Oleh M. Anwar Djaelani
Inpasonline.com-Ada “Aksi Indonesia Bebaskan Baitul Maqdis” pada Jum’at 11/05/2018 di Monas Jakarta. Baitul Maqdis? Ada apa dengan Baitul Maqdis? Boleh jadi, demikianlah pertanyaan sebagian orang.
Semoga Terus
Banyak di antara kita yang “tak akrab” dengan kota bernama Baitul Maqdis di Palestina itu. Berbeda jika kita sebut nama Yerussalem untuk kota yang dimaksud. Coba lihat berita di bawah ini dan sekaligus rasakan “situasi negatif”-nya.
“Papan Penanda Kantor Kedutaan AS Mulai Dipasang di Yerusalem” (www.kompas.com 07/05/2018). “Rambu Menuju Kantor Kedubes AS di Yerusalem Mulai Dipasang” (www.viva.co.id 08/05/2018). Inti berita, bahwa pada 14/05/2018 direncanakan Kedubes AS untuk Israel yang semula berada di Tel Aviv akan resmi pindah ke Yerussalem.
Kembali ke nama: Baitul Maqdis atau Yerusalem? Menurut Prof. Dr. Abdul Fattah El-Awaisi, yang benar adalah Baitul Maqdis. Sebab, nama itulah yang digunakan Rasulullah Saw. Dengan demikian, menyebut Baitul Maqdis merupakan bagian dari kecintaan kita kepada Rasulullah Saw dan bagian dari usaha menghidupkan kembali sunnah Rasulullah Saw yang mulai ditinggalkan.
Pada nama Baitul Maqdis, lanjut Guru Besar Sejarah yang telah mendalami Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsha selama 30 tahun ini, ada ikatan kuat antara umat Islam dengan Nabi Saw. Harapannya, jalan yang kita tempuh untuk membebaskan Baitul Maqdis juga sesuai dengan metode, jalan dan strategi yang Nabi Saw tempuh. Ini juga merupakan langkah ilmiah yang strategis dalam melawan Presiden AS Donald Trump dan pemerintahannya.
Maka, saran El-Awaisi, kita harus selalu gunakan nama Baitul Maqdis sebab nama tersebut yang paling lengkap, menyeluruh, mendalam dan kuat maknanya. Menggunakan nama Baitul Maqdis adalah landasan pokok untuk menciptakan langkah konkrit, memerjelas arah perjuangan, mengembalikan urusan ini kepada akar keislamannya, dan meletakkan batu pertama bagi umat Islam dalam membangun pijakan keilmuan untuk membebaskan Baitul Maqdis.
Di Baitul Maqdis terdapat Masjid Al-Aqsha (Rumah yang Disucikan). Batas-batas geografis kawasan ini bersifat paten seperti halnya batas-batas Mekkah dan Madinah, serta disucikan dari langit ke tujuh (http://sahabatalaqsha.com 14/01/2018).
Baitul Maqdis memang istimewa, termasuk –sekali lagi- karena di dalamnya berdiri Masjid Al-Aqsha. Masjid ini pernah menjadi kiblat pertama umat Islam. Masjid ini juga menjadi salah satu bagian terpenting dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. “Maha Suci Allah, yang telah memerjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya” (QS Al-Israa’ [17]: 1).
Namun, menyedihkan, Israel merampas dan menjajah Baitul Maqdis pada tahun 1967. Praktis, sejak itu, berbagai himbauan dan tekanan dunia internasional tak pernah dihiraukan Israel. Kini, sangat dimungkinkan sikap pongah Israel akan menjadi-jadi dengan berhembusnya “angin segar” berupa pengakuan AS –lewat Presiden Donald Trump pada 06/12/2017- bahwa Baitul Maqdis (atau Yerussalem) adalah ibukota Israel.
m
Memang, atas keputusan kontroversial Trump pada 6 Desember 2017 itu, masyarakat internasional menolak keras. Tak lama setelah itu, dikabarkan “PBB dan Eropa Tolak Pengakuan Trump Atas Yerusalem”. Protes terhadap langkah Trump itu juga berlangsung di berbagai penjuru dunia. Warga Arab dan Muslim di Timur Tengah serta wilayah lainnya mengecam pengakuan sepihak AS itu. Protes terhadap langkah Trump juga datang dari Uni Eropa dan PBB. Mereka menyuarakan kekhawatiran atas keputusan Presiden AS yang akan memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel ke Yerusalem.
Di Indonesia, bagaimana respon atas keputusan Trump pada 06/12/2017 itu? Kala itu, banyak demonstrasi “Aksi Bela Baitul Maqdis” digelar. Mereka menolak pernyataan Trump dan –sebaliknya- mendukung penuh Palestina. Di antara demontrasi yang fenomenal, terjadi pada 17/12/2017 di Jakarta. Disebut-sebut, jutaan orang hadir di acara yang berlangsung aman dan damai itu.
Bagaimana perkembangan paling baru? Akan ada “Aksi Besar Bebaskan Baitul Maqdis pada 07/05/2018”. Dikabarkan, bahwa pada aksi -di bawah koordinasi Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) dan Alumni Aksi 212- itu diharapkan akan dihadiri jutaan umat Islam. Juga, akan hadir -antara lain- Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Aa Gym, dan Anies Baswedan (www.wartapilihan.com 07/05/2018). Kegiatan itu dirancang untuk turut memerjuangkan terbebasnya Baitul Maqdis dari penjajah Zionis Israel.
Mengingat sikap Trump –soal Baitul Maqdis- itu zalim, maka “Aksi Indonesia Bebaskan Baitul Maqdis” pada 11/05/2018 akan mengajukan tuntutan-tuntutan:
- Majelis Umum PBB hendaknya bersikap tegas atas pelanggaran Trump yang bertentangan dengan 9 Resolusi DK-PBB.
- Organisasi Kerjasama Islam (OKI) hendaknya bersatu untuk menentang keras keputusan Trump. OKI bisa menggelar sidang darurat menyuarakan aspirasi seluruh umat Islam.
- Pemerintah AS hendaknya membatalkan pengakuan terhadap eksistensi Negara Israel dan rencana pemindahan kedutaan-besarnya ke Yerusalem (Baitul Maqdis). Pemindahan kedutaan-besar itu sebentuk pengakuan AS bahwa Yerusalem (Baitul Maqdis) adalah ibukota Israel.
- Pemerintah Republik Indonesia, hendaknya berjuang keras menggunakan haknya dalam menekan OKI dan PBB untuk bersama melawan keputusan Trump. Ini, sebagaimana janji pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri selama ini, bahwa Palestina berada di jantung hati kebijakan luar negeri Indonesia.
- Seluruh rakyat Indonesia, semoga terus bersatu dalam memerjuangan hak-hak rakyat Palestina hingga mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya dari penjajah Zionis Israel.
- Khusus umat Islam, perkokoh ukhuwwah Islamiyah dan tetap berada di bawah bimbingan ulama rabbani agar tercapai tujuan perjuangan pembebasan Baitul Maqdis dan kembalinya Masjid Al-Aqsha.
Ladang Amal
Semua umat Islam, dalam posisi apapun berkewajiban untuk turut memerjuangkan bebasnya Baitul Maqdis dari cengkeraman penjajah. Di sini, ladang amal –dengan berbagai pilihan cara dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing- terbuka luas. Maka, selamat berjihad! []