Peran Al-Juwaini dalam Madzhab Syafi’i

Oleh: Mohakhamad Rohma Rozikin

Inpasonline.com-Yang dimaksud Al-Juwaini di sini adalah Imamul Haromain Abu Al-Ma’ali Al-Juwaini, bukan ayahnya yang bernama Abu Muhammad Al-Juwaini.

Beliau adalah guru Al-Ghazzali.

Kita kesampingkan terlebih dahulu perdebatan terkait Al-Juwaini sebagai pakar ilmu kalam yang pindah madzhab dari aliran takwil menuju aliran tafwidh.

Yang kita bicarakan disini adalah kepakaran dan peran Al-Juwaini dalam fikih Asy-Syafi’i.

Telah kita bahas sebelumnya, sepeninggal Asy-Syafi’i, madzhab ini menyebar dan berkembang sampai terbentuk dua aliran besar yaitu aliran Khurasan (Khurasaniyyun) dan aliran irak (Iraqiyyun). Uraian lebih detail bisa dibaca Dua Aliran Syafi’iyyah Khurasaniyyun dan Iraqiyyun.

Hanya saja, dua aliran ini tidak bertahan lama. Ada upaya dari sejumlah ulama besar Syafi’iyyah untuk “mengawinkan” dua aliran ini, sehingga lama-lama keduanya hilang ditelan sejarah.

Yang pertama tercatat dalam usaha ini adalah Abu ‘Ali As-Sinji. Hanya saja, kerja rintisan paling besar dilakukan oleh Al-Juwaini melalui kitab fenomenalnya yang bernama Nihayatu Al-Mathlab (نهاية المطلب). Kemudian pekerjaan ini dilanjutkan muridnya; Al-Ghazzali, lalu dipungkasi oleh dua guru besar Syafi’iyyah; Ar-Rofi’i dan An-Nawawi.

Bagaimana gambaran kerja rintisan Al-Juwaini itu?

Telah kita ketahui, ilmu Asy-Syafi’i yang tertuang dalam Al-Umm, kajian dan fatwa-fatwanya telah diserap dengan baik oleh salah satu murid cemerlangnya yang bernama Al-Muzani. Sang murid membuat kitab yang menampung ilmu sang guru dalam bentuk ringkasan. Kitab itu kemudian terkenal dengan nama Mukhtashor Al-Muzani (مختصر المزني).

Di masa selanjutnya, kitab ini disyarah oleh banyak ulama Syafi’iyyah. Hanya saja, di antara sekian banyak syarah itu, yang paling terkenal dan banyak menyebar adalah dua kitab, yaitu Al-Hawi Al-Kabir(الحاوي الكبير) karya Al-Mawardi dan Nihayatu Al-Mathlab karya Al-Juwaini. Di antara dua kitab ini, yang pengaruhnya lebih besar adalah Nihayatu Al-Mathlab.

Nama lengkap kitab karya Al-Juwaini ini adalah Nihayatu Al-Mathlab Fi Diroyati Al-Madzhab (نهاية المطلب في دراية المذهب). Nama lainnya adalah Al-Madzhab Al-Kabir (المذهب الكبير). Dar Al-Minhaj menerbitkannya dalam 21 jilid yang mana tiap jilid rata-rata ketebalannya 450 halaman. Usia kitab ini, jika dihitung semenjak masa penulisannya sampai zaman sekarang kira-kira sudah 1000 tahun. Kitab ini dikarang Al-Juwaini pada tahun-tahun terakhir masa hidupnya.

Di dalamnya, Al-Juwaini bukan hanya berniat untuk mensyarah isi dari Mukhtashor Al-Muzanisebagaimana umumnya syarah yang menyebar di zaman itu, tetapi beliau juga merintis dalam upaya tahrir madzhab (menyeleksi ijtihad ulama syafi’iyyah agar sah dinisbatkan pada madzhab syafi’i)). Selain itu Al-Juwaini juga berupaya untuk “merukunkan” antara ulama Syafi’iyyah aliran Khurasan dengan ulama Syafi’iyyah aliran Irak.

Semenjak tuntas ditulis, “Kitab ini selalu menjadi bahan pembicaraan” demikian pernyataaan Ibnu Hajar Al-Haitami. “Tidak pernah dalam Islam dikarang kitab seperti itu” kata Ibnu ‘Asakir. Demikian besarnya pengaruh Nihayatul Mathlab di kalangan ulama Syafi’iyyah di zaman itu, maka pengarangnya pun digelari Al-Imam. Sejak saat itu, jika di kitab-kitab ulama syafi’iyyah disebut Al-Imam, maka yang dimaksud adalah Abu Al-Ma’ali Al-Juwaini ini.

Di masa selanjutnya, Al-Ghazzali -murid cemerlang Al-Juwaini- meringkas kitab Nihayatu Al-Mathlab ini dalam sebuah kitab berjudul Al-Basith (البسيط). Namun, karena kitab Al-Basith ini masih dipandang terlalu tebal, Al-Ghazzali meringkasnya lagi dalam sebuah kitab yang diberi nama Al-Wasith (الوسيط). Kitab Al-Wasith pun masih dianggap tebal, sehingga Al-Ghazzali meringkasnya lagi dalam sebuah kitab yang diberi nama Al-Wajiz (الوجيز).

Kita tahu akhirnya kira-kira satu abad kemudian dari Al-Wajiz ini lah Ar-Rofi’i membuat syarah berupa kitab besar berjudul Fathu Al-‘Aziz/Asy-Syarhu Al-Kabir. Kemudian generasi berikutnya, yaitu An-Nawawi meringkasnya menjadi Roudhotu Ath-Tholibin (روضة الطالبين). Setelah itu bersama kitab Al-Muharror dan Minhaj Ath-Tholibin lahirlah karya-karya ulama Syafi’iyyah belakangan yang menjadi tumpuan penganut madzhab Asy-Syafi’i di zaman sekarang.

Jadi, bisa kita katakan bahwa kitab Nihayatu Al-Mathlab karya Al-Juwaini adalah batu loncatan pertama, perintis, dan pelopor dalam proyek besar tahrir madzhab yang kelak akan digarap oleh duo syaikhan; Ar-Rofi’i dan An-Nawawi. (uraian lebih panjang tentang syaikhan bisa dibaca Ar-Rofi’i dan An-Nawawi Dua Pendekar Ulama Syafiiyyah dan Jasa Kitab Al-Badrul Munir dalam Madzhab Syafi’i). Nihayatu Al-Mathlabjuga menjadi cerminan keberhasilan salah seorang ulama Syafi’iyyah yang berhasil merintis untuk mendamaikan dua aliran besar Syafi’iyyah; Khurasaniyyun dan ‘Iraqiyyun. []

*Penulis adalah dosen Agama Islam Universitas Brawijaya Malang

Artikel telah dimuat dalam  irtaqi.net

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *