Akan tetapi, fakta negatif yang tidak bisa ditolak adalah, kapitalisme global menciptakan situasi sosial yang tidak kondusif. Mengubah hubungan antara modal dan tenaga kerja, terjadi peminggiran sosial (social exclusion) dan percepatan perusakan lingkungan global.Problem ekologi meluas seiring berkembangnya ekspansi ekonomi kapitalis di negara-negara berkembang. Menurut laporan WHO tahun 2003, pencemaran udara yang bersumber dari pabrik dan produk-produk modern telah menimbulkan penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
Indonesia dalam hal ini, tidak bisa melepaskan dari efek krisis ekologis tersebut. Kerusakan hutan, menurut pemberitaan media, Indonesia adalah perusak hutan tercepat di dunia, sebesar 2 persen/tahun (1,87 juta hektar), atau 51 km/hari. Itu berarti, seluas 300 lapangan sepak bola. Semua akibat ambisi konsumerisme tak terkontrol dari pemilik modal (Harian Kompas 21 Maret 2007).
Kerusakan lingkungan ternyata tidak lepas budaya konsumeristik, materialistik, individualistik dan kebebasan. Budaya-budaya yang demikian merupakan kandungan dari worldview ekonomi kapitalis yang ternyata juga mengusung doktrin sekularisme.
Worldview Ekonomi Kapitalis
Sitem ini merupakan sistem ekonomi modern yang kelahirannya merupakan ‘produk samping’ dari liberalisasi politik dan agama pada abad ke-16 Eropa, ia mengusung doktrin sekular, liberal dan meminggirkan nilai-nalai metafisika. Ideologinya dapat ditelusuri dari fenomena modernisasi agama di Barat.
Oleh sebab itu, dalam sistem ini peran-peran religius tidak mendapat tempat. Konsep manusianya apa kata Adam Smith; makhluk individual yang memiliki kepentingan materi untuk menyambung hidup dan menggapai bahagia. Ideologinya cenderung kepada humanisme-sekular.
Dalam beberapa aspek, sistem Kapitalis mengambil pandangan dari filsafat Romawi Kuno. Seperti spirit ambisius untuk memiliki kekuatan dan kekuasan serta meluaskan hegemoni sistemnya secara global. Filsafat Yunani kuno juga ikut menyumbang dalam bangunan ideologi kapitalisme (Soetrisno P.H,Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, hal. 208).
Tokoh-tokoh modernisasi Barat banyak mengadopsi filsafat Sokrates, Plato dan Aristoteles. Pemikirannya menginspirasi John Lock, Voltaire Rosseau dan Montesquieu dalam melakukan gerakan Revolusi. Keempat tokoh tersebut di negaranya masing-masing sama-sama memperjuangkan slogan kebebasan individu, baik di bidang agama, politik, pemikiran dan penghormatan terhadap nilai-nilai humanisme. Prinsip-prinsip inilah yang menyemangati Revolusi Industri di Inggris, Revolusi Perancis
Paska meletusnya Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Prancis, indiviualisme seperti menjadi ‘dewa’ bagi masyarakat Eropa secara umum. Energi individualism Eropa tersebut dalam perspektif positif menjadi kekuatan membangun industri. Di sisi lain, kebutuhan yang tinggi terhadap biaya industri serta melapangkan pasar, membuat bangsa Eropa harus melakukan ekspansi wilayah kekuasaan.
Sebelum Adam Smith menuangkan gagasannya ekonomi modern dalam buku The Wealth Nations, pada zaman pertengahan, sistem ekonomi Eropa dikuasai oleh otoritas Gereja yang feodalistik. Pada zaman pertengahan, atau dikenal juga era kegelapan Eropa (dark ages) sistem masyarakat dikuasi oleh feodalisme dan Gereja Katolik.
Raja memberikan tanah yang luas kepada bangsawan. Para ksatria yang ikut pertempuran dalam peperangan juga menerima bagian tanah yang digarap oleh petani-petani miskin. Struktur yang demikian berjalan dengan restu dan sumpah Gereja Katolik. Pihak Gerja pun dalam hal ini juga menikmati hasil bagian dari tanah-tanah tersebut secara mutlak.
Hal ini memicu protes rakyat kecil terhadap sistem ekonomi yang tidak adil. Sejak abad ke-16 sudah terjadi perlawanan terhadap kaum borjuis. Perlawanan semakin kuat karena dikokohkan oleh perlawanan-perlawanan lain di hampir aspek kehidupan Eropa, seperti liberalisasi dan sekularisasi politik. Seruan-seruan kebebasan menggema higga menyusul gerakan nasionalisme sekular yang mempersempit peran Paus.
Seiring dengan hal tersbut, lahirlah Kapitalisme – yang orientasi ekonominya pada cara-cara indiviualistik, distribusi, pemilikan produksi, dan penentuan harga serta pelayananan di dalamnya ditentukan oleh pasar bebas, bukan lagi dikendalikan oleh gereja dan tuan tanah.
Dasar-dasar filosofi sistem Kapitalis yang menganut paham kebebasan tersebut kemudian dipopulerkan oleh tokohnya Adam Smith. Ia adalah penganut aliran klasik terkenal. Tahun 1776 ia menerbitkan buku An Inquiry in to the Nature and causes of the Wealth Nations.
Pendapat Adam Smith yang paling penting ialah tentang ketergantungan peningkatan perekonomian kemajuan dan kemakmuran kepada kebebasan ekonomi yang tercermin pada kebebasan individu yang memberikan seseorang bebas memilih pekerjaannya sesuai dengan kemampuannya yang dapat mewujudkan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya. Kebebasan berdagang di mana produktivitas peredaran produksi dan distribusinya berlangsung dalam iklim persaingan bebas (free market).
Jadi dalam kapitalisme, doktrin agama dipinggirkan, manusia dipandang sebagai manusia bebas yang memiliki ambisi materi. Pembangunan ekonominya disemangati oleh ideologi humanisme, sekularisme dan liberalisme.
Ciri Kapitalisme
1.Rasional Empiris.
Joseph A Schumpeter dalam bukunya Capitalism menjelaskan karakter rasional sistem kapitalis. Pertama, adanya pemikiran atau perilaku individual yang rasional yang berkembang menjadi pemikiran kolektif yang mengkritisi berbagai pihak termasuk kekuasaan politik dan agama. Kedua, kapitalisme berkembang menjadi cara pandang masyarakat terhadap alam semesta, tentang kehidupan, tentang arti keadilan, konsep keindahan, kesehatan, dan filsafat hidup. Ketiga, kapitalisme merupakan sikap terhadap cara pandang sains modern, manusia modern dan cara-cara sains modern dikembangkan. Keempat, rasionalisasi ini mempengaruhi sikap mereka terhadap kepercayaan metafisik, mistik dan ide-ide lain sehingga semua itu akan mengasah metode dalam mencapai tujuan akhir. Kelima, kebebasan berpikir dan memandang dunia secara pragmatis.
Karakter kebebasan ini meniscayakan hal-hal berikut; Tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi dan membatasi tugasnya hanya utk melindungi pribadi-pribadi dan kekayaan serta menjaga keamanan dan membela Negara, Kepercayaan kapitalisme terhadap kebebasan yang tiada batas telah membawa kekacauan keyakinan dan perilaku. Ini melahirkan berbagai konflik di Barat yang kemudian melanda dunia sebagai akibat dari kehampaan pemikiran dan kekosongan ruhani.
2. Individualistik
Dalam sistem ini, lembaga hak milik swasta merupakan elemen paling pokok dari kapitalisme. Menurut Adam Smith, bila setiap individu diperbolehkan mengejar kepentingannya sendiri tanpa adanya campur tangan pihak pemerintah, maka ia seakan-akan dibimbing oleh tangan yang tidak Nampak (the invisible hand) untuk mencapai yang terbaik pada masyarakat. Para individu memperoleh perangsang aktiva agar mereka dimanfaatkan seproduktif mungkin.
3. Kebebasan
Prinsip idividualisme otomatis menciptakan paradigma kebebasan. Kebebasan ini diilhami pertama kali dari seorang Perancis,Legendre yang kemudian populer dengan istilahnya Laissez nous Faire (jangan mengganggu kita). Maksudnya, pemerintah waktu itu (Perancis) tidak perlu ikut campur membantu dunia usaha. Hingga akhirnya, istilah itu terkenal dengan dimaknai tiadanya intervensi pemerintah dalam sistem ekonomi Kapitalis. Itu aritnya, dalam sistem ekonomi berlaku sistem persaingan bebas. Siapa yang memiliki dan mampu menggunakan kekuatan modal, secara efektif dan efisien akan dapat memenangkan pertarungan dalam bisnis.
4. Universalisme
Universalisme adalah kepercayaan bahwa terdapat pernyataan umum tentang dunia fisik dan sosial yang benar secara universal dan permanen. Tujuan sains adalah mencari pernyataan ini sehingga dapat menghilangkan apa yang selama ini disebut subjektif. Universalisme ini kemudian menjadi keyakinan dan epistemologi yang kemudian menjadi ideologi. Oleh karena itu, kapitalisme menempatkan universalisme sebagai tempat mencari kebenaran. Kebenaran hanya dapat diketahui dari hasil interaksi dalam basar bebas.
Kehilangan Adab
Mencermati ideologi dan sistem berpikir kapitalisme seperti tersebut di atas, maka dalam sistem ini tidak dikenal konsep adab dan kepatuhan kepada kekuasaan Ilahiy. Otomatis, hal ini memudarkan spiritualitas agama. Akibat kosongnya spiritualitas dalam mental kapitalis, maka secara otomatis mereka kehilangan adab.
Muslim yang baik adalah muslim yang mengamalkan adab dalam makna yang komprehensif. Yakni orang yang menyadari sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan Yang Hak; yang memahami dan menunaikan keadilan terhadap dirinya sendiri dan orang lain dalam masyarakatnya; yang terus berupaya meningkatkan setiap aspek dalam dirinya menuju kesempurnaan sebagai manusia yang beradab.
Menurut Syed M. Naquib al-Attas, Adab dalam kaitannya dengan alam dan lingkungan, adab berarti pendisiplinan akal praktis dalam berhubungan dengan hirearki yang menjadi karakter alam semesta sehingga seseorang bisa membuat keputusan yang tepat mengenai nilai-nilai dari segala sesuatu, baik dalam konteksnya sebagai tanda-tanda Tuhan, sumber ilmu pengetahuan, maupun sebagai sesuatu yang berguna bagi pengembangan ruhani dan jasmani manusia. Adab terhadap lingkungan juga berarti bahwa seseorang harus meletakkan tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, gunung, sungai, lembah, danau, binatang dan habitat-habitatnya pada tempat yang semestinya.
Dampak Ekologis
Prinsip-prinsip ideologis sebagaimana tersebut di atas, membawa pada sebuah asumsi para peneliti dan aktivis lngkungan hidup bahwa neoliberalisme ekonomi. Sistem ekonomi ini pada saat ini telah membuat consensus perdagangan bebas yang dikenakan WTO (World Trade Organization) terhadap Negara-negara anggota untuk meningkatkan perdagangan global. Sistem ini akan menciptakan ekspansi ekonomi global bagi Negara-negara maju. Berdasarkan analisis Manuel Castells yang dikutip oleh Lester Brown dalam State of the World 2001, kapitalisme membuat peminggiran sosial dan cuaca menjadi buruk.
Peningkatan kegiatan produksi yang tidak terkontrol dan mengabaikan biaya lingkungan menjadi sebab perubahan-perubahan ekologis yang negatif. pencemaran udara juga membuat lebih dari 3 juta jiwa meninggal. Penyakit yang disebabkan polusi udara menajdi penyumbang 5% dari angka mortalitas dunia, yaitu 55 juta orang per tahun. Ada lebih banyak lagi penderita masalah kesehatan yang parah dari efek samping polusi udara, yakni kanker paru-paru, asma, penyakit cardio vaskuler, penyakit “chronic obstructive pulmonary”. Kehidupan yang produktif pun diperpendek oleh masalah kesehatan yang disebabkan oleh menghirup udara yang kotor.
Dalam buku The Case Against the Global Economy, Edward Goldsmith – pendiri Jurnal Lingkungan Hidup The Ecologist yang beredar di Eropa – membeber laporan ringkas atas dampak lingkungan globalisasi ekonomi. Menurut Goldsmith, selama tahun 1990-an Negara Korea Selatan dan Taiwan memiliki kecepatan pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan. Kedua Negara tersebut dijadikan model ekonomi untuk Dunia Ketiga oleh Bank Dunia. Akan tetapi pada waktu yang sama, kerusakan lingkungan yang dihasilkan begitu parah, berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi mereka.
Negara-negara miskin dalam aturan neoliberalisme ditekan untuk berkonsentrasi pada produksi beberapa barang khusus untuk diekspor agar memeperoleh devisa, dan mengimpor sebagian besar komoditas lain. Hal ini menyebabkan cepat terkurasnya sumber daya alam yang diperlukan untuk menghasilkan produk ekspor di berbagai Negara.
Epilog
Kerusakan lingkungan makin dipahami sebagai akibat krisis-krisis sosial yang diproduksi oleh sistim kapitalisme global. Hal ini sejalan pula dengan kecenderungan perubahan gerakan lingkungan hidup kearah gerakan yang membongkar sistem dan pandangan dunia yang menindas dan tidak adil. Kapitalisme global dengan tujuannya dominan menghasilkan uang maka mereka berusaha melenyapkan peraturan-peraturan lingkungan hidup dalam kedok apapun untuk tujuan pragmatis.
Bisa dikatakan pula, bahwa sistem ekonomi kapitalis tidak hanya menyebabkan kerusakan lingkungan saja, akan tetapi operasi kapitalisme global juga mengeliminir undang-undang lingkungan di Negara-negara. Atau dengan kata lain, perusakan lingkungan tidak hanya efek samping, tetapi juga bagian integral dari rancangan kapitalisme global.
Last modified: 16/11/2010