Oleh M. Anwar Djaelani, peminat masalah pendidikan dan penulis 13 buku
inpasonline.com – Di Persis (Persatuan Islam), A. Hassan adalah Guru Utama. Sebagai guru, dia sukses. Di antara ukurannya, banyak murid A. Hassan yang berhasil di tengah-tengah masyarakat. Sekadar contoh dan harus disebut pertama, adalah putranya sendiri yaitu Abdul Qadir Hassan. Murid lainnya, seperti M. Natsir, Isa Anshary, Rusyad Nurdin, Fahruddin Al-Kahiri, E. Abdurrahman, dan lain-lain.
Para murid itu, tak hanya tampil menjadi pemimpin di tingkat nasional. Bahkan, ada yang berskala internasional. Lihatlah, M. Natsir (1908-1993), yang pejuang kemerdekaan. Dia pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi,
Ketika RI terancam pecah, M. Natsir tampil di parlemen dengan apa yang kemudian disebut sebagai Mosi Integral Natsir. Mosi pada 3 April 1950 itu menyelematkan NKRI. Setelah itu, dia menjadi Perdana Menteri RI pada 1950-1951. Pada 26 Februari 1967, bersama sahabat-sahabat seperjuangnnya, M. Natsir mendirikan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII). Pada 2008, M. Natsir dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional.
Pengabdian Natsir, tak hanya di dalam negeri. Di dunia internasional, M. Natsir juga berperan penting. Dia, antara lain, pernah mendapat amanah sebagai Wakil Presiden Muktamar Alam Islami.
Pelajaran A. Hassan
Ada buku berharga, karya A. Hassan. Judulnya, Hai, Anak Cucuku! Buku itu terbitan Al-Muslimun Bangil, pada 2020.
Pada halaman 18-20, ada bahasan tentang Guru. Pada halaman 198-202, ada bahasan tentang Menjadi Guru. Berikut ini, pokok-pokok pemikiran A. Hassan tentang guru.
Siapa guru? Guru adalah semua orang yang mengajarkan ilmu kepada kita, apapun bangsa dan agamanya (2020, 18). Siapa guru? Guru adalah orang yang mengajar atau menyampaikan suatu kepandaian kepada seseorang. Bahkan, yang mengajari makhluk selain manusia juga dinamakan guru (2020: 198).
Di keseharian, pasti kita akan belajar kepada banyak orang dalam rupa-rupa ilmu. Dengan demikian, pasti pula kita akan menjadi murid dari beberapa guru. Dengan kata lain, guru kita pasti banyak.
Kata A.Hassan, ilmu atau kepandaian yang manusia ajarkan kepada manusia lainnya sangat banyak. Berikut ini di antaranya: Ilmu agama, ilmu pendidikan, ilmu bahasa, ilmu menulis, ilmu menghitung, ilmu olahraga, dan ilmu masakan. Juga, ilmu pertanian, ilmu perdagangan, ilmu bumi, ilmu binatang, dan lain-lain (2020, 198-199).
Guru itu mulia. Orang tua kita, ibu dan bapak kita, telah berjasa besar kepada kita terkait urusan merawat, menjaga, dan mendidik dari kecil sampai dewasa. Adapun guru-guru, kata A. Hassan, berjasa besar dalam merawat, menjaga, dan mendidik jiwa serta pikiran kita sedemikian rupa kita menjadi pandai (2020, 18).
Walaupun badan kita sehat tapi jika tidak ada guru-guru yang mengajarkan ilmu-ilmu, tidaklah kita akan terpandang sebagai manusia yang terhormat. Ini, karena manusia yang tidak berpendidikan akan tidak berharga pada pandangan kebanyakan orang (2020, 18).
Guru itu mulia. Seorang guru tidak akan kesulitan mengajar orang-orang yang sudah dewasa. Itu, berbeda dengan mengajar anak-anak (2020, 199).
Guru itu idealis. Apabila kita bandingkan harga ilmu yang diajarkan oleh guru-guru dengan bayaran yang mereka terima, niscaya terdapat perbedaan yang sangat jauh. Guru-guru sebenarnya manusia yang diilhamkan oleh Allah untuk menjadi pengajar yang menyiarkan ilmu. Sekiranya, kata A. Hassan, mereka dengan ilmu yang ada padanya berpaling ke profesi lain seperti pedagang atau lain-lainnya, niscaya di dalam waktu yang pendek mereka bisa menjadi orang-orang yang berkecukupan secara ekonomi (2020, 19).
Nasihat Sehat
Berikut ini nasihat A. Hassan kepada guru supaya murid-murid menurut, suka, dan hormat. Juga, agar murid-murid menjadi tentram dan guru mudah menyampaikan pelajaran. Ini, beberapa di antaranya:
- Guru harus ikhlas dan punya kemamaun yang sungguh-sungguh untuk mengajar.
- Bersikap tidak tercela pada pandangan murid-murid.
- Jangan berdusta terutama di hadapan murid, walaupun itu dengan niat main-main atau bercanda. Jangan lakukan, walaupun itu sekali.
- Jaga perangai murid-murid terutama di tempat belajar, khususnya dari kemungkinan berdusta. Guru hendaknya lekas menegur mereka yang berdusta, tapi tidak di hadapan murid atau orang lain.
- Jangan sekali-kali terlihat di hadapan murid bahwa si guru malas. Juga, guru tidak boleh lalai, misalnya melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan urusan pembelajaran.
- Semua yang akan guru ajarkan harus sudah dipersiapkan dari rumah, tidak di tempat mengajar atau tidak di waktu sedang mengajar. Hendaklah terlihat kepada murid bahwa semua sudah guru persiapkan dengan baik.
- Janganlah pekerjaan murid (seperti tugas matematika atau karangan) guru periksa di kelas. Ini, bisa menyebabkan murid-murid bermain-main karena tidak ada pekerjaan. Hal yang demikian, jelas tidak baik. Semakin terbiasa murid dengan siuasi begini, akan makin susah guru mengaturnya.
- Murid-murid yang nakal dan malas perlu guru nasihati di tempat dan waktu tersendiri dengan cara yang sebaik-baiknya. Pilih cara yang bisa masuk ke hati murid. Jangan gunakan kekerasan. Murid yang sangat mengganggu boleh guru pisahkan tempatnya atau minta dia berdiri. Intinya, si murid jangan sampai ada yang tertinggal pelajarannya. Beri pemahaman kepada murid, bahwa hukuman kepadanya untuk kebaikannya sendiri dan untuk menjaga ketertiban tempat belajar.
- Jangan sekali-kali guru menunjukkan kebencian kepada murid walau bagaimanapun nakalnya. Murid yang berprestasi boleh guru puji sedikit dengan tujuan bisa menjadi penarik bagi murid-murid yang lain untuk mencontohnya.
- Guru harus terus-menerus memikirkan bagaimana cara mengajar yang lebih mudah diterima oleh murid-murid.
- Guru harus lebih dahulu mengerjakan hal yang baik sebelum mengharapkan hal yang sama juga dikerjakan oleh murid-muridnya. Guru harus satu kata dengan perbuatannya. Jangan sampai ada satu hal yang guru larang untuk dikerjakan murid, tetapi si guru malah mengerjakannya. Perhatikan, contoh ini: Guru hendaknya tidak merokok apabila ingin menasihati murid-muridnya supaya tidak merokok. Contoh lain, di sekitar kita: Tidak akan berbekas nasihat seorang pemabuk supaya anaknya atau sahabatnya tidak minum minuman keras.
- Usahakan sesekali meluangkan waktu, untuk semacam selingan materi pelajaran. Berikut ini, beberapa pilihan kegiatan bagi guru:
- Menceritakan kepada murid-murid kejadian-kejadian atau riwayat-riwayat yang lucu, tapi mengandung makna pendidikan yang baik.
- Menceritakan kisah hidup orang besar (seperti pahlawan) yang telah banyak memberi manfaat kepada agama dan bangsa.
- Menceritakan kisah hidup seseorang, baik bangsa sendiri atau bangsa asing, yang mendapat pujian atau penghargaan lantaran rajin belajar serta baik akhlaknya terhadap guru dan orang tua.
- Mengajarkan jenis-jenis keterampilan semisal yang terkait pertanian, pertukangan, dan lain-lain. Harapannya, keterampilan itu berguna buat mereka, baik sekarang atau di masa yang akan datang.
Catatan, hendaknya semua guru menyampaikan hal-hal di atas secara ringkas dan tidak menjemukan. Juga, harus mengandung pelajaran. Pun, guru menyampaikan sedemikian rupa membuat murid senang kepada guru. Dengan cara itu, para murid akan taat kepada guru dan mudah bagi guru menyampaikan pelajaran.
Petunjuk Jalan
Demikianlah, insya Allah uraian di atas sangat bermanfaat. Berisi panduan kepada guru dari seorang guru yang sangat berpengalaman. Dari guru yang terbukti telah melahirkan banyak murid dan kader yang berkualitas.
Kepada semua pendidik, yaitu guru dan orang tua, mari jadikan panduan A. Hassan di atas sebagai semacam Petunjuk Jalan dalam mendidik. Jadikanlah sebagai pedoman bagi guru dalam mendidik muridnya. Jadikanlah sebagai panduan bagi orang tua saat mendidik anaknya. []