Al-Qur’an sudah memberikan petunjuk bahwa dengan ilmu seseorang akan terangkat derajatnya (Al-Mujadalah ayat 11). Dan salah satu sya’ir Imam Syafi’i berisi tentang kemuliaan yang terdapat pada orang yang berilmu meskipun dia miskin. Sunnatullah ini terus berlaku sepanjang zaman, berkelindan dengan terbentuknya peradaban. “Mohon maaf sebesar-besarnya, tanpa bermaksud merendahan profesi pembantu rumah tangga, mari kita mulai untuk mengekspor ulama”, himbau ustadz Yusuf Mansyur dalam sebuah acara kajian rutin di sebuah stasiun TV. Betapa pada masa modern ini bangsa Indonesia memang sudah benar-benar lepas dari penjajahan fisik, tapi tidak kunjung lepas dari penjajahan berwujud kemiskinan dan kebodohan.
Ustadz Yusuf Mansyur menyayangkan, jika pada masa lalu, terutama abad ke XVIII dan XIX Indonesia mampu mengekspor ulama sekaliber Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Yasin al-Padangi ke Arab Saudi, maka pada masa sekarang ini, kita hanya mampu mengekspor pembantu rumah tangga yang karena rendahnya kualitas dan integritas para TKI, ditambah lagi dengan kurang profesionalnya manajemen pemerintah kita mengurusi para TKI, maka menimbulkan permasalahan pelik yang tiada habisnya. “Jika pemerintah mengejar devisa, maka insya Alloh pengiriman penghapal Qur’an dan tenaga profesional lain dalam bidang agama juga akan bisa memberikan pemasukan devisa, apalagi tenaga kerja profesional semacam ini juga dihargai dengan nilai yang tinggi”, tukas ustadz Yusuf Mansyur.
Orang Indonesia bukannya tidak punya harga. Mereka punya harga tinggi ketika kapasitas ilmu mereka juga tinggi, sehingga prestasi demi prestasi berhasil ditorehkan. Dan benar kata ustadz Yusuf Mansyur, yang sekarang ini sudah mulai hilang adalah kebiasaan bangsa Indonesia mengekspor ulama selayaknya pada masa lalu. Maka ustadz Yusuf dibantu dengan manajemen PPPA Darul Qur’an yang didirikannya, sudah mulai mengirim para penghapal Qur’an dan muadzin profesional ke negara-negara Arab. “Alhamdulillah, sudah ada anak-anak didik kami yang dikirim karena ada kontrak kerja di beberapa negara Arab”, jelasnya.
Proyek pembibitan ribuan penghapal Qur’an ini bukan proyek main-main. Di 2015 nanti ustadz Yusuf Mansyur dengan PPPA-nya yang tersebar di seluruh propinsi di tanah air bertekad menelurkan 100 ribu penghapal Qur’an. Dan sekarang ini suara lantunan anak-anak didik ustadz Yusuf Mansyur sudah bisa didengarkan lewat media-media elektronik di negara-negara Arab. Hasilnya sungguh menakjubkan; beberapa anak Mesir memutuskan belajar tahfizh di PPPA Darul Qur’an karena mengagumi kualitas anak-anak didik PPPA Darul Qur’an. (Kartika)