Pesan-Pesan Cinta dari Selaksa Pemikiran Hamka

Lembaga Budi Karya HAMKA

Oleh : M. Anwar Djaelani

Buku Lembaga Budi karya HAMKA

inpasonline.com – Insya Allah, semua karya tulis Hamka berangkat dari rasa cinta kepada Allah. Isinya, yang berupa selaksa pelajaran berharga, tak hanya mencerahkan tapi juga potensial menggerakkan. Isinya, adalah pesan-pesan cinta dalam artian luas kepada sesama.

Lembaga Budi adalah salah satu karya Hamka yang menggugah. Buku itu adalah salah satu dari empat serangkai “Mutiara Falsafah Buya Hamka”. Di dalamnya bertaburan refleksi yang mendalam.

Adapun spirit buku itu, tercemin di bagian akhir Pendahuluan. Hamka menutup pendahuluannya dengan mengutip syair Syauqi Bey: Tegak rumah karena sendi// Runtuh sendi rumah binasa// Sendi bangsa ialah budi// Runtuh budi runtuhlah bangsa.

Bukalah Bab XI buku Lembaga Budi. Di sana ada judul “99 Renungan Budi (Percikan Pengalaman)”. Berikut sebagian di antaranya. Dikutip tanpa diiringi catatan.

Inspirasi Tiada Mati

Keikhlasan hati dibayangkan oleh mata. Bagaimanapun indahnya menyusun kata, kalau perkataan itu tidak timbul dari hati yang jujur, niscaya mudah diketahui. Lidah yang mengucapkan senantiasa pula dikhianati oleh mata. Sebab itu orang jujur, matanya bercahaya. Dan kejujuran adalah salah satu sumber kecantikan bagi perempuan dan wajah cakap bagi laki-laki (2018: 149).

***

Menurut pepatah Minangkabau, ‘Mujur sepanjang hari, malang sekejap mata’. Oleh karena kita menerima mujur atau nikmat sepanjang hari atau sepanjang tahun atau sepanjang masa, kita pun tidak ingat lagi bahwa dia adalah nikmat. Sebab itu (saat) kita mendapat kemalangan, terasa benar oleh kita musibah yang menimpa diri kita. Kita tidak ingat lagi bahwa bala dan cobaan bukanlah datang tiap hari, hanya sekali.

Dapatlah agaknya kita meneladani sikap Nabi Ayub dalam menghadapi kemujuran dan kemalangan itu.

Kata sahibul hikayat, sampai umur 60 tahun Nabi Ayub hidup diliputi oleh nikmat Tuhan di dalam suatu rumah-tangga yang bahagia bersama isteri yang setia dan anak-anak yang mencintai orangtuanya. Tiba-tiba beliau ditimpa malapetaka: Rumah dihayutkan banjir. Anak-anak meninggal di waktu muda, dan dirinya ditimpa penyakit.

Setelah beberapa bulan menderita yang demikian itu, isterinya berkata kepadanya, ‘Engkau seorang Nabi dan doamu dimabulkan Tuhan. Sudah begini penderitaanmu, belum jugakah engkau hendak memohon kepada Ilahi agar dilepaskan dari bala bencana ini?’

Dengan senyum tenang Nabi Ayub menjawab, ‘Saya malu mengangkat mukaku ke langit menadahkan tangan kepada Tuhan memohon agar dilepaskan dari bencana yang belum berapa lama saya tanggungkan ini. Sebab saya tidak pernah lupa berpuluh tahun lamanya saya menerima nikmat-Nya (2018: 158).

***

Orang yang pengetahuannya baru sedikit, kerap kali menyangka dirinya telah mengetahui semua. Tetapi orang yang luas pandangannya dan mendalam ilmunya tidaklah berani lagi mengatakan bahwa dia tahu segala-galanya. Bahkan dia lebih suka berkata, “Banyak yang belum saya ketahui” (2018: 162).

Jikalau engkau telah mengetahui sesuatu, hendaklah engkau terus mempelajari sampai tahu benar dan kalau belum tahu katakan terus-terang bahwa engkau belum tahu. Itulah dia pengetahuan. Orang yang mengaku segala tahu, bukanlah orang yang berpengetahuan (2018: 167).

Pernah orang bertanya kepada Imam Malik, Imam Mazhab yang terkenal, dua puluh masalah yang menghendaki pemikiran (ijtihadi). Yang dapat dijawabnya waktu itu cuma 3 masalah, yang 17 masalah lagi dijawabnya “Saya tidak tahu” atau “Saya belum tahu”. Namun demikian, beliau tetap dipandang seorang Mujtahid (2018: 168).

***

Banyak guru agama yang gagal dan mengeluh karena kegagalannya. Pelajaran agama yang diberikannya tidak segera diterima orang banyak. Salah satu dari sebabnya ialah dia mendahulukan nadzir daripada basyir; mendahulukan ancaman daripada bujukan.

Dia mendahulukan ‘usran daripada yusraan, mendahulukan yang sukar daripada yang mudah. Dia mengusir bukan mengumpul. Kadang-kadang dia hendak membuat agama menurut kehendaknya, bukan menurut kehendak Tuhan. Dan setelah dia gagal, disalahkannya orang lain (2018: 164).

***

Tidaklah ada batas yang terang antara saat suka dengan saat duka. Kadang-kadang di dalam duka sendiri terdapat suka dan di saat suka terdapat duka.

Pada suatu hari serombongan orang beramai-ramai mengantarkan jenazah ke pekuburan. Alamat kedukaan terbayang pada wajah mereka. Dari jurusan lain kelihatan pula satu rombongan lagi mengantarkan pengantin ke rumah mertuanya. Mereka memakai pakaian yang indah-indah. Di wajah mereka terbayang alamat suka.

Di saat persimpangan jalan kedua rombongan bertemu. Tiba-tiba kelihatanlah wajah orang yang mengantarkan jenazah membayangkan sukacita melihat pengantin dan wajah orang yang mengantarkan pengantin membayangkan duka melihat jenazah.

Di hari yang lain kelihatan dua orang suami-isteri yang sedang duduk bermenung tidak bertegur-sapa, entah apa krisis yang terjadi dalam rumah-tangga (mereka). Tiba-tiba anak mereka yang baru berumur beberapa bulan yang telah beberapa hari mulai mencoba-coba berdiri, mula-mula ragu, kemudian terus dan dengan gembira mengejar pelukan ibunya. Saat itu juga suasana jadi berubah, si ayah tertawa dan si ibu pun tertawa sambil memeluk anaknya dengan penuh kasih. Dan suasana rumah-tangga menjadi cerah kembali. Sebab itu, tidak ada batas yang terang antara saat duka dengan saat suka (2018: 167).

***

Pernah kulihat seorang pemuda membonceng gadis pujaannya dengan sepeda di jalan yang mendaki. Keringatnya telah mengalir di dahinya, namun dia senyum juga dan dikayuhnya juga.

Melihat itu berkatalah aku dalam hatiku, “Kalau hati telah jatuh cinta, yang berat rasanya jadi ringan. Pendakian dirasa tanah datar saja, kepayahan dijadikan suatu bingkisan kasih kepada si jantung hati”. Wajarlah bila ada orang-orang ahli tasawuf yang jatuh pingsan seketika mendengar nama kekasihnya disebut orang, Allah! (2018: 180).

Indah dan Menggugah

Itulah Hamka! Narasinya indah, isinya menggugah. Di atas hanya sebagian saja dari 99 pemikiran dan nasihat Hamka di buku Lembaga Budi. Semuanya, bernuansa cinta kepada sesama agar kita menjadi orang yang baik. Semua pesannya bisa menggerakkan siapapun yang memahaminya. Allahu – Akbar! []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *