Inpasonline.com-Beberapa waktu lalu, Dr. Khalif Muammar, Direktur CASIS-UTM Malaysia, menyampaikan kuliah Pemikiran Politik Islam di Institut Agama Islam Darullughah Wadda’wah Bangil. Beliau menyampaikan hal-hal pokok dan mendasar dari isu-isu kepemimpinan. Berikut ini catatang singkatnya.
Dalam pertemuan ini, Dr. Khalif menjelaskan bahwa dalam Islam, ada penekanan besar terhadap masalah pemimpin dalam berbagai lapangan dan bidang. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang beradab dan melaksanakan keadilan.
Adil itu bukan berbagi sama-rata. Untuk bisa mendapatkan sifat adil, maka kita perlukan institusi pendidikan. Karena tidak mungkin orang itu lahir itu langsung menjadi seorang adil. Karena manusia mempunyai hawa nafsu, dan ada godaan setan yang terus menerus.
Jika pendidikan tidak melahirkan pemimpin beradab, maka pendidikan itu telah rusak. Karena pendidikan itu melahirkan pemimpin, maka pendidikan tinggi perlu diberi perhatian utama dan penting.
Seorang pemimpin itu muncul dari institusi lembaga pendidikan tinggi (universitas), dan di universitas itu calon pemimpin akan mendapatkan ilmu.
Sejak tahun 1977 Prof. Naquib al-Attas telah menyampaikan gagasan konsep pendidikan tinggi Islam yang bisa menjadi agen pendidikan.
Mengutip dari pemikiran Prof. Naquib al-Attas, Dr. Khalif menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah menghasilkan manusia yang beradab (a man of adab). Dan pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang memenuhi kriteria insan beradab.Adab adalah mengetahui sesuatu pada tempatnya.
Sehingga, di sinilah pentingnya dibina sebuah institusi pendidikan tinggi Islam yang baik, berkualitas dan berdasarkan tradisi ilmuan dahulu.
Namun sayang, umumnya, di universitas-universitas modern saat ini tujuan menghasilkan manusia beradab tidak menjadi tujuan utama. Kebanyakan mereke bertujuan menghasilkan tenaga kerja yang bisa menggerakkan ekonomi, tenaga teknis untuk industri-industri.
Karena itu, nasalah umat belum tentu selesai dengan sekedar mengganti pemimpin dengan pemimpin yang baru lainnya.
Kita harus mencontoh Rasulullah Saw. Rasulullah saw adalah seorang pemimpin yang paling sukses dalam sejarah manusia. Karena perubahan yang Rasul Saw lakukan adalah perubahan yang sangat mendasar.
Apa itu? Yang dilakukan oleh Rasulullah Saw adalah mendidik orang dewasa. Sehingga berlaku perubahan worldview pada para Sahabat Nabi. Worldview itu intinya pada I’tiqad sebagai kerangka berpikir.
Untuk menanamkan pondasi yang kuat, Rasulullah Saw menanamkan akidah yang kuat. Akidah merupakan iman yang didukung ilmu. Jika tanpa ilmu, maka iman akan goyah.
Karena itu, dalam masalah iman itu, kita memerlukan ilmu. Dan iman tanpa ilmu akan berlaku tindakan berlebihan (ekstrim). Kecenderungan orang pada hari ini memisahkan antara ilmu dan iman.
Ilmu yang benar akan memperkuat dan membentengi iman. Karena itu, perubahan untuk menjadi baik harus dimulai dari diri pribadi. Yaitu, bermula dari hati dan jiwa.
Keadilan itu pertama harus diamalkan terhadap diri sendiri sebelum membawa keadilan ke orang lain. Jika dalam diri tidak berlaku maka tidak bisa berlaku keadilan untuk org lain. Bila tidak berlaku keadilan dalam diri maka berlaku kedzaliman yaitu jiwa hayawinyah yang menguasai diri seseorang.
Sesuai dengan trend tasawuf, perubahan itu dimulai dari diri sendiri.
Berbagai masalah yang timbul dalam umat Islam saat ini, karena masalah itu ada dalam diri kita.Prof. Naquib Al-Attas membagi tiga hal yang menjadi akar masalah umat manusia pada masa ini: Pertama adalah Ilmu yang rusak. Atau jahil. Jahil ada dua yaitu jahil basith dan jahil murakkab. Kedua, loss of adab. Ketiga, kemunculan pemimpin palsu. Masalah ketiga berkait erat dengan masalah pertama. Sehingga masalah ketiga muncul dikarenakan masalah ilmu.
Dalam soal kepemimpinan, para ulama Islam memberi perhatian khusus. Mereka mendidik umat supaya lahir pemimpin yang baik.
Ironinya pada saat ini, ilmu tentang konsep kepemimpinan ini tidak dikaji dengan baik. Sehingga gagal dijumpai pemimpin-pemimpin yang gagal memimpin umat dan menjadi sebab kemunduran umat.
Nota ini dicatat dan diringkas oleh Kholili Hasib.