Kondom Tak Menyelamatkan, Lupakan!

Oleh: Anwar Djaelani

World-Aids-Day-2013Cermatilah berita-berita ini. “PBNU Imbau Umat Islam Tak Terlibat Dalam Pekan Kondom Nasional” (www.jpnn.com 01/12/2013). “DPR Kecam Pembagian Kondom Gratis pada Pekan Kondom Nasional” (www.dakwatuna.com 02/12/2013). “Pekan Kondom Nasional Dinilai Tidak Bermanfaat” (www.tribunnews.com 02/12/2013). Ada apa?

 

Keras Ditolak

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) bersama DKT Indonesia dan Kementerian Kesehatan Nasional akan menggelar Pekan Kondom Nasional (PKN) pada 01-07 Desember 2013. Di acara tersebut akan dilakukan pembagian kondom (www.gatra.com 29/11/2013).

Masih di berita itu, ditulis bahwa Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi –dalam sebuah konferensi pers terkait Hari AIDS Sedunia- mengatakan bahwa kondom bukanlah barang terlarang, sehingga tidak masalah jika ada yang membagi-bagikan alat kontrasepsi untuk pria itu secara gratis. Malah, lebih jauh, sang Menteri menyatakan bahwa “Pemerintah juga bersyukur penularan HIV/AIDS dapat berkurang dengan penggunaan kondom.”

Atas rencana PKN yang disebut-sebut akan menelan biaya hingga Rp 50 miliar itu, maraklah aksi penolakan terutama dari kalangan umat Islam. Banyak yang bersuara keras menentang kegiatan yang sangat bisa menjadi pintu masuk menuju perzinaan itu.

Bukalah situs www.hidayatullah.com edisi 01/12/2013. Ada judul, “KAMMI: Pekan Kondom Nasional Sama Saja Fasilitasi Seks Bebas”. Intinya, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Tangerang Selatan mengecam rencana pembagian kondom dalam PKN. Mereka menilai kampanye tersebut bukan solusi mencegah HIV/AIDS, melainkan malah bisa menimbulkan peluang seks bebas di masyarakat.

Pada situs yang sama dan di tanggal yang sama, ada judul “Ketua MUI Pusat: Indonesia Bukan Eropa, Tolak PKN”. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Seni dan Budaya, KH Ahmad Cholil Ridwan menolak PKN. Dia katakan, “PKN itu identik mendorong orang banyak untuk berzina, hukumnya lebih haram dari berzinanya sendiri. Ini zina massal namanya, PKN wajib ditolak. Indonesia bukan Eropa”.

Sementara itu, Koordinator Lembaga Kajian Politik dan Syariat Islam (LKPSI) Fauzan Al-Anshari menilai bahwa pembagian kondom pada PKN secara gratis “Sama saja dengan mendorong para pemuda-pemudi makin berani berzina karena tidak takut hamil atau tertular AIDS” (www.hidayatullah.com  01/12/2013).

Kecuali tiga pendapat di atas, masih banyak pendapat yang serupa dari berbagai elemen umat Islam lainnya. Maka, dengan penolakan yang sedemikian keras itu, sangat mengherankan ketika penyelenggara PKN mengabaikannya. Lihatlah, situs www.detik.com 02/12/2013 yang menulis bahwa bus milik sebuah perusahaan yang memroduksi kondom merk tertentu dikabarkan mampir di UGM pada Hari AIDS Sedunia 01/12/2013. Bus bertuliskan Menuju Pekan Kondom Nasional (PKN) 2013 tersebut dikabarkan melakukan sosialisasi dan pembagian kondom gratis.

Salah Besar

Situs www.dakta.com 02/12/2013 mengabarkan bahwa pada 01/12/2013 –tepat Hari AIDS- dari Washington DC Menkes Nafsiah menyatakan kepada wartawan, alasan mengapa digelar Pekan Kondom Nasional. “Bagi orang yang kurang kuat imannya dan tetap mau melakukan perilaku seks berisiko, paling tidak, usahakan untuk tidak tertular dan menularkan penyakit, artinya selalu pakai kondom,” dalih sang Menteri.

Mendengar alasan itu, psikiater terkemuka Prof Dadang Hawari menjawab tegas, “Kalau untuk ‘orang yang tidak beriman’ dibikin beriman dong, jangan dikasih fasilitas. Ini difasilitasi untuk berzina. Seolah-olah berzina itu halal, padahal haram. Meskipun pakai kondom, tetap haram, ‘jajan’ tetap haram!”

Menurut Dadang, solusi yang tepat adalah diadakannya kampanye keimanan dan sanksi yang tegas bagi pelaku zina. “Solusinya seharusnya ditingkatkan keimanan dan sanksi bagi yang berzina. Aneh, kalau pakai narkoba dilarang, kalau seks bebas tidak dilarang. Di mana logikanya? Tidak masuk akal! Ini kondom hanya untuk orang yang kurang iman, yang berisiko. Mengapa kita memberi peluang pada risiko itu? Jangan diberi peluang,” tegas Dadang bersemangat.

Dadang-pun terus mengritisi sang Menteri, termasuk saat Nafsiah menyatakan bahwa “Bila dipakai dengan tepat, benar dan konsisten, sangat efektif, hampir 100%,” dan karena “Sekarang yang dipakai adalah kondom dari latex yang tidak berpori, dan makin banyak bukti-bukti yang menunjukkan efektivitas kondom untuk pencegahan penyakit maupun kehamilan yang tidak direncanakan”.

Pernyataan Nafsiah itu kontan dibantah Dadang. “Saya bisa pastikan (itu) salah besar! Karena kondom dibuat dari latex, berarti berserat berpori-pori. Kalau tidak berserat dan tidak berpori-pori itu dari plastik. Ukuran pori-porinya 1/60 mikron, kecil sekali. Kondom dirancang untuk Keluarga Berencana, untuk mencegah sperma. Ukuran virus dibanding sperma 1/450 kali lipat. Jadi virus HIV sangat kecil sekali dibanding sperma yang bentuknya seperti kecebong itu.”

Dadang menyatakan bahwa penelitian di Indonesia lima tahun yang lalu untuk KB dengan kondom, gagal 20 persen. “Apalagi untuk HIV/AIDS. Sekarang kenyataannya, dengan menggunakan kondom ternyata semakin banyak pula yang terkena HIV/AIDS, padahal kampanye sudah bertahun-tahun, pengidap HIV/AIDS semakin banyak, bukannya menurun,” terang Dadang.

Dadang juga menyebutkan hasil penelitian lain, bahwa “Di Amerika, 1/3 jumlah kondom yang  beredar di pasar bocor”. Lalu, kesimpulan penelitian dari Badan POM di Amerika tahun 2005 adalah bahwa kondom tidak dikampanyekan lagi karena mulai gagal. “Kondom untuk sperma, bukan untuk virus HIV yang sangat kecil,” jelas Dadang.

Alhasil, jangan berzina. Bahkan, jangankan berzina, sekadar mendekati zina saja Islam melarangnya. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS Al-Israa’ [17]: 32).

Jadi, agar tak tergoda atau dekat dengan zina, mari lupakan kondom! []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *