Tripoli – Anak lelaki pemimpin Libya, Muammar Qaddafi tampil di televisi untuk menegaskan bahwa ayahnya akan terus berkuasa dengan dukungan militer. “Libya berada di persimpangan jalan. Jika kita tidak setuju dengan reformasi yang ditawarkan hari ini, Libya akan melihat sungai penuh darah, “kata Saif al-Islam, semalam, tentang protes yang sudah berlangsung enam hari.
Saif juga memperingatkan bahwa demonstrasi bisa memicu perang saudara hingga kekayaan minyak Libya musnah.
Pernyataan itu ditindaklanjuti pihak keamanan dengan menembaki ribuan demonstran yang sedang menghadiri pemakaman di timur kota Benghazi. Kejadian itu menyebabkan 60 tewas.
Protes terhadap pemerintah menyebar ke ibukota itu ketika demonstran memasuki basis militer dan merampas senjata api.
Sejak demo itu dimulai, 233 penduduk Libya tewas. Di Kota Benghazi, demonstran menguasai keadaan dan mengambil alih kantor militer utama setelah pertempuran yang membunuh 60 penduduk.
Tindakan Libya terhadap demonstran itu dikatakan yang paling keras antara di negara Arab, dibandingkan protes yang menggulingkan pemimpin Tunisia dan Mesir.
Tetapi, Saif mengatakan, ayahnya akan terus menang. “Kami bukan Tunisia dan Mesir. Qaddafi adalah pemimpin kami yang memimpin perang di Tripoli dan kami bersamanya. Pihak keamanan bersama beliau. Ratusan ribu akan berada di sini bersama beliau. Kami akan bertarung sampai pria terakhir, wanita terakhir dan peluru terakhir. Ini adalah komplotan menghancurkan Libya, “katanya dalam pidato 40 menit.
Saif yang dipercaya sebagai penerus Gaddafi menuduh ada anasir luar mencoba mengkucar-kacirkan negara itu, juga menawarkan dialog bagi reformasi politik dan konstitusi baru.
Dalam pidatonya, Saif juga mengakui pihak militer membuat kesalahan saat demonstrasi berlangsung karena mereka tidak dilatih menghadapi demonstran, tetapi tambahnya jumlah korban yang tewas dibesar-besarkan walaupun hanya 84 tewas. (Agns/r)