Inpasonline.com, 29/11/11
Perdana Menteri Pakistan, Yusuf Raza Gilani mengatakan bahwa hubungan kerjasama yang selama ini dilakukan dengan dengan Amerika Serikat akan dikesampingkan, menyusul serangan NATO menewaskan 24 tentara Pakistan.
“Bisnis seperti biasa tidak akan ada,” kata Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani ketika ditanya apakah hubungan dengan Amerika Serikat akan terus berlanjut. “Kita harus memiliki sesuatu yang lebih besar sehingga dapat memuaskan bangsa saya.”
Insiden yang menewaskan pihak Pakistan, Sabtu kemarin, terjadi di perbatasan Pakistan dengan Afghanistan. Helikopter dan jet tempur NATO menyerang dua pos militer di barat laut Pakistan, menewaskan 24 tentara dan melukai 13 lainnya.
Kejadian ini telah mempersulit upaya AS untuk mengurangi krisis hubungannya dengan Pakistan dan menstabilkan kawasan tersebut sebelum pasukan tempur asing meninggalkan Afghanistan.
Komentar Gilani mencerminkan kemarahan pemerintah Pakistan dan militer, beserta tekanan yang mereka hadapi dari rakyat mereka sendiri. “Anda tidak bisa memenangkan perang apapun tanpa dukungan massa. Kami membutuhkan rakyat mendukung kami.”
Hubungan kerjasama dengan AS, lanjut Gilani, akan diteruskan hanya jika didasarkan pada rasa saling menghormati dan kepentingan bersama. Ketika ditanya apakah Pakistan menerima hal itu, Gilani menjawab: “Pada saat ini, tidak.”
Komentar Gilani menjadi puncak dari tekanan yang diterima militer Pakistan, yang mengancam akan mengurangi kerjasama dalam upaya perdamaian di Afghanistan. “Ini bisa memiliki konsekuensi serius dan menambah jarak pada kerjasama kami,” kata juru bicara militer, Mayor Jenderal Athar Abbas.
Pakistan memiliki sejarah panjang dalam hubungannya dengan kelompok militan di Afghanistan. Hubungan ini memposisikan Pakistan untuk membantu penyelesaian damai antara militan dengan Afghanistan. Proses damai ini merupakan kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan yang dilakukan pemerintahan Barack Obama.
AS percaya Pakistan dapat melakukan peran pentingnya meningkatkan keamanan di Afghanistan sebelum semua pasukan tempur NATO ditarik keluar pada 2014.
Peristiwa yang menjadi trigger pecahnya kongsi Pakistan-AS adalah saat helikopter dan jet tempur NATO menyerang dua pos militer di barat laut Pakistan pada Sabtu (26/11). Serangan itu menewaskan 28 tentara dan kian menggelindingkan hubungan Pakisan-AS yang sudah retak, jauh ke dalam jurang kritis.
Pakistan membalas balik dengan mematikan rute pasokan vital NATO ke Afghanistan, hanya mengirim sepertiga dari kebutuhan sekutu pertahanan tersebut.
Serangan tersebut adalah yang terburuk dari semacam sejak Pakistan kian tidak nyaman dengan posisinya sebagai sekutu Washington di hari-hari tak lama setelah peristiwa WTC
Hubungan antara AS dan Pakistan–negara sekutu di Asia Selatan dalam perang melawan militansi dan terorisme, kian menegang sejak operasi pasukan khusus AS yang membunuh pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden di Abbottabad, Mei. Operasi itu disebut Pakistan sebagai pelanggaran kerasa wilayah kedaulatan negaranya.
Juru bicara pasukan NATO di Afghanistan, Jendral Carsten Jacobson, mengonfirmasi bahwa pesawat NATO memang mendapat panggilan untuk membeking tentara di kawasan tersebut dan serangan itu bisa jadi telah menewaskan tentara Pakistan.
“Dukungan pasukan udara jarak dekat dimintakan, panggilan itu terkait perkembangan situasi taktis lapangan, dan langkah itu sepertinya telah menyebabkan korban dari pihak Pakistan,” ujar Jacobson. Ia menyatakan tak bisa mengonfirmasi jumlah korban pasti, namun koalisi tentara NATO atau ISAF mengaku tengah menginvestigasi perkembangan tragis tersebut.
Sementara pemerintah dan militer Pakistan merespon dengan kemarahan. “Ini adalah serangan terhadap kedaulatan Pakistan,” ujar Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani. “Kami tidak akan membiarkan aksi kekerasan terjadi pada solidaritas dan kedaulatan Pakistan.”
Kantor Kemenlu Pakistan mengatakan akan merespon persoalan ini dengan ‘langkah terkeras dan terkuat’ dengan NATO dan AS.
Kepala Staf Gabungan Militer Pakistan yang terkenal berpengaruh dan berkuasa, Ashfaq Pervez Kayani, dalam sebuah pernyataan resmi dari militer, mengatakan, semua langkah yang diperlukan akan dilaksanakan sebagai respon efektif terhadap aksi tak bertanggung jawab NATO.
Selain itu protes keras telah dilontarkan kepada NATO dengan tuntutan agar mengambil aksi nyata dan mendesak demi merespon agresi tersebut. (republika/Kartika Pemilia)