Korban Pelecehan Seksual Pendeta, Demo di Vatikan

Inpasonline, 1/11/10

Vatican– Para korban pelecehan seksual pendeta dari seluruh dunia, berkumpul di luar Vatican hari ini untuk mengutuk cara Gereja Katolik menangani skandal tersebut. Menurut mereka ini adalah krisis paling buruk sejak beberapa tahun lalu.

Ratusan pengunjuk rasa terdiri dari korban dan keluarganya, melakukan demonstrasi di negara gereja berpengaruh ini, sebelum mengikuti upacara menyalakan lilin pada malamnya untuk menyampaikan pesan kepada Vatican.

“Ini bukan serangan terhadap kepercayaan atau agama, ini tentang tingkah laku dan etika,” kata Marco Lodo Rizzini, juru bicara korban pelecehan seksual anak-anak dari Institut Orang Tuli  Antonio Provolo, Itali.

Sebanyak 67 anak-anak tuli dan bisu di Institut Katolik di kota Verona, Itali, dilaporkan menjadi korban seksual para pendeta dan pegawainya yang bukan pendeta antara tahun 1950-an hingga 1980-an.

Dakwaan yang sama juga dilakukan di seluruh Eropa dan Amerika Syarikat (AS), dengan mengecam Gereja Katolik yang gagal mengambil langkah tegas terhadap para pendeta yang terlibat. Bahkan gereja dituduh menyembunyikan masalah tersebut.

“Masyarakat gagal memberikan fakus pada masalah pelecehan  seksual di kalangan anak-anak yang dilakukan pendeta, namun kita tidak boleh membiarkan perkara ini hilang, sudah tiba saatnya untuk bertindak,”kata Bernie McDaid, penggagas demo ini yang bergabung dalam Survivors Voice,yang pernah menjadi korban pelecehan seksual pendeta pada masa anak-anak.

McDaid berharap dapat mengungkapakan apa yang disembunyikan dan memastikan bahwa anak-anak di seluruh dunia yang menderita akibat pelecehan itu akan menerima bantuan.  

Demo ini melibatkan pengunjuk rasa dari 13 negara, antara lain Australia, Belgium, Britain, Belanda dan AS.

Survivors Voice didirikan oleh McDaid bersama rakannya yang juga korban pelecehan seksual, Gary Bergeron, untuk menyatukan para korban dari seluruh dunia untuk pertama kali serta membangkitkan kesadaran global tentang  isu tersebut.

“Kami berkumpul di Vatican kerana kami mau dunia sedar bahwa jika seseorang anak-anak bisa dilecehkan di tempat yang dianggap selamat, ini sebenarnya terjadi di mana-mana,” kata Bergeron. – (AFP/ut/r)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *