Inpasonline.com, 09/06/11
SURABAYA- Dua sekolah di Jawa Tengah yang tidak melakukan upacara bendera dicap tidak memiliki Nasionalisme mematik reaksi dari Muhammadiyah Jawa Timur.
Sekretaris Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Nadjib Hamid, menilai perlu ada kajian mendalam terkait masalah nasionalis ini.
Menurutnya, masing-masing orang tentunya memiliki cara tersendiri untuk memahami rasa Nasionalisme. Pemahaman tersebut harus proporsional dan jangan dengan sudut pandang yang sempit.
“Percuma jika mengaku memiliki rasa nasionalisme dengan menghormati bendera merah putih tapi sikap dan kelakuannya tidak mencerminkan rasa cinta tanah air. Seperti masih gemar korupsi makan uang rakyat, apa yang demikian disebut memiliki rasa nasionalis,” ujar Nadjib.
Dia juga mengatakan, kasus yang terjadi di dua Sekolah Dasar (SD) di Jawa Tengah itu jangan terlalu dibesar-besarkan. Nasionalisme memiliki banyak sudut pandang dan setiap orang berbeda-beda. Jadi, kata Nadjib, jangan terlalu sempit dalam berpandangan soal Nasionalisme.
Meski demikian Nadjib tidak sependapat dengan memberikan penghormatan bendera yang berlebihan. Artinya, menganggap bendera sebagai hal yang sakral dan seolah-olah dianggap sebagai Tuhan. Hal itu, tentunya dianggap syirik.
“Kalau yang demikian pastilah syirik, tapi jangan langsung menyimpulkan tidak memberi hormat bendera merah putih tidak nasionalis,” tandasnya.
Seperti diberitakan, dua sekolah di Jawa Tengah terancam ditutup karena dinilai tidak memiliki rasa nasioalisme. Pasalnya kedua sekolah tersebut tidak mau hormat kepada bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya saat upacara bendera.
Dua sekolah tersebut yakni Sekolah perguruan Islam SMP Al Irsyad Al Islamiyah di Tawangmangu dan sekolah SD-IST Al Albani, Matesi, Jawa Tengah.
Pihak sekolah Al Irsyad membantah jika tidak memiliki rasa nasionalisme. Menurut mereka rasa nasionalisme itu tidak hanya dinilai dari penghormatan kepada bendera saja.
Sementara, pengelola SD Al-Albani memiliki pendapat yanag berbeda. Kepala sekolah Al Albani, Heru Ichwanudin, mengatakan hormat kepada bendera adalah hak masing-masing individu. “Secara lembaga kita taat kepada pemerintah, taat kepada aturan pemerintah. Adapun masing-masing diserahkan kepada individu. Kami kahwatir berbentur dengan HAM, jika mewajibkan hormat kepada bendera ” tuturnya. (mm/okezone/RCTI)