cara (uslub) dakwah.

Sebagaimana ungkapan sayyidina Ali ra.”kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”, sebanyak apapun umat Islam dengan sholat dan puasanya yang istiqomah tetapi tidak mengorganisir kekuatan dirinya, maka akan mudah terkalahkan dan bahkan akan digerogoti dari dlam tubuh umat Islam sendiri. Wallahu a’lam bissawab.

Penulis adalah Aktivis ITCON Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *