Siapa Bilang NU Menerima Syi’ah?

Sesungguhnya, hal tersebut bertolak belakang dengan pendirian Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’.  KH. Hasyim Asy’ari sengaja menulis  tiga kitab tentang akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah beserta pembahasan kesesatan Syi’ah di dalamnya.

Kitab yang dimaksud adalah Muqaddimah Qanun Asasi Li Jam’iyyah Nadlatul Ulama’, Risalah Ahl al-Sunnah wal Jama’ah, dan al-Tibyan fi Nahyi ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al-Aqrab wa al-Akhwan.

Bahkan kitab Muqaddimah Qanun Asasi Li Jam’iyyah Nadlatul Ulama’ merupakan kitab pedoman utama organisasi NU. Setiap aturan, tradisi dan petunjuk keorganisasian seharusnya mengacu kepada kitab tersebut.

Di kitab itu, Kyai Hasyim tegas menolak Syi’ah. Menurutnya, baik Syi’ah Imamiyah maupun Zaidiyyah bukanlah madzhab sah, tapi batil karena mencaci sahabat nabi. Sehingga ajarannya tidak boleh diikuti.

Tentang cacian Syi’ah terhadap sahabat Nabi SAW, dijawab oleh Kyai Hasyim dalam Risalah Ahl al-Sunnah wal Jama’ah dan al-Tibyan fi Nahyi ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al-Aqrab wa al-Akhwan.

Dalam dua kitab tersebut, pendiri NU ini mengutip riwayat-riwayat dan pendapat para ulama’ tentang bahaya paham yang mencaci sahabat Nabi itu.  Banyak di antara riwayat tersebut yang melaknat bagi aliran Rafidlah yang mencaci bahkan mengkafirkan sahabat Nabi SAW.

Dengan kenyataan tersebut, maka sesungguhnya NU menolak paham Syi’ah. Kalaupun ada oknum NU yang membela Syi’ah, maka ia keluar dari garis-garis yang telah dikukuhkan oleh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Muqaddimah Qanun Asasi Li Jam’iyyah Nadlatul Ulama’.

Menjadi NU adalah dengan mentaati rambu-rambu dalam kitab Qonun Asasi tersebut. Barang siapa yang menyalahi kitab tersebut berarti keluar dari NU, meskipun ia anggota organisasi atau pemimpinnya. Maka nadliyyin yang sesungguhnya adalah yang benar-benar sunni, menolak ajaran Syi’ah, sebagaimana diajarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari. (Kholili).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *