Persatuan Umat di Atas Segalanya

Written by | Nasional

“Mayoritas menyetujui bahwa 1 Syawal jatuh pada 31 Agustus 2011, hari Rabu. Maka disimpulkan bahwa 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011,” kata Menteri Agama Suryadharma Ali yang memimpin sidang tersebut.
Sebelumnya, sidang yang dimulai sejak pukul 18.45 WIB sore ini, berlangsung alot. Perwakilan organisasi massa Islam yang hadir menemui perbedaan pendapat. Beberapa ormas memiliki pendapat berbeda dalam menentukan 1 Syawal 1432 Hijriyah. PBNU menyatakan, pihaknya tidak melihat hilal hingga Senin, 29 Agustus malam. 
Sebelumnya, Muhammadiyah sudah menetapkan lebaran pada Selasa besok, 30 Agustus. Pimpinan organisasi bentukan Ahmad Dahlan itu, Din Syamsuddin menyatakan, sesuai perhitungan pihaknya, Senin 29 Agustus pukul 10.04 pagi sudah terjadi ijtima. Artinya, “Ramadan berakhir besok,” ujar Din, Ahad kemarin. 

Adapun Persatuan Islam (Persis) akan berlebaran pada Rabu, 31 Agustus. Maman Abdurrahman, Pimpinan Persis menyatakan, hilal setinggi 1 derajat itu tak mungkin bisa dilihat atau ‘ghoiruimkanirrukyat’. 

Dalam sidang itsbat, Ketua Umum Wahdah Islamiyah Muhammad Zaitun Razmin, Lc, MA  beri solusi penyatuan Idul Fitri  berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “(Waktu) puasa itu adalah ketika kalian berpuasa dan (waktu) Idul Fitri adalah ketika kalian beridul Fitri dan (waktu) Idul Adha adalah ketika kalian beridul Adha.”

Hadits ini tidak menyinggung sama sekali tentang ru’yah atau hisab. Tapi ia menegaskan bahwa  puasa dan Idul Fitri serta Idul Adha  adalah ibadah jama’iyah (yang dilakukan secara bersama) umat Islam, sebagaimana yang dijelaskan maknanya oleh para ulama Hadist dan para fuqaha.(Shahih Imam Tirmidzi, Silsilah ash-Shahihah, Syaikh al-Albani, I/440 dan al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, II/ 9374-9375)

Poin lain yang disampaikan Razmin adalah, “sesuatu yang dipandang baik bahkan sunnah dapat ditinggalkan-sementara- demi kemaslahatan yang lebih besar atau hal yang wajib”. Dalam hal ini kita mendapatkan contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau meninggalkan sesuatu yang beliau pandang baik tapi bukan wajib demi menjaga keutuhan umatnya. Seperti dalam hadits shohih dari Aisyah Radiayallahu ‘anha dimana beliau tidak jadi mengubah bentuk Ka’bah sesuai bentuk aslinya di zaman Ibrahim, karena mempertimbangkan kaum persatuan dan perasaan kaum Quraisy yang baru umumnya baru masuk Islam.

“Karena kesatua umat adalah kekuatan kaum muslimin yang tidak bisa dikalahkan. Sedikit saja perpecahan di tubuh kaum muslimin, maka akan menjadi kelemahan yang sangat fatal, yang menyebabkan mudahnya diadu domba,” tukas Nurkholis, kader muda al-Haromain yang juga menjadi pengamat sidang itsbat.

Solusi tersebut, menurutnya, jika didiskusikan lebih mendalam lagi bersama yang selama ini menganut paham Hisab, maka akan ditemukan titik temu persamaan di kemudian hari. Olehnya itu, Ustadz menambahkan agar dikuatkan peran pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama untuk memberikan keputusan tegas penentuan 1 Syawal. (poskota/tribunnews/tempointeraktif/Kartika Pemilia)

Last modified: 30/08/2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *