Suatu peradaban akan bangkit, jika elemen-elemen pembentuknya terintegrasi dalam satu komunitas yang besar. Persoalannya sekarang, bagaimana Negara-negara Islam saat ini membangun elemen-elemen peradaban Islam itu secara integral.
Menurut Dr. Siti Muti’ah Setiawati,MA, dosen Kajian Timur Tengah (KTT) Pascasarjana UGM Yogyakarta, sesungguhnya masyarakat Eropa telah memberi contoh bagaimana cara suatu bangsa itu bisa bangkit. Saat ini Eropa telah memiliki mata uang tunggal yaitu Euro. Sebelumnya mereka membentuk komunitas, seperti kerjasama perdagangan besi dan batu bara. Kerjasama inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
“Dalam teori politik, sebuah komunitas yang memiliki mata uang tunggal akan menjadi kekuatan luar biasa” tegasnya dalam Seminar Sehari “Menimbang Konflik Timur Tengah dan Relevansinya Dengan Indonesia” pada 20 Mei 2011 di Hall CIOS-ISID Gontor kemarin.
Sebenarnya Islam memiliki kesempatan yang besar. Konsep mata uang dinar merupakan poin besar yang dimiliki Islam. Tidak ada agama apapun yang memiliki konsep mata uang seperti Islam. Apalagi secara doktrinal, Islam menganjurkan memperteguh ukhuwah Islamiyah.
Tentu saja, kondisi internal umat Islam perlu dievaluasi. Perselisihan dengan mempersoalkan hal-hal kecil dalam cabang agama (furu’iyyah) tidak perlu diperbesar. Jika umat Islam masih direcoki dengan konflik-konflik karena persoalan furu’iyyah itu, maka akan menghambat dalam mengkaji hal-hal fundamental dan besar dalam kekayaan tradisi Islam.
Pihak yang paling diuntungkan dalam konflik-konflik seperti tersebut adalah Barat. Sebab, jika sibuk dengan konflik-konflik semacam itu, kita akan kehabisan tenaga untuk menggali secara mendalam tradisi keilmuan Islam yang sangat kaya.
Ketika Islam mengalami kemunduran dalam Perang Salib, Imam al-Ghazali dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengingatkan, janganlah sekali-kali terjadi pertumpahan darah atau adu fisik antar umat Islam karena sikap fanatisme buta membela madzhab fikihnya.
Dalam konteks sekarang, Organisasi Konferensi Islam (OKI), merupakan institusi bersama untuk membentuk komunitas muslim dunia yang lebih ideal. Ke depan, perlu ada gagasan dalam bidang kerjasama pendidikan dan perdagangan antar Negara-negara muslim di dunia di bawah naungan OKI. Kelak dari hasil kerjasama bisa dilanjutkan dengan kesepakan membuat satu mata uang tunggal yaitu dinar. “Dengan cara ini umat Islam sebenarnya bisa bangkit”, pungkas Dr. Muti’ah.
Institusi besar tersebut bisa dimulai dalam tingkat regional. Negara-negara Arab sebenarnya telah memulainya yaitu dengan Liga Arab. Hanya saja, perlu ditingkatkan lagi kerjasama dan solidaritasnya.
Di tingkat Asia Tenggara, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pelopor. Di Asia Tenggara perlu dibentuk komunitas muslim melayu.
Sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki peran signifikan dalam membangun dasar-dasar peradaban Islam. Potensi-potensi seperti tradisi, pendidikan, ekonomi perlu disokong dengan konsep-konsep Islam dan dipadu dengan sebuah institusi besar dalam satu komunitas.
Bahasa melayu yang serumpun dengan bahasa Indonesia, bisa menjadi bahasa komunitas. Bahasa ini menurut Syed Naquib al-Attas bahasa melayu telah lama menggerakkan sejarah budaya Islam di rantau Nusantara.
Dalam konteks pemikiran, para sarjana dari Negara-negara muslim melayu sudah saatnya menggali kembali konsep-konsep kunci dalam Islam. Dimana konsep-konsep kunci itu telah tenggelam oleh budaya-budaya luar. Tentu saja, konsep-konsep fundamental pertama-tama harus dikuatkan, seperti konsep agama, konsep Tuhan dan konsep wahyu. Konsep fundamental ini menjadi elemean dan ‘mesin penggerak’ konsep-konsep lainnya.
Seperti misalnya, konsep kesejahteraan dalam Ekonomi Islam, konsep keadilan dalam politik Islam, konsep adab, konsep sains Islam dan lain sebagainya dirumuskan kemudian menjadi frame bersama dalam praktik pendidikan Islam di rantau Nusantara.
Jika ilmu-ilmu Ekonomi Islam, Fisika Islam, Bilogi Islam, Psikologi Islam dan lain-lain berhasil diwujudkan dan dimatangkan, kemudian kegiatan perekonomian disokong oleh mata uang tunggal, maka kebangkitan peradaban Islam bermartabat di ambang pintu. Inilah salah satu setrategi menuju kebangkitan Islam tanpa ada pertumpahan darah. (Kholili Hasib)