Oleh : Hilal Azka Fadhilah*
inpasonline.com – Menjadi seorang ulama bukanlah suatu hal yang mudah, yang mana seluruh hidup mereka telah diserahkan untuk kepentingan agama. Seluruh waktu mereka dipenuhi dengan aktivitas ilmu. Ketika umat sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, disitulah peran ulama dibutuhkan. Mereka harus berjuang untuk meluruskan umat-umat yang sudah jauh dari agama. Umat-umat yang Mulai melupakan Allah Swt yang telah menciptakannya. Oleh karena itu, perkerjaan seorang ulama tidaklah mudah, pikiran mereka harus dijaga, begitu pula dengan fisiknya.
Inilah alasan mengapa ditengah-tengah umat harus ada seorang ulama. Kedudukan mereka yang begitu penting. Di saat sudah mulai tergiur dengan tipu daya dunia. Para ulama memainkan peran penting dalam ranah masyarakat. Oleh karena itu, haruslah kita syukuri dan kita hormati selalu para ulama yang telah megorbankan dirinya untuk agama Allah.
K.H Hasyim Asy’ari merupakan salah satu ulama yang seluruh hidupnya berkhidmat pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Kyai Hasyim lah sosok ulama yang tak kenal lelah dalam berdakwah. Meluruskan aqidah umat. Nama asalnya ialah Muhammad Hasyim. Beliau lahir di Gedang, Jombang, Jawa Timur, hari Selasa 24 Dzulhijjah 1287 H bertepatan dengan 14 Februari 1817 M. Beliau lahir ditengah-tengah keluarga yang berpendidikan. Memiliki darah keturunan ulama. Ayahnya seorang Kyai di Demak, Kyai Asy’ari. Kakeknya yang bernama Kyai Utsman, seorang pimpinan pesantren.
Dikarenakan hidup di lingkungan yang berpendidikan, saat kecil beliau mendapatkan pendidikan dasar dari sosok ayah dan juga kakeknya. Sebelum beliau berangkat ke Mekkah, atau lebih tepatnya saat usia 15 tahun beliau sempat berkelana ke berbagai pondok pesantren. Mulai dari pesantren milik Syekh Kholil Bangkalan (Madura), Pesantren Langitan Tuban. Beliau jua pernah mondok di Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo, pada Kyai Ya’qub. Kyai Ya’qub lah yang menjadikan menantu. Menikahlah denga putri Kyai Ya’qub bernama Nafisah. Ketika itu umur Kyai Hasyim sudah 21 tahun. Barulah beliau bersama istrinya berangkat ke Mekkah untuk menuntut ilmu. Disanalah beliau belajar pada ulama-ulama besar. Belajar pada Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Mahfuz at-Tirmasi, Syekh Kholil Bangkalan. Tiga ulama inilah yang sosok berpengaruh bagi KH Hasyim Asy’ari.
Ada beberapa hal yang cukup menarik dari pemikiran beliau; Pertama, pemikiran adab. inilah salah satu pemikiran KH Hasyim yang sangat menarik. Mengapa? sebab kata Prof Al-Attas, salah satu tantangan terbesar umat Islam ini ialah Loss of Adab (hilangnya adab). mengenai pemikiran adab, ada salah satu karya KH Hasyim Asy’ari yang sangat terkenal yang membahas adab seorang penuntut ilmu. Kitab tersebut diberi nama dengan ‘Adabul ‘Alim Wal Muta’alim’, yang selesai ditulis pada 22 Jumadil Tsani 1343 H. Telah banyak pondok pesantren yang mengkaji kitab beliau. Kitab ini merupakan inspirasi atau adaptasi dari kitab Ibnu Jama’ah yang berjudul Tadzkiratus Sami’ Wal Mutakallim Fii Adabil ‘Alim Wal Muta’allim.
Menurut Ustadz Dr. Kholili Hasib dalam salah satu perkuliahan di ATCO, kitab Adabul ‘Alim rupanya disiapkan untuk pelajar pemula. Kajiannya ringkas, bahasanya lugas dengan isi yang cukup padat. Dalam kitab ini dijelaskan tiga macam adab seorang pelajar dan juga tiga macam adab seorang guru, yakni adab pelajar pada dirinya, adab kepada ilmu, adab kepada guru. Semua ajaran adab tersebut sangat terkait dengan akidah.
Dalam proses penanaman adab atau dalam rangka memperbaiki adab itu butuh waktu tidak sebentar. Langkah awal dalam memperbaiki adab seorang pelajar dengan cara beradab pada diri sendiri. Mulai dari meluruskan niat dalam menuntut ilmu, menuntut ilmu hanya berorientasi mengharap ridha Allah SWT. Menunutu ilmu sebagai bekal kita di negri akhirat kelak. Ketika seorang mununtut ilmu bukan karena Allah SWt, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat. Sebab, orang tersebut akan termakan oleh tipu daya dunia yang hanya sementara. Sedangkan negri akhirat mereka lupakan.
Merekalah orang-orang yang rugi, menuntut ilmu hanya karena ingin mendapatkan kedudukan atau jabatan yang tinggi di mata manusia, menuntut ilmu hanya untuk kepentingan duniawi. Sebagai seorang penuntut ilmu, kita mesti tau bahwa mendapatkan ridah Allah SWT itu tidak mudah. KH Hasyim Asy’ari pernah menjelaskan bahwa orang berilmu itu ialah orang yang niat menuntut ilmu hanya karena mancari ridha Allah SWT. Ketika seorang penuntut ilmu sudah memiliki niat belajar hanya karena Allah semata, maka ia akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat, mendapat derajat yang tinggi disisi Allah. Inilah langkah awal dalam memperbaiki adab, yakni dengan meluruskan niat dalam menuntut ilmu. Niat inilah bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu.
Kedua, pemikiran Ahlussunnah Wal Jama’ah. Melalui pemikiran inilah beliau meluruskan aqidah umat atau masyarakat yang sudah mulai melenceng dan menyatukan umat Islam yang sudah mulai terpecah belah. KH Hasyim Asy’ari dalam salah satu kitabnya yang berjudul Ziyadat al-Ta’liqat, menjelaskan bahwa seperti apakah kelompok Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (ASWAJA). Beliau menegaskan bahwa kelompok Aswaja ini merupakan kelompok yang selamat yang mengikuti salah satu dari madzhab yang empat (Imam Malik, Imam Asy-Syaf’i, Imam Hanafi, Imam Ahmad bin Hanbal.
Lantas, mengapa kita perlu bermadzhab di zaman sekarang ini? Dalam salah satu artikel yang berjudul ‘Pemikiran Akidah Aswaja Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari’ karya Usatdz Kholili Hasib dijelaskan bahwa menurut Kyai Hasyim madzhab itu ialah jalan bagi umat Islam yang belum sampai pada tingkatan mujtahid supaya tidak keliru dalam beragama. Dalam ajaran Islam, bagi orang yang tidak mengerti agama maka diperintahkan untuk menyerahkan semuanya pada ahlinya. Jika memaksakan diri untuk menyimpulkan satu hukum, maka Tindakan dia termasuk kesombongan.
Selain itu, setidak ada tiga alasan mengapa kita harus bermadzhab. Pertama, umat telah sepakat dalam memahami syari’at berpegangan dengan ulama salaf tabi’in. Kedua, sabda Nabi Yang berbunyi, ikutilah golongan yang terbesar. Sedangkan empat madzhab tersebut selalu menjadi kelompok mayoritas. Ketiga, keadaan zaman yang sudah begitu rusak, yang mana sudah sulit ditemukan ulama yang benar, dan banyak orang yang tidak Amanah.
Dahulu masyarakat Jawa sepakat pada satu madzhab. Dalam bidang fiqih menganut madzhab Imam Syafi’i, dalam bidang teologi menganut madzhab Imam Asy’ari, sedangkan dalam tasawuf mengikuti Imam Al-Ghazali. Namun, seiring berjalannya waktu mulai bermunculan pemikiran-pemikiran dan aliran-aliran yang banyak menyesatkan masyarakat. Dengan cara, meluruskan pemikiran sesat dan aliran madzhab sesat yang tersebar. Maka, di sinilah peran Kyai Hasyim di Nusantara atau lebih tepatnya di tanah Jawa ini.
Demikianlah beberapa pemikiran KH Hasyim Asy’ari yang begitu penting dan cukup menarik, yang sebenarnya masih banyak lagi pemikiran Kyai Hasyim ini. Tapi menurut saya dua pemikiran inilah yang sangat penting. Selain itu, di sini lah kita sebagai bangsa Indonesia harus selalu bersyukur dengan keberadaan sosok Kyai Hasyim ini. Satu anugerah yang diberikan Allah yang tidak boleh kita sia-siakan.
*Penulis adalah Mahasiswa Attaqwa College Depok
Luar biasa SUkSES teruslah berkarya mas Azka Berkah Dunia akhirat 🤲🤲🤲