Inpasonline.com-Umat Islam pada saat ini ada yang saling curiga hingga muncul rasa benci dengan dampak yang amat memilukan. Saling tuding sesat, saling lempar tahdzir dan memberi nilai buruk pada akidah orang atau kelompok lain di luar kelompok kita seolah telah membiasa. Kita seperti berada dalam kubangan kebencian yang menyedot diri makin dalam. Kita seperti bukan umat nabi yang sangat lemah lembut dan penyayang itu.
Manusia telah berbeda pendapat dan berseteru dengan sengit dalam banyak hal sejak awal penciptaannya. Setelah nabi wafat pun, perbedaan-perbedaan tak bisa dielakkan. Kemunculan kaum Khawarij adalah salah satu contohnya. Saling menyesatkan, saling melepaskan diri, kemunculan firqoh-firqoh dan partai-partai, termasuk mazhab-mazhab yang berbeda telah ada sejak awal keislaman. Akan tetapi, kita sering lupa bahwa walau keadaannya seperti itu, Islam masih menyatukan mereka, Islam dalam aspek paling pokok, yakni worldview atau pandangan hidup.
Setiap ciptaan Allah memang diciptakan secara unik dan spesifik. Gelas yang dibuat sama persis dan diletakkan berhadap-hadapan pun pada dasarnya berbeda, paling tidak berbeda ruang. Maka, perbedaan adalah bagian dari hakikat penciptaan. Ia merupakan sesuatu yang amat wajar dalam kehidupan. Perbedaan adalah anugerah sekaligus ujian dari Allah. Perbedaan bukan untuk dilebur atau diseragamkan. Allah tidak menciptakan kita untuk begitu. Perbedaan perlu disikapi sebagai kelaziman untuk kemudian dipahami dan dikelola dengan tepat.
Dr. Ugi Suharto, pengajar di Collage University of Bahrain, menawarkan struktur pemikiran Islam untuk membantu kita bersikapinshof, yakni sikap pertengahan. Menempatkan perbedaan pada kedudukannya yang wajar. Beliau menyampaikannya dalam acara Special Lecture “Stuktur Pemikiran Islam” pada Sabtu, 4 Agustu 2017 di Wisma Depag Surabaya.
Salah satu pendiri INSISTS itu menjelaskan Inshof digambarkan sebagai sikap sederhana dan adil terhadap perbedaan. Dengan sikap ini kita tetap dapat mengapresiasi dan mengambil manfaat dari fihak lain yang berbeda pendapat dengan kita. Dr Ugi Suharto memaparkan bahwa Struktur Pemikiran dalam Islam memiliki 4 tingkatan. Tingkat yang pertama adalah pemikiran Islamic Worldview. Kemudian pemikiran kalam. Lalu, pemikiran fiqh dan usul fiqh. Lantas, yang terakhir adalah pemikiran politik, ekonomi dan sosial.
Sedangkan polemik yang banyak terjadi di Indonesia saat ini hanya pada tingkat 2, 3 dan ke-4, tidak pernah menyentuh tingkat yang pertama. Maka dari itu lanjut Dr Ugi, perlu saling menyikapi dengan tepat dan proporsional agar tidak terjadi perpecahan di tengah-tengah umat.
Menurutnya, asal bukan perbedaan di tingkat pertama dan perbedaan itu masih merujuk pada otoritas, tak perlulah terlalu keras bersikap. Kita tak perlu mengeluarkan energi secara besar-besaran terhadap perbedaan-perbedaan yang wajar di kalangan umat Islam.
Beliau kemudian menyampaikan, struktur pemikiran Islam ini perlu dipandang dengan berurutan, tetapi tak saling terpisah. Struktur pemikiran Islam ini juga jangan dipandang secara kaku. Ada beberapa persoalan di tingkat tiga yang beririsan di tingkat dua, persoalan tingkat dua beririsan dengan persoalan tingkat pertama, bahkan persoalan-persoalan tingkat empat harus senantiasa berkaitan dengan pemikiran yang lebih tinggi.
Sumber: www.nuun.id