Inpasonline.com-Dalam bidang keilmuan dan karya tulis, ulama-ulama Nusantara kita memiliki tradisi yang baik. Karya mereka banyak yang mendunia. Seperti Syaikh Mahfud al-Tirmasi, Syaikh Nawawi al-Bantani dan lain-lain yang diterbitkan dan dikaji di Timur Tengah. Namun, saat ini ada penurunan.
Demikian dikatakan oleh ketua umum MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) Pusat, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi pada Sabtu (31/05/2014) di Islamic Book Fair Surabaya.
“Ada satu kemunduran tradisi saat ini, yaitu kurangnya minat membaca. Membaca saja tidak apalagi menulis” terang putra pendiri Pesantren Gontor tersebut di gedung DBL Arena Surabaya.
Dalam dialog bertajuk “Menyiapkan Karya Ulama yang Mendunia” itu, Hamid Fahmy mengaku optimis bahwa karya intelektual anak bangsa saat ini dan akan datang mampu bersaing di dunia Internasional.
“Tradisi keilmuan di Nusantara ini sudah lama terbangun. Terbukti antusiasme mencari ilmu dari pesantren satu ke pesantren lainnya tanpa tujuan apapun kecuali untuk ilmu. Tidak memerlukan ijazah”, ujarnya.
Namun persoalannya saat ini, lanjut Hamid, Indonesia mengalami kendala bahasa. “Bahasa Inggris kita ini lemah”, lanjutnya
Hamid bercerita bahwa ia pernah bertemu dengan orang India dan Pakistan. Orang tersebut sangat apresiatif terhadap beberapa buku tokoh nasional.
Namun kecewa karena hanya bisa dinikmati orang Indonesia karena tidak ditulis dalam bahasa Inggris.
“Artinya, karya orang Indonesia sebenarnya secara kualitas sudah internasional. Namun menjadi lokal karena ditulis dalam bahasa Indonesia”, tegasnya
Menurut Hamid, secara kualitas, buku-buku karya pemikir Indonesia tidak kalah dengan kualitas orang-orang asing.
“Maka, saya menganjurkan agar ke depan nanti ada karya kita yang ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab”, imbuhnya
Ia mengaku telah mengunjungi sebuah penerbit di Mesir dan mendapatinya karya Indonesia tidak kalah.
Hamid memberi motivasi agar kita ‘menjual’ karya kita ke luar negeri. “Coba hasil penelitian kalian yang dari kampus-kampus ITS, Unair Anda jual ke luar negeri. Pasti laku”.
Selain Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, dialog tersebut menghadirkan Ir. Abdul Kadir Baraja sebagai pembicara.
Pendiri Yayasan Bina Qalam Surabaya itu juga menyampaikan optimisnya karya Indonesia bisa mendunia.
“Saya ini koq optimis. Tulisan orang Indonesia bisa kita jual ke luar negeri”, tegasnya.
Ir. Abdul Kadir mengaku prihatin. Sebab saat ini Indonesia mampu menjual buruh ke luar negeri dengan jumlah banyak. Tapi belum menjual pemikiran sebanyak-banyaknya.
“Kalau saat ini kita mengimpor pemikiran dari luar negeri. Maka kini saatnya, kita mengespor pemikiran penulis-penulis Muslim ke luar negeri”, imbuhnya.
Rep: Kholili Hs