“Sunni-Syiah miliki sejumlah perbedaan prinsipil”

Dalam kesempatan diskusi kali ini, alumnus Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor ini membawakan makalah berjudul “Telaah atas Konsep Tauhid Syiah”.

 

Acara dihadiri tiga puluhan peserta, rata-rata adalah mahasiswa -baik S1 maupun Pascasarjana-. Para peserta tidak saja berasal dari kampus Unair, namun ada yang datang dari kampus lain seperti, IAIN Sunan Ampel, UPN, dan STIT Uluwiyyah Mojokerto.

Kholili menjelaskan, bahwa Syiah memiliki akidah berbeda dengan umat muslim pada umumnya. Hal ini terlihat dari konsep tauhidnya. Dalam konsep tauhid, Syiah meyakini bahwa Allah tidak mengetahui baik dan buruk makhluknya atau yang disebut dengan akidah bada’. Hal ini berbeda dengan keyakinan umat Islam pada umumnya yaitu bahwa Allah Maha Mengetahui.

“Selain akidah bada’, Syiah juga memiliki konsep imamah yang merancukan konsep tauhidnya,” jelas Kholili. Yang paling ekstrim dalam akidah imamah ini, Syiah berkeyakinan bahwa para Imam mereka memiliki kekuasaan seperti Allah. Para Imam juga memiliki sifat kenabian seperti ma’shum dan sifat ketuhanan seperti tidak lupa dan mengantuk. Alam dapat diatur oleh Allah dan para imam Syiah.

“Selain keyakinan atas dua konsep tauhid (akidah bada’ dan akidah imamah), Syiah juga memiliki keyakinan bahwa syirik tidak saja menyekutukan Allah tapi juga jika menyekutukan Imam Ali dengan kepemimpinan orang lain,” tegas Kholili.

Kesimpulannya, konsep syirik dalam Islam telah dibongkar sedemikian rupa dengan memasukkan doktrin Imamah di dalamnya. Konsekwensinya, bahwa meyakini Abu Bakar, Umar, dan Usman sebagai Khalifah adalah syirik karena hal itu menyekutukan kepemimpinan Ali. Menurut Syiah, Abu Bakar, Umar dan Usman adalah perampok hak Ali. Maka, bagi Syiah, mereka adalah kafir.

Di bagian akhir, acara yang dimulai pukul 09.30 itu menyediakan sekitar empat puluh lima menit untuk sesi diskusi. (rep: Saad)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *