Komnas HAM meminta aparat Kepolisian untuk tidak gegabah dalam menangani kasus penembakan polisi di Palu. Komnas HAM mengingatkan, belum ada kepastian bahwa peristiwa penembakan tersebut merupakan tindakan “terorisme”.
“Kami meminta aparat kepolisian tidak gegabah dan tidak cepat mengambil kesimpulan bahwa ini tindakan ‘terorisme’,” ujar Komisioner Komnas HAM, Ridha Saleh, seperti yang dilansir Republika online, Sabtu (4/6/2011). Ia menyayangkan karena dua tersangka terakhir kasus tersebut ditangkap dalam keadaan tewas.
Ia menyatakan, tugas aparat kepolisian adalah menegakkan hukum dengan benar, bukan menegakkan hukum dengan membabi buta. “Seharusnya polisi melakukan tindakan sesuai dengan motif pelaku. Sejauh ini motifnya kan belum jelas,” tutur Ridha.
Komnas HAM, kata Ridha, telah mengirimkan wakilnya untuk memonitor kasus tesebut secara lebih dekat. Beberapa di antaranya adalah mengunjungi dua tersangka yang telah ditangkap terlebih dahulu.
Sebelumnya, pihak Kepolisian Republik Indonesia bersikukuh bahwa pelaku penembakan Bank Central Asia yang menewaskan dua orang polisi telah mengaku anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). “Yang jelas laporan bahwa yang di Palu itu termasuk kelompok Jamaah Anshorut Tauhid, kami dapatkan dari Polda setempat,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Inspektur Jendral Polisi Anton Bahrul Alam dalam keterangan pers di kantornya, Senin, 6 Juni 2011.
Pernyataan Kepolisian ini dibantah langsung oleh amir JAT, Ustadz Abu Bakar Baasyir. Menurutnya, tidak ada perwakilan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Poso, Sulawesi Tengah.
“Polisi bohong. Enggak ada JAT di Sulteng. Baru ada di Jawa, Bima, dan Lampung. Polisi memang cari-cari kesalahan,” katanya sebelum menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (6/6/2011).
Pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo ini juga mengaku tidak pernah mengenal empat orang pelaku penembakan polisi yang diindikasikan polisi sebagai anggota JAT.
“Seandainya pun benar ada JAT di Sulawesi Tengah. Itu urusan pribadi masing-masing. Saya enggak kenal empat orang itu,” tegasnya.
Senada dengan ustadz Abu Bakar Baasyir, Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) melalui juru bicaranya, Son Hadi, juga menampik tuduhan pihak Kepolisian yang mengatakan pelaku penembakan anggota Polisi di Palu adalah Jamaah Anshorut Tauhid (JAT).
Son Hadi menilai pernyataan pihak Mabes Polri yang menyebut pelaku penembakan Polisi menggiring opini masyarakat untuk melibatkan JAT dalam kejadian tersebut.
“JAT menolak pemberitaan yg bersumber dr polri bhw penembak palu adalah anggota jat. krn jat tak miliki cabang di sulawesi,” katanya dalam pesan pendeknya kepada salah satu meda online, Ahad (5/6/2011)
Son Hadi menambahkan penggiringan opini tersebut bertujuan untuk menutupi lemahnya vonis yang dijatuhkan kepada ustadz Abu Bakar Baasyir. Dia menuntut polisi bertanggung jawab atas fitnah yang disampaikan.
“Informasi polisi ini hanya sebuah upaya penggiringan opini masyarakat pra vonis Ustadz Abu Bakar Ba’syir untuk menututupi lemahnya dakwaan Polisi dan Jaksa terhadap beliau. Saya meminta pertanggungjawaban Polisi atas fitnah yang disebarkan melalui jubirnya,” tambahnya.
Dia menambahkan motif pelaku penembakan sebenarnya dendam pribadi dan tidak ada kaitannya dengan organisasi JAT. Son Hadi berharap masyarakat berhati-hati dalam memperoleh pemberitaan.
“Tersangka penembakan telah menyatakan bahwa motif penembakan adalah dendam pribadi dan tidak ada kaitannya dengan JAT. JAT mengingatkan umat islam agar berhati-hati menerima berita dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab,” tandasnya (mm/rep/voa/ti/rhm)