Dalam insiden itu, pasukan khusus Israel menyerang kapal bantuan yang dikenal luas sebagai Gaza Flotilla dan menewaskan sembilan orang aktivis kemanusiaan asal Turki.
Selain kematian sembilan aktivis itu, Israel banyak dikecam karena serangan itu dilakukan saat kapal bantuan itu masih berada di perairan internasional.
Keputusan Turki ini menyusul hasil laporan investigasi PBB yang bocor ke harian New York Times, hanya sehari sebelum laporan itu diserahkan ke Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
Salah satu hasil investigasi itu menyatakan Israel menggunakan kekuatan berlebihan saat melakukan operasi militer di atas geladak Gaza Flotilla.
“Ini saatnya Israel membayar atas aksi ilegal mereka,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu.
“Selama pemerintah Israel tidak melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan, maka tak akan ada perkembangan berarti,” tegas Davotoglu.
Meski hubungan diplomatik Turki-Israel tengah dalam titik nadir, namun Israel tetap menolak meminta maaf kepada Turki dan menganggap tindakannya itu sebagai sebuah upaya membela diri.
“Israel, seperti negara lainnya di dunia, memiliki hak untuk melindungi warga dan bahkan prajuritnya,” kata seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya kepada BBC.
PBB sesalkan kebocoran
Sementara itu, PBB mengatakan investigasi insiden Gaza Flotilla ini sebenarnya bertujuan untuk memperbaiki hubungan Turki dan Israel.
“Ide sekjen adalah ingin membantu memperbaiki hubungan kedua negara ini. Beliau sangat menyesal karena laporan ini justru memunculkan hasil sebaliknya,” kata deputi juru bicara PBB, Eduardo del Buey.
Sehingga, lanjut Del Buey, PBB menyesalkan bocornya laporan hasil investigasi itu ke media massa sebelum sempat diterima sekretaris jenderal.
“Saya membayangkan sekjen menginginkan waktu untuk membaca laporan itu sebelum mendiskusikannya untuk mengambil langkah selanjutnya,” tambah Del Buey.
Di tempat terpisah, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat berharap Israel dan Turki masih berkeinginan untuk melanjutkan upaya memperbaiki hubungan kedua negara yang sudah berlangsung lama.
“Pemerintah AS akan mendorong kedua negara untuk mencapai tujuan tersebut,” kata juru bicara Kemenlu AS, Victoria Nuland seperti dikutip AFP.
Laporan hasil investigasi ini sebenarnya telah selesai beberapa bulan lalu. Namun publikasinya selalu ditunda karena Israel dan Turki masih mengupayakan perbaikan hubungan diplomatik yang dibekukan sejak insiden Gaza Flotilla terjadi. (bbc/Kartika Pemilia)